Dua belas

962 139 11
                                    

Ji hwa turun dari tangga dengan mengecek  isi tas dompetnya. Ia sedang mempertimbangkan haruskah Ia menelfon taxi ke rumah sakit atau apa.

Tempat ketika kakinya mendarat pada lantai paling bawah Jae hoon memanggilnya.

"Noona.."

Ji hwa menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

"Apa?" tanyanya

"Mau aku antar ke rumah sakit?"

Ji hwa belum menjawab , Ia masih menaikan satu alisnya. Bertanya-tanya apa yang Jae hoon mau darinya.

"Mau ngga?"

"Ada apa dengan mu? Bukannya kamu baru pulang setelah jaga? Biasanya kamu akan marah pada ku kalau aku meminta bantuan mu" ucap Ji hwa

Tangan Jae hoon mengusap leher belakangnya canggung.

"Mau atau engga?"

"Ya, apa dulu maksud mu? Aku ngga mau ya menerima jebakan mu"

"Ya, noona!"

Ji hwa melipat tangannya di depan dada.

"Jae hoon.. Terlalu aneh kalau orang seperti mu tiba-tiba menawarkan bantuan"

Jae hoon berdesis kesal.

"Yaudah kalau tidak mau. Aku mau tidur saja" ucap Jae hoon yang kemudian berjalan pergi.

Sedangkan ji hwa hanya mengembungkan pipinya lalu pergi keluar.

Baru saja dia sampai di depan pintu depan rumahnya, tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan Ji hwa tak bisa apa-apa selain mengikuti langkah itu.

"Jae hoon.. Apaan sih?"

"Aku tidak akan bisa tidur kalau tidak memastikan kau sampai di rumah sakit!" ucap Jae hoon tanpa berpaling.

Senyum Ji hwa pun mengembang. Ia berusaha menyamai langkah adiknya.

"Kamu mengkhawatirkan ku hmm?"

"Diam.."

"Uhh.. Manis sekali adik ku ini" ledek Ji hwa dan menarik pipi Jae hoon

"Ji hwa!"

"Baiklah..baiklah.. Aku bisa apa lagi kalau adik ku mengkhawatirkan ku?"

Jae hoon menghentikan langkahnya. Ia membalik tubuhnya menghadap Ji hwa.

"Itu karna Noona bersikap mengkhawatirkan belakangan ini." ucap Jae hoon

Ji hwa menganggukan kepalanya. "Intinya kamu mengkhawatirkan ku kan?"

"Noona, apa noona tau? Kalau noona sangat aneh sekarang"

Tak ada jawaban dari ji hwa. Ji hwa hanya mengedikan bahunya.

Jae hoon menatap Ji hwa lekat, Ia sungguh merasa khawatir dengan kakaknya itu.

"Aku akan mengantar jemput sampai kau benar-benar pulih" ucap Jae hoon

"Oke.. Aku suka punya supir tampan" ucap Ji hwa yang kemudian melewati Jae hoon menuju mobil Jae hoon. Ji hwa mencoba membuka pintu mobil namun tidak bisa.

"Buka.." pinta Ji hwa. Jae hoon masih saja menatap Ji hwa. Ia khawatir sekaligus merasa bersalah pada Ji hwa,

"Buka.." pinta Ji hwa lagi dan jae hoon membukakan pintu.

***
Sepanjang perjalan rumah sakit Ji hwa dan Jae hoon terus membahas tentang berbagai penyakit. Banyak sekali pelajaran yang bisa Jae hoon dapatkan dari perjalanan kali ini. Sikap kakaknya memang berubah tapi pengetahuan kakaknya atas dunia ke dokteran tidak berkurang sedikit pun.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang