Tiga Puluh Enam

854 132 36
                                    

Dengan wajah cemberut yang tetap saja membuatnya terlihat menggemaskan Jae hoon masuk ke ruang Ji hwa dan menutup pintu ruangan Ji hwa dengan cukup kencang, membuat Ji hwa yang sedang melihat data pasien terkejut dan menatap ke arah Jae hoon.

Melihat adiknya Ji hwa ikut memasang wajah tak enak. Bagaimana tidak jika seharian ini Jae hoon terus mengejeknya.

"Apa? Mau apa? Mau apa lagi hah?"

Jae hoon tak menjawab hanya duduk di kursi yang ada di hadapan Ji hwa.

"Kemungkinan hyung sudah bisa pulang"

"Hyung? Woo Jin maksud mu?"

Jae hoon menganggukan kepalanya. Tangannya memainkan barang-barang yang ada di meja Ji hwa.

"Oh.. Lalu kenapa wajah mu seperti itu?"

"Kenapa memang wajah ku? Masih tetap tampan."

Ji hwa memutar bola matanya. Ia bersyukur adiknya memiliki kepercayaan diri yang tinggi, tapi jika terlalu tinggi akan membuatnya muak.

"Ada apa?" tanya Ji hwa lagi mencoba mengabaikan ucapan Jae hoon

Dengan kasar Jae hoon menghela napasnya dan menggeleng.

"Tidak, aku hanya ingin mengabari itu. Ah satu lagi.. Malam ini noona harus menginap di rumah sakit, karna Eomma tidak mengizinkan noona pulang"

"Ah.. Apa lagi ini..." ucap Ji hwa

Merasa tak ada yang perlu di katakan lagi, Jae hoon pun berniat akan berdiri. Namun tangannya di tahan oleh Ji hwa.

"Ada apa?"

Wajah Jae hoon semakin mencebik.

"Aku di bentak oleh wanita"

"Kau? Wah.. Akhirnya ada juga, syukurlah"

"Ahh..noona aku serius" rajuk Jae hoon

"Aku juga"

Respon Ji hwa membuat mood jae hoon semakin hancur. Ia menyesal bercerita dengan kakaknya.

"Ah sudah lah.." ucap Jae hoon yang merajuk karna respon kakanya, sayangnya Jae hoon tak bisa pergi karna tangannya masih di pegan oleh sang kaka.

"Lepas ah.. Aku mau keluar. Aku mau pulang. Aku mau tidur di kasur nyaman ku." ucap Jae hoo lagi

"Ck.. Gitu aja marah. Aku bercanda.."

Jae hoon tak menjawab, kini Ia mengembungkan pipinya membuatnya semakin nampak menggemaskan.

"Sorry..sorry.. Jadi kenapa? Kenapa bisa kau yang super duper mempesona ini di bentak."

"Aku hanya mengatakan kenyataan. Lalu dia marah padaku. Wah.. Yang membuat aku semakin kesal, wanita itu bahkan sama sekali tidak cantik, kuno, berantakan..errh.. Pokoknya mengerikan. Berani sekali dia begitu" ucap jae hoon.

Ji hwa nampak menyimak cerita Jae hoon dengan serius kali ini. "Kamu yakin kamu yang benar? Masalahnya mulut mu itu memang kadang menyebalkan"

"Ya tapi dia gak punya hak melakukan itu. Bagaimanapun aku lebih tua, seniormya dan bahkan aku anak pemilik rumah sakit ini. Bagaimana mungkin dia berani seperti itu padaku."

"Tunggu.. Apa maksud mu dia wanita yang bekerja di sini? Wah siapa dia? Apa aku mengenalnya?"

Jae hoon mengangguk mantap.
"Dia musuh bebuyutan mu. " timpal Jae hoon lagi

"Gyu ri?" tanya ji hwa spontan.

Bukannya membenarkan, Jae hoon menyipitkan kakaknya mencoba menggoda atau meledek kakanya.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang