Lima puluh empat

875 139 36
                                    

Alarm yang berasal dari ponsel Qianna tak berhenti berdering membuat pemiliknya mau tak mau terbangun. Qianna mengambil ponselnya dan mematikan alarm itu. Ia masih pada posisinya matanya menatap lurus tembok di kamarnya itu. Air matanya perlahan terjatuh saat mengingat ternyata dia benar-benar bermimpi. Tak hanya air mata yang jatuh Ia juga mulai terisak. Ia pergi Ia akan senang saat memimpikan Woo jin, tapi ternyata Ia justru semakin sedih. Ia menyesal sering meminta untuk bertemu woo jin lagi meski di dalam mimpi. Perasaan sadar bangun dari mimpi itu memang yang paling menyakitkan.

Isakan Qianna semakin menjadi saja hingga seseorang memanggilnya.

"Mba.. Kamu nangis?"

Qianna tak menjawab hanya terus saja menangis.

"Mba... ?" ucap seorang wanita yang kemudian menggoyangkan bahu Qianna. Berbeda dengan Qianna yang baru bangun wanita itu sudah tampak rapi.

"Aku ngga papa.."

"Lah.. Mba Qianna nih aneh-aneh aja.  Mba katanya ada artis yang dateng ke warung si ibu kemarin? "

Pertanyaan itu sontak membuat tangisan Qianna terhenti.  Ia pun langsung duduk di kasurnya. 

"Kamu ngomong apa? "

"Itu katanya ada artis.  Katanya pacar mu mba?  Memang sejak kapan kamu punya pacar? " tanyanya lagi. 

Qianna terpaku di tempatnya.  Ia mencoba mengingat cara pulangnya semalam.

Malam itu di luar hotel Ia menghentikan langkahnya dan memejamkan matanya lalu seseorang memanggilnya mengajaknya pulang bersama dengan motor.

"Aku pulang dengan siapa semalem?"

"Dengan kadek kan? Katanya mba nebeng kadek , Mba Qianna juga tumben kemarin langsung tidur engga mandi atau ganti baju dulu. "

Qianna menatap dirinya sendiri. Ia benar-benar menggunakan pakaian kemarin. Apakah artinya dia tidak mimpi, kalau dia tidak bermimpi bukankah itu artinya Woo Jin juga nyata?

Dengan cepat Ia mengambil ponselnya, mencari panggilan masuk yang tak di kenal dan nomor itu benar-benar ada.

"Aku pasti sudah gila..aku pasti sudah gila" ucap Qianna

Ia menekan tombol panggil. Dengan penuh harap Ia menutup matanya. Menyiapkan hatinya untuk siapapun yang mengangkatnya.

Maaf saat ini pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. 

"Aishhh.  Ya! Bagaimana mungkin sempat-sempatnya aku tidak punya pulsa?"

"Mba ngomong apa sih?"

Qianna menggelengkan kepalanya.

"Punya pulsa ngga?"

Wanita itu menggeleng. "Adanya kuota internet"

"Beli pulsa dimana ya?"

"Ih apasih mba Qianna. Biasanya juga isi pulsa di shopee atau tokped "

Qianna membuka ponselnya. Ia langsung saja mengisi pulsanya dengan saldo shopee yang tersisa. Baru saja ia mengisi Ia sudah mendapatkan pesan bahwa pulsanya terpotong karna Ia pernah meminjam pulsa.

"Ah.. Yang benar saja sih. Sempet-sempetnya miskin di saat kaya gini"

Qianna semakin kesal, kesal karna terlalu gugup dan juga takut. Seluruh tubuhnya terasa tak enak. Ia bahkan merasa mual. Membayangkan bahwa itu nyata membuat tubuhnya seakan sedang di lewati hewan-hewan kecil.

Dengan sabar Ia membuka mbangkingnya untuk mengisi pulsa. Beruntunglah kali ini bisa.

Ia menenangkan dirinya sendiri, lalu kembali menghubungi nomor itu.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang