Enam

1K 128 16
                                    

Setelah mengelilingi rumah sakit yang  cukup besar itu akhirnya Ji hwa menemukan sesosok wanita yang nampak sangat berantakan itu. Duduk di sudut ruangan kantin, mencoba makan dengan cepat sekaligus menulis sesuatu. Wanita itu hanya makan sendiri tanpa teman, Ji hwa terus saja memperhatikan Gyu ri. Setiap kali Ia memperhatikannya, Ia merasa seperti sedang melihat dirinya sendiri. Itu lah yang selalu terjadi dengannya setiap hari, hanya sendirian melakukan banyak hal tapi terkadang hasilnya jauh dari ekpetasinya. Ji hwa mulai tak percaya dengan ucapan hasil tidak akan mengkhianati proses. Selama ini Ia sering kali menjadi korban pengkhianatan hasil. Seperti itulah Gyu Ri saat ini. Meski dia mengerjakan banyak hal hasilnya tetap tidak akan bagus, setelah ini dia akan di marahi. Gyu ri bahkan tak sempat untuk merasa sedih atau kesepian karna terlalu sibuknya dia.

"Everything gonna be oke..Nam gyu ri.." ucap Ji hwa. Ji hwa sudah akan pergi kalau saja Ia tidak melihat suaminya datang dan duduk di hadapan Nam Gyu Ri.

Ji hwa mencebik namun kemudian tersenyum. "Aku beri bocoran, dia akan menjadi kekasih mu.." ucap Ji hwa dengan suara berbisik.

"Ck.. Aku pasti wanita paling sabar di dunia, bagaimana tidak aku bahkan dengan baik hatinya membiarkan suami ku mengkhianati ku." gumam Ji hwa masih dengan memperhatikan.

***
Sebuah nampan berisi makanan yang masih terisi sempurna mendarat di mejanya. Hal itu tentu membuat Ia yang sedang menunduk mengangkat kepalanya memastikan siapa yang datang.

"Dokter Song.. " ucapnya dan dengan gugup akan berpindah tempat.

"Mau kemana? Duduk saja di sana" ucap Woo jin dan mulai memakan makanannya.

"Ah..baik dok" ucap Gyu ri dan kembali duduk. Ia mencoba makan dengan cepat dan terus menundukan kepalanya.

"Apa kau benar-benar sekolah kedokteran?"

Gyu ri dengan takut-takut mengangguk. "Benar dok.."

"Kalau begitu kamu harusnya tau kalau makan terlalu cepat, dengan posisi seperti itu akan mengganggu saluran cerna mu."

Gyu ri pun membenarkan posisi duduknya meski masih menunduk dan mulai memakan makanannya lebih pelan.

"Makanlah dengan benar, makan dengan mengerjakan pekerjaan mu hanya akan membuat pekerjaan mu jadi lebih berantakan. Bukan seperti itu mengatur waktu dengan efesien. Fokuslah dengan makanan mu, lalu waktu yang tersisa kerjakan yang harus kamu kerjakan." ucap Woo Jin lagi

Gyu ri menganggukan kepalanya. "Nde..Eusanim.."

"Maaf membuat mu tidak nyaman, hampir semua tempat penuh dan saya tidak bisa makan jika terlalu berisik, saya tidak sempat makan di luar karna akan ada operasi lima belas menit." ucap Woo jin

"Tidak apa dok.." ucap Gyu ri

"Terimakasih"

"Tidak dok, tidak perlu berterimakasih." ucap Gyu ri dengan suara gugupnya.

Woo jin sudah akan mengatakan sesuatu. Namun Ia tidak mau terlalu banyak bicara apalagi mengurusi urusan orang lain, Ia hanya ingin menyelesaikan makan siangnya lalu melanjutkan pekerjaanya.

***
Sebenarnya Ji hwa sudah cukup sehat untuk keluar sebagai pasien dan mulai kembali kerja. Hanya saja Ji hwa takut untuk memulai bekerja, Ia takut harus melakukan operasi sedangkan Ia tidak bisa apa-apa. Sehingga ji hwa memilih untuk mempelajari berkas-berkas pasien dulu. Kalau dia mengerti artinya kemampuannya secara natural muncul sendiri seperti dia yang bisa berbahasa korea.

"Mari kita lihat.." gumam Ji hwa dan lagi-lagi Ia takjub.

"Wah.. Aku paham ini.." ucap Ji hwa dan membaca berkas-berkas pasiennya yang baru saja Ia minta dari perawat.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang