Woo Jin duduk di kursi yang ada di samping kasur Ji hwa. Matanya terus terarah pada wajah Ji hwa yang memberikan ekpresi damai dalam lelap. Rasa bersalah terus menerus mencuat dari hatinya tatkala melihat tangan Ji hwa yang terbungkus perban.
"Mianhae.. " ucap Woo Jin yang meminta maaf.
Dia menyentuh lembut tangan Ji hwa,yang membuat Ji hwa sedikit terusik. Meski tak terbangun namun Ji hwa mengerutkan keningnya memberikan ekpresi bahwa tangannya yang di sentuh terasa sakit.
Woo Jin mengusap tangan Ji hwa di bagian yang lain,membuat Ji hwa kembali nyaman dan kembali terlelap.
Kepala Woo Jin tertoleh ketika mendengar suara pintu terbuka lalu kembali tertutup dan juga langkah kaki.
"Noona.." panggil Jae hoon yang langsung memelankan suaranya ketika melihat Woo Jin yang ada di sana dan juga Ji hwa yang tertidur.
"Oh..kau disini Hyung."
Woo Jin mengangguk.
"Kau mau pulang? Biar aku saja yang menjaga Noona.." ucap Jae Hoon
Woo Jin menggeleng. "Pulang lah. Besok pagi kau harus kembali stand by di IGD kan?"
Jae Hoon menatap ragu pada Woo Jin. Jujur saja sejak kejadian hari itu Jae Hoon merasa tak senyaman biasanya. Ji hwa memang bukan kakak yang sangat baik untuk Jae Hoon, bahkan sering kali menyusahkan dan membuat Jae Hoon kesal tapi tetap saja Ji hwa adalah kakak kandungnya.
"Aku akan menjaga Ji hwa" tambah Woo Jin
Jae hoon menghela napasnya. Kemudian mengangguk. "Kalau gitu aku pulang"
"Hati-hati"
Jae Hoon sudah akan pergi namun berbalik lagi.
"Hyung.. "
"Hmm?"
"Apa menurut mu sikap Noona hari ini keterlaluan sampai hyung tidak sengaja mendorongnya atau karna hyung ingin membela dokter nam?" tanya Jae Hoon
"Karna keterlaluan,"
Jae Hoon menatap Woo Jin lebih lekat, sebelum akhirnya mengangguk.
"Ehm..aku percaya padamu" ucap Jae Hoon yang kemudian keluar dari ruangan Ji hwa.
Woo Jin belum mengalihkan pandanganya dari tempat Jae Hoon berdiri tadi. Ia sendiri sedang bertanya dalam hatinya. Benarkah ini karna Ji hwa yang kelewatan atau karna Ia yang merasa marah pada Ji hwa hanya satu yang bisa Ia pastikan itu bukan karna Nam Gyu ri. Siapapun dokter yang ada di sana saat itu mungkin dia akan melakukan hal yang sama.
Lamunan Woo Jin buyar ketika tiba-tiba saja, Ji hwa yang semula tidur telentang kini memiringkan tubuhnya dan tangannya yang di infus memeluk tangan Woo Jin.
Melihat selang infus yang terlilit Woo Jin pun membenarkannya, dengan cukup sulit karna satu tangannya yang masih di pegang oleh Ji hwa dan Ia tak berusaha untuk melepasnya.
***
Hari sudah berganti, Ji hwa nampak sedang menikmati buahnya dan juga menonton televisi. Sedangkan Jae Hoon ada di samping Ji hwa sibuk menggambar pada perban yang melilit tangan Ji hwa."Kau tidak di IGD?"
Jae Hoon menggeleng. "Hyo Joon Hyung, meminta ku untuk menjaga mu saja, dia yang akan di IGD"
"Memangnya dia ngga punya pasien operasi?" tanya Ji hwa
Jae Hoon menggeleng. "Dokter penggantinya sudah masuk hari ini. Hyo Joon hyung harus mengurus banyak hal sebelum pindah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasy"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...