Empat Puluh Delapan

851 138 12
                                    

Dengan menggandeng lengan ayah Jae hoon, Nam Gyu Ri berjalan perlahan menggunakan dress putih cantiknya. Ia tidak pernah menyangka bahwa pada akhirnya hatinya akan tertambat pada si pembuat onar paling tampan yang pernah Ia temui. Han Jae hoon dengan segala kekuasaanya membuatnya tak mampu berpaling pada pria manapun. Ia mencintai Han Jae Hoon.

Begitupun Han Jae Hoon yang sudah menanti Nam Gyu Ri di tempatnya. Gugup tentu saja, dalam hidupnya ini pertama kalinya Ia sungguh-sungguh menentukan keinginannya sendiri. Setelah ini Ia akan bertanggung jawab atas kebahagian seseorang. Seseorang yang entah kapan mulai Ia cintai. Seseorang yang sangat jauh dari tipe Idealnya.

Di bangku para tamu, Han Ji Hwa duduk di antara Woo Jin dan juga Hyo Joon. Perut Han Ji Hwa nampak timbul di balik gaun biru muda cantiknya. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Woo Jin.

"Ck..lihatlah anak itu pasti gugup sekali sekarang" ucap Ji hwa

Woo Jin mengangguk, mengiyakan. Ia tersenyum cerah dan merangkul pundak sang istri.

"Kau kapan akan menikah Hyo Joon?"

"Aku terlalu sibuk untuk menikah" ucap Hyo joon dan membenarkan kaca matanya.

"Menikahlah.. Atau paling tidak berkencan" ucap Ji Hwa

Hyo joon memaksakan diri untuk tersenyum.
"Kalau gitu apa kalian bisa gantikan pekerjaan ku?"

Ji hwa menggeleng. "No thank you.."

"Kalau gitu jangan meminta ku menikah" ucap Hyo Joon

"Isshh.. Dasar batu" keluh Ji hwa

"Memangnya kau tidak?"

"Kalian tidak akan bertengkar di pernikahan orang lain kan?"

Ji hwa mengalihkan wajahnya dari hyo  joon lalu memeluk Woo Jin.

"Ck.. Kau pernah setengah mati mencintai ku. Sebelum mencintainya" cibir Hyo joon

"Diamlah.. Kau hanya masa lalu" saut Ji hwa dan seperti biasa Woo Jin hanya akan tersenyum.

Perdebatan antara Hyo joon dan Ji hwa tentu tidak akan pernah bisa terhindarkan. 

Han Jae Hoon dan Nam Gyu Ri mengucapkan ikrar pernikahan mereka yang tentu saja membuat air mata ibu Nam Gyu Ri meleleh. Dengan baiknya Ibu Ji hwa memeluk besan itu. Ia tah bagaimana rasanya saat menikahkan anak sulungnya dulu. Paling tidak jika Jae hoon yang menikah Ia tak terlalu sedih karna Jae hoon akan tinggal dengannya.

Han Jae hoon menangkup wajah Nam Gyu Ri yang kini sudah menjadi istrinya. Ia mencium dalam kening Gyu Ri lalu berpindah pada bibir Gyu Ri.

Mungkin mereka tidak akan bahagia setiap hari, tapi apapun itu mereka akan melewatinya bersama.
Hingga hanya maut lah yang mampu memisahkan mereka satu sama lain.

Ji hwa tiba-tiba saja mengecup pipi Woo Jin. "Saranghae"

Woo Jin tersenyum lebar dan mengecup kepala Ji hwa. "Aku lebih mencintai mu"

Hyo joon hanya dapat tersenyum tipis melihat keduanya. Hingga ponselnya bergetar. Ia tau sudah waktunya Ia pergi. Hyo joon pun meninggalkan tempat itu. Meski tak bisa lebih lama di sana doanya akan selalu menemani mereka semua.

Qianna meregangkan tubuhnya.
"Ah.. Selesai... " ungkapnya. Ia mengambil botol mineral di sebelahnya dan meminumnya.

"Hah.. Kenapa sedih sekali menyelesaikan cerita ini. Kalian harus bahagia oke.." ucap Qianna dan tersenyum sedih.

Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi lalu memejamkan matanya. Mencoba membayangkan dirinya ada di sana, memeluk tubuh Woo jin yang hangat.

"Oke.. Cukup. Tidak boleh sedih lagi.. Itu akan menjadi mimpi terbaik mu Qianna. Mari ucapkan selamat tinggal dengan Woo Jin dan yang lainnya." ucap Qianna dan kemudian menutup laptopnya.

"Ayo mandi..mandi" tambah Qianna dan beranjak dari kursinya.

***
Pria tampan yang sudah terlelap lebih  dari 10 hari itu perlahan menggerakan tangannya. Ia juga mengeryitkan dahinya, ingin membuka matanya namun terlalu silau.

Ia terus mencoba meski kepalanya terasa sakit. Hingga Ia mulai bisa menyesuaikan cahaya yang masuk kematanya. Ia tentu saja mengenali tempat itu, itu adalah kamarnya sendiri. Meski sulit Ia mencoba menggerakan tubuhnya yang kaku, mengangkat satu tangannya yang di pasangkan infus.
Ia tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya, Ia hanya mencoba untuk bangun dan duduk bersandar.

"Ah.. Badan ku kaku sekali" gumamnya seraya memijat pergelangan tangannya.

"Woo jin? Ji hwa?" gumamnya lagi. Saat mengingat sesuatu dalam mimpinya.

Ini pertama kali untuknya Ia bermimpi selama dan sejelas itu. Bahkan meski sudah bangun Ia masih mengingat semua mimpinya.

Pria itu menyentuh dadanya, bahkan Ia merasa sedih sekarang. Merasa sedih karna itu semua hanya mimpi.

Seseorang masuk ke kamarnya dan pria itu langsung saja menegurnya.

"Hyung kau lihat ponsel ku.?"

Pria yang di sapa itu , menjatuhkan kopi yang di bawanya karna kaget.

"Yoo yeon sok.. Astaga akhirnya kau bangun juga" ucapnya dan mendekat ke arah pria bernama Yoo yeon sok itu.

"Kau tidak apa?katakan apa yang sakit? Aku panggilkan dokter..ya"

Yeon sok menggeleng. "Ini kenapa ada infus. Aku hanya tidur. Ah badan ku pegal sekali"

"Hya! Kau tidur 12 hari bagaimana bisa tubuh mu tidak pegal. Ku pikir kau koma"

"12 hari? Jangan bercanda. Lalu jadwal ku?"

"Cancel lah apa lagi."

"Tapi tidak ada yang tau kan? Media juga tidak kan?"

Menejer yeon sok menggeleng. "Semuanya masih teratasi. Tapi aku sunggu hampir gila melihat mu begitu. Tidak ada yang bisa di lakukan dokter selain tetap memberi mu nutrisi" ucap sang menejer.

"Aneh sekali.. Dua belas hari. Pantas saja.."

"Pantas apa?"

"Aku bermimpi jelas sekali..dan panjang. Sama sekali tidak seperti mimpi. Semuanya seperti nyata."

"Mimpi apa?" tanya sang menejer

"Aku adalah seorang dokter, aku menikahi seseorang.. "

"Itu hanya kau terbawa drama mu"

Yeon sok mengangguk. Karna hanya itulah yang paling mungkin. Tapi mengapa hatinya merasa tak nyaman.

...
...

Qianna merapikan barang-barangnya yang penting dalam satu koper dan satu tas ransel. Ia tidak akan punya uang untuk membayar kosnya jadi dia memutuskan untuk keluar, untuk meninggalkan jakarta lebih tepatnya. Setelah beberapa pertimbangan, dia memilih jogja sebagai tempatnya melanjutkan perjalanan hidupnya sendiri.

Dengan sisa uang penjualan ponselnya dan juga bayaran dari penulisannya di web. Ia benar-benar bertekad untuk memulai hidup barunya.

***

Dua tahun kemudian...

***

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang