Setelah mendengarkan arahan dari sang pengawas, semua peserta Ujian menutup doal mereka. Di halaman paling depan tertulis TOPIK 2. Ya, mereka yang ada di sini sekarang baru saja menyelesaikan ujian Bahasa Korea.
Nampak seorang wanita bertubuh gempal dengan rambut pendeknya bangkit lebih dulu dan bergegas meninggalkan ruangan. Tentunya setelah di Izinkan.
Ia menuruni tangga dengan melirik jam tangannya. Kemudian semakin mempercepat langkahnya saat menyadari Ia bisa saja telat.
Dengan menggunakan ojek Online, wanita itu berhenti di sebuah warung makan. Warung makan yang tak seberapa besar itu namun cukup ramai.
"Mianhae...Mianhae.." ucap wanita gempal itu yang tak lain adalah Qianna. Ia mengatakan itu pada temannya yang nampak sedang sibuk. Lalu dengan cepat mengambil baju gantinya.
Ia juga bersalaman pada wanita berusia lebih dari lima puluh tahun itu sebelum berganti pakaian.
Kurang lebih 5 menit Ia pun kembali sudah dengan pakaian khas pelayan di sana.
"Napas dulu saja.. " ucap salah satu rekannya.
Wanita paruh baya itu pun ikut tersenyum.
"Minum dulu sana..""Hehe..ngga papa kok bu"
"Percuma bu.. Si pecinta oppa-oppa korea ini mana mau di bilangin." celetuk teman lainnya.
Qianna hanya tertawa, Ia mengambil pesanan yang sudah tersedia, lalu membaca nomor kursi.
"Bagaimana ujian mu Qianna..? "
"Terlalu mudah..bu. Harusnya aku sudah menjadi orang korea asli" ledek Qianna dan membawa pesanan itu.
"Nde..nde.. " ledek temannya yang sudah sering mendengar Qianna berlatih bicara korea.
...
...Warung makan yang memiliki menu utama gudeg itu sudah mulai tampak longgar. Mungkin karna sudah lewat dari jam makan siang. Hal ini di gunakan oleh para karywan untuk makan siang. Meski tidak semuanya.
Beberapa dari mereka saling berbicara menggunakan bahasa jawa. Hanya Qianna lah yang selalu menggunakan bahasa Indonesia meskipun Ia juga mengerti bahasa Jawa.
"Mba.. Kamu nanti ngga di sini lagi dong?"
"Kenapa memangnya?" tanya Qianna
"Kamu toh mau pindah ke perusahaan korea itu kan?"
Qianna hanya tersenyum.
"Kamu ninggalin kita dong mba? Ninggalin ibu juga?"
"Kalian tuh juga harus kaya mba mu, berkembang. Yo moso mau jadi pelayan terus. Masih pada muda bermimpi yang tinggi terus kejar. Buka usaha sendiri kalau perlu."
Qianna tertawa kecil, mengangguk lalu memeluk tangan wanita itu dan bersandar di sana.
"Cuma ibu tau ngga ya, yang ngga mau pekerjanya lama-lama kerja sama ibu"
"Yo..harus begitu. Pelayan itu batu loncatan saja. Ibu dulu juga begitu, dari cuma asah-asah sampai punya semdiri."
"Tuh dengerin kata ibu" ucap Qianna
"Nanti mba Qianna akan sering-sering mampir ke sini kan?"
"Ngga ah males ketemu kamu" ledek Qianna.
"Ih mba Qianna.." rajuknya.
Qianna tak ambil pusing. Ia memilih untuk keluar dari ruangan itu. Mengganti pekerja lain yang belum istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasy"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...