Ji hwa baru saja menyelesaikan tugas berkelilingnya. Ketika Ia melihat Woo Jin yang datang dari arah berlawanan, tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya.
Ia mendadak menghentikan langkahnya. Ia hanya terus menatap pada Woo Jin yang berjalan layaknya seorang model. Para dokter junior dan perawat pun meninggalkan Ji hwa di tempatnya.
"Sudah selesai? " tanya Woo Jin
"Ehm.. Ooh.. Emm" ucap Ji hwa mengiyakan namun Ia mendadak menjadi gugup dengan sendirinya.
"Ikut aku yuk.." ajak Woo Jin
"Kemana?" tanya Ji hwa
Woo Jin tersenyum, "menjenguk seseorang" ucap Woo Jin yang langsung menarik tangan Ji hwa.
"Em.. Tapi aku masih ada shift.."
"Aku sudah membuat Izin. Lagi juga sekarang sudah ada dokter bedah baru" ucap Woo Jin yang terus menggandeng tangan Ji hwa.
"Woo Jin tapi.."
"Kalau ada yang urgent aku sudah bilang seseorang untuk menghubungi mu. Jadi sekarang ikut saja.. "
Ji hwa menghela napasnya. "Yaudah paling tidak biarkan aku mengambil tas di ruangan ku."
"Aku sudah mengambilnya. Sudah aku bawa ke mobil"
Ji hwa pun tak bisa melakukan apapun selain pasrah mengikuti Woo Jin.
...
...Keduanya sudah berkendara lebih dari satu jam. Namun mereka belum juga sampai di tempat tujuan.
"Sebenernya kita mau kemana sih?"
"Sudah aku bilang menjenguk seseorang" ucap Woo Jin
"Ya, seseorang itu siapa. Apa aku kenal?" .
Woo Jin nampak berfikir. "Sepertinya kenal. Kalian pernah bertemu"
Ji hwa terdiam sesaat, siapa kah orang yang tinggal di tempat jauh dan dia kenal.
"Eoh..kita keluar kota?" tanya Ji hwa yang menyadari bahwa mereka memilih jalur untuk ke kota lain dan bahkan melewati tol.
Woo Jin mengangguk.
"Apa aku punya kenalan di luar kota?" gumam Ji hwa lagi.
Woo Jin mengangguk. Ji hwa pun hanya menghela napasnya. Lalu memilih untuk memandang keluar jendela.
"Istirahat dulu saja.. Kita masih butuh kurang lebih 2 jam perjalanan lagi."
Ji hwa tak menyauti. Ia hanya terus menatap ke arah luar. Lalu menurunkan kaca jendela mobilnya. Ketika di perjalanan Ji hwa paling suka saat wajahnya terkena hembusan angin. Woo Jin pun hanya membiarkan.
Angin yang menerpa wajah Ji hwa. Perlahan membuat wanita itu mengantuk hingga akhirnya terlelap. Woo Jin tersenyum memperhatikan sang istri. Ia mengusap kepala istrinya dengan lembut. Lalu dengan satu tangan membenarkan kepala sang istri dan kemudian menutup jendela yang semula di buka oleh Ji hwa.
Ji hwa yang sudah benar-benar terlelap bahkan tak sedikit pun terusik. Ia hanya menyamankan posisi tidurnya yang lagi-lagi membuat Woo Jin tersenyum senang. Woo Jin sungguh tak tau bahwa hanya melihat Ji hwa tertidur dapat membuatnya sesenang itu.
...
...Woo Jin menggerakan tangan Ji hwa untuk membangunkan. Butuh beberapa menit hingga Ji hwa benar-benar terbangun.
"Hmm?" tanya Ji hwa dengan kesadaran yang belum penuh.
"Kita sudah sampai.. " ucap Woo Jin
"Eum? Oh.." jawab Ji hwa yang kini meregangkan tubuhnya. Ia menutup mulutnya karna menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasy"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...