Empat Puluh Dua

897 142 6
                                    

Rumah sakit yang biasanya terasa panas karna persaingan antara dokter bedah itu kini mendadak menjadi begitu manis.  Tidak ada lagi lirik tajam penuh dendam, atau perselisihan pendapat dan memperebutkan pasien.

Seperti saat ini tim Ji hwa dan tim Woo Jin tak sengaja bertemu dari arah yang berlawanan. Jika Biasanya mereka akan saling melirik sinis atau berpura-pura tak melihat. Saat ini Woo Jin justru terang-terangan menggoda istrinya dengan mengedipkan sebelah matanya. Membuat Ji hwa menganga karna terkejut, namun berikutnya Ia tersenyum malu.

"Mwoya.." gumam Ji hwa yang menutup mulutnya menahan senyumnya.

"Aish.. Menggemaskan" gumam Ji hwa lagi.

Begitupun dengan Woo Jin, Ia berusaha menahan senyumnya namun jantungnya terlalu berdegup cepat.

"Ck.. Sejak kapan dia semempesona itu.. Aih.." gumam Woo Jin dan terus melangkah pergi.

...
...

Ji hwa dengan hati berbunga-bunganya berjalan dengan ceria bahkan sesekali dengan melompat-lompat sebagaimana yang sering Qianna lakukan.

Ia juga bersenandung lagu jatuh cinta.
Ia masuk ke ruangannya dan langsung terkejut karna adiknya yang berdiri dengan wajah di tekuk seribu.

"Omonaa.. Ya! Kau ingin membunuh ku dengan serangan jantung"

Jae hoon mencebik kesal menatap Ji hwa yang justru nampak menggemaskan. Ji hwa memberikan gerakan antisipasi.

"Mwo? Wae? Heum?" tanya Ji hwa

Jae hoon tak menjawab. Ia hanya membalik tubuhnya berjalan ke arah sofa dan kembali duduk di sana.

Ji hwa menutup pintu ruangannya dan ikut duduk di sofa lain.

"Wae?" tanya Ji hwa lagi menanyakan mengapa pada Jae hoon.

"Aku tidak mau lagi mengurus Gyu ri!" rajuk Jae hoon

Ji hwa mengusap lehernya. "Kenapa?"

"Ya kalau tidak mau tidak mau aja! Kalau noona memaksa aku akan cerita pada appa"

Ji hwa menganggukan kepalanya. "Oke.. "

"Oke apa?"

"Ya oke.. Gyu ri juga akan baik-baik saja!"

"Ya! Noona! Kalau kau secepat itu menyerah mengapa memaksa ku!" ucap Jae hoon yang makin kesal dan tak tau maunya apa.

"Ya paling tidak kamu mencoba dan tidak bisa. Yasudah.. " ucap Ji hwa

Jae hoon nampak lebih kesal. Ia sendiri tak tau mengapa merasa kesal. Ia tak mau mengurus gyu ri dan kakaknya menyetujui. Namun persetujuan kakaknya membuat Ia semakin..semakin kesal.

"Noona aku kesal!"

"Kau memang sering kesal.." jawab Ji hwa dengan tenang.

"Noona...! "

"Wae?  Wae?"

"Dia mengatakan aku mengganggunya. Jelas-jelas aku membantunya.."

"Huft.. Yasudahlah.. Tidak usah mengganggunya lagi. Oke"

Jae hoon menatap kesal pada kakaknya. Ia semakin mencebik.
"Semua orang ngga asik!" rajuk Jae hoon dan berdiri dari kursinya. Lalu dengan sengaja menendang pinngir sofa dan meja sebelum keluar.

"Semua menyebalkan!"

"Aishh.. Bayi itu benar-benar. Ya.. Memang dia pikir berapa sih umurnya.. Ah tau ah..ngga peduli" ucap Ji hwa dan menyandarkan tubuhnya pada sofa.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang