Dua puluh tiga

830 133 8
                                    

Buku yang di pegang Ji hwa tertutup dengan sedikit kencang hingga menimbulkan suara yang mencuri perhatian Woo Jin yang duduk di sofa dengan mengetik pada Laptopnya.

"Apa kamu tidak akan bekerja?" tanya Ji hwa pada Woo Jin

"Aku sedang kerja"

"Ya! Sejak kapan seorang dokter sibuk kerja dengan laptop. Memangnya kamu seorang presiden direktur?"

Woo Jin menegapkan tubuhnya , Ia menyilangkan kaki dan juga melipat tangannya tanpa mengatakan apapun hanya menunggu Ji hwa melanjutkan kalimatnya.

"Aku bosan" ucap Ji hwa yang kini nada suaranya menurun. Lebih seperti mengeluh gemas.

"Lalu aku harus bagaimana?"

Ji hwa mengacungkan tangannya. "Lepaskan infus ku" ucap Ji hwa

"Lalu?"

"Ya lepaskan saja.."

"Kamu akan berkeliling rumah sakit seperti anak baru?"

"Issh..tidak. Aku hanya akan diam di tempat ku"

Woo Jin menganggukan kepalanya. Ji hwa tersenyum dan menggerakan tangannya.

"Jadi?"

Woo Jin balas tersenyum. "Sayang sekali aku bukan dokter mu" ucap Woo Jin dan kembali menurunkan kakinya lalu menatap laptopnya.

Ji hwa mendengus kesal. Ia pun turun dari kasurnya, dengan repot menarik-narik tiang infusnya dan ikut duduk di samping Woo Jin.

"Woo Jin..Woo Jin ah..." ucap Ji hwa dengan manja yang tentu saja di abaikan oleh Woo Jin. Namun Ji hwa tak putus asa. Ia terus saja mengganggu Woo Jin dengan banyak cara, seperti bersandar, mendorong, meniup-niup rambut Woo Jin, bahkan mengganggu pekerjaan Woo Jin.

Woo Jin tak banyak merespon dengan sabar Ia hanya terus memperbaiki kerjaanya yang di recoki Ji hwa.

"Kamu benar-benar akan mengabaikan ku?"

Bukan menyauti Ji hwa, Woo Jin justru melihat layar laptopnya  lebih serius.

"Yaudah aku mau cari Hyo joon saja. " ucap Ji hwa berdiri dari duduknya dan akan melangkah pergi. Namun bajunya di tarik oleh Woo Jin.

Dengan penuh kemenangan Ji hwa tersenyum dan menolehkan kepalanya. 

"Kenapa?  Apa kamu cemburu dokter Song? "

Woo Jin menggeleng dengan wajah datarnya.

"Kalau itu lepaskan aku"

"Aku mau kamu lihat ini.."

"Ck.. Oh tidak perlu alasan bodoh seperti itu. Kalau cemburu bilang saja, kamu juga membuang hotteok dari Hyo joon."

"Apa delusi mu semakin parah Ji hwa? Apa aku terlalu pengangguran sampai harus sibuk merasa cemburu?"

"Buktinya kamu ada di sini bukan di kantor mu."

"Diamlah, jangan berlebihan. Aku di sini karna merasa berasalah dan duduklah, kamu perlu melihat ini"

Ji hwa mencebik kesal yang justru nampak gemas karna pipi cubbynya. Meski kesal Ia tetap duduk dan menatap layar laptop Woo Jin.

"Itu hanya radang usus buntu. Woo Jin ah. Apa kamu dokter baru sehingga harus berdiskusi hanya karna ..." oceh Ji hwa panjang lebar dan berhenti tepat ketika Woo Jin menunjukan hasil yang lain.

"Eoh.." ucap Ji hwa terkejut lalu mendekat pada layar laptop Woo Jin.

Ji hwa menunjuk gambar-gambar itu dan mencoba meyakinkan diagnosanya.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang