Dua puluh delapan

935 146 9
                                    

Setelah selesai membuat mood Ji hwa membaik hyo joon pun mengantar Ji hwa untuk pulang. Ji hwa sendiri turun dari mobil Hyo joon dengan tertawa dan bercanda. Tawa yang terhenti saat menyadari bahwa Woo Jin ada di sana. Raut wajah ji hwa bahkan kembali nampak suram.

"Ada apa?" tanya Ji hwa

"Orang tua mu meminta ku datang, aku sudah menghubungi mu" ucap Woo Jin dengan melempar pandangan tak suka.

Ji hwa menghela napasnya. Ya, seberapa banyak pun Ia tak ingin melihat Woo Jin, Ia tetap tak bisa menghindari bungan yang terjalin di antara mereka.

Ji hwa membalik tubuhnya menatap hyo joon yang berdiri di belakangnya.

"Masuklah.. Ini obat mu" ucap Hyo joon. Ji hwa menerima obat itu kemudian menganggukan kepala. Ia sendiri tau tak perlu basa basi menawarkan Hyo joon untuk masuk lebih dulu. Hyo joon pasti tak akan nyaman berada di rumah tempat orang tuanya menjadi pesuruh.

Seorang kepala pelayan yang tak lain adalah ibu hyo joon mendekat kepasa mereka.

"Nona Han, tuan muda song sudah di tunggu bapak dan ibu di dalam"

"Ibu hyo joon.. Sudah aku bilang jangan memanggil ku nona..aku teman hyo joon"

"Jangan meminta sesuatu yang sulit untuk dia lakukan Han Ji Hwa, bagaimana mungkin dia memanggil putri atasanya dengan sebutan nama" ucap Woo Jin dan melangkah masuk lebih dulu.

Baik hyo joon dan Ji hwa menatap kesal pada woo jin. Hyo joon bahkan mengepalkan tangannya menahan kesal.

"Hya..woo jin ah.."

"Aku hanya ingin mengatakan yang sebenarnya. Bukan seperti itu caranya jika ingin bersikap baik padanya. Kamu hanya akan mempersulit dan semakin menyusahkannya"

Ji hwa bertolak pinggang, Ia memutar bola matanya menahan kesal. Ia sungguh tak percaya dengan tangannya sendiri membuag karakter menyebalkan seperti Woo Jin.

"Ada masalah apa sih dengan mu?"

"Non.. Tuan.. Sudah jangan seperti ini." ucap ibu hyo joon.

Hyo joon tak tahan melihat itu pun memilih untuk pergi. Ji hwa sungguh tak tau harus melakukan apa. Ia ingin sekali menyusul hyo joon namun ia tau itu hanya sia-sia. Ia hanya harus menjalankan perannya sebagai han ji hwa yang tidak akan mungkin bersama hyo joon.

Woo jin dan Ji hwa masuk ke dalam rumah megah ji hwa. Sesaat sebelum mereka sampai di ruang tamu, woo jin sudah lebih dulu menggenggam tangan Ji hwa.

Mereka semua pun makan malam bersama, di sana ternyata juga sudah datang orang tua Woo Jin. Hanya jae hoon yang tak bisa datang karna harus bekerja. Makan malam kali pun di dominasi oleh pembicaraan tentang keadaan Ji hwa.

Acara makan malam pun selesai, orang tua woo jin berpamitan untuk kembali begitupun dengan woo jin sedangkan Ji hwa memilih untuk tetap di rumah dengan alasan Ia tak ingin sendirian di apartemen di saat Woo Jin harus kembali ke rumah sakit. Woo jin yang tau Ji hwa hanya ingin menghindarinya pun tak bisa melakukan apapun selain mengiyakan.

Tidak seperti orang lain yang nampak percaya dengan alasan dari Ji hwa, ayah Ji hwa hanya menatap penuh arti pada Ji hwa dan Woo Jin tanpa banyak bicara.

***
Kabar hari ini seakan mengartikan dengan jelas maksud dari tatapan ayah Ji hwa. Ji hwa yang baru mendengar kabar ini ketika Ia bangun dari tidur pun bergegas menuju rumah sakit. Ia berlari melewati koridor dengan tujuan utama ruangan hyo joon. Benar saja kabar buruk yang Ia dapatkan itu dengan mata kepalanya Ia menyaksikan barang-barang Hyo joon yang mulai di bawa keluar orang pengangkut barang. Sedangkan pemilik barang hanya dapat berdiri tak jauh dari ruangannya.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang