Setelah dua hari di rawat di ruang ICU akhirnya Woo Jin pun dapat di pindahkan ke ruang rawat biasa namun tetap masih dalam pantauan intensif oleh para dokter. Sudah lebih satu minggu Woo Jin mendapatkan perawatan dan selama itu Ji hwa tak pulang ke rumah. Saat pagi hingga sore dia akan bekerja, lalu saat jam kerjanya selesai dia akan merawar Woo Jin tak peduli berapa kali pun Woo Jin memintanya untuk pulang Ji hwa tak pernah mau pulang.
Sejak mengoperasi Woo Jin, Ji hwa pun kembali aktif mengoperasi para pasiennya sendiri. Meski Ia tetap membagi operasi mudah pada para juniornya. Ji hwa melakukan operasi bukan karna Ia sudah tak takut lagi, tapi karna Ia tak punya pilihan dan juga karna ini adalah tanggung jawabnya. Ia masih saja menangis setelah operasi ataupun berkeringat dingin tak jarang Ia merasa mual juga muntah.
Seperti hari ini Ji hwa baru saja keluar dari kamar mandi setelah memuntahkan hampir seluruh makanan dan minuman yang Ia makan. Dengan wajah lemasnya Ia duduk di kursi tunggu.
Seorang perawat menghampiri Ji hwa, memberikan air mineral dan juga tisu untuk menyeka keringat Ji hwa.
Ji hwa menerimanya, Ia meminum air mineral dan juga menyeka keringat lalu dengan bersandar ia pun bergumam.
"Hah.. Aku merasa seperti akan mati"
"Dokter Han baik-baik saja kan? Bagaimana dengan sakit kepala dokter Han?"
Ji hwa tak menjawab. Ia hanya menoleh pada sang perawat dan menanyakan hal lain.
"Apa aku ada operasi lagi hari ini?"
Perawat itu menganggukan kepalanya.
"Dokter Han ada pasien operasi jam 1."
Ji hwa menggeleng. "Sudah aku bilang jangan saat makan siang. Aku harus memastikan suami ku makan siang dengan benar.. Pindahkan di jam 2"
"Tidak perlu, aku bisa makan sendiri."
Ji hwa bergegas menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat Woo Jin yang berjalan mendekat dengan tertatih. Meski badanya masih lelah Ia pum berdiri dan menyusul Woo Jin.
"Kamu ngapain jalan-jalan kaya gini.. Kamu mau pendarahan lagi hah?"
"Han Ji hwa.. Apa kamu lupa siapa aku hanya karna aku menggunakan baju pasien?"
Ji hwa menatap kesal pada Woo Jin.
"Aku bahkan bisa mengoprasi diri ku sendiri kemarin.."
"Oh ya? Begitu? Ya..ya.. Baiklah..memang kamu yang terbaik!"
Woo Jin tersemyum mendengar ucapan Ji hwa. Ia berjalan lagi mendekat pada sang perawat.
"Boleh saya pinjam?" tanya Woo Jin
Perawat itu mengangguk dan memberikannya pada Woo Jin. Woo Jin membaca beberap berkas di sana.
"Ah.. Pasien ini dan ini berikan pada Doketer Han Jae hoon saja ya.."
"Ya! Apa-apaan kamu.."
"Mereka pasien ku" ucap Woo jIn
"Lalu kau membiarkan mereka di operasi oleh Jae hoon? Bisa apa memangnya dia"
Woo Jin melirik Ji hwa dengan galak. "Dia mungkin adik mu di rumah. Tapi dia kepercayaan ku di rumah sakit"
"Kepercayaan? Jae hoon? Oh come on.. Yang luka itu perut mu bukan kepala mu" ucap Ji hwa
Woo Jin menutup berkas itu dan memiringkan tubuhnya ke arah Ji hwa
"Jangan meremehkan kemampuan junior ku"
Woo Jin mengembalikan berkas itu. "Tolong Lakukan yang saya katakan tadi ya.."
"Tidak bisa.."
"Tolong lakukan saja ya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasy"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...