Tidak seperti biasanya dimana Ji hwa selalu memilih untuk segera sampai di apartement setelah pulang bekerja. Kali ini Ia memutuskan untuk berjalan-jalan lebih dulu, menikmati cuaca malam di seoul seraya memperbaiki hatinya. Pembicaraan tentang sakitnya tadi pagi mau tak mau masih mengganggu perasaanya.
Ji hwa duduk di kursi halte bis. Jujur saja setiap kali Ia menonton drama korea. Adegan favoritnya adalah ketika para gadis duduk di halte menunggu bis dan juga termenung. Sama halnya seperti dia saat ini.
Apakah Ia sudah menjadi sosok peran wanita dalam drama?
Jika di ingat-ingat ini pertama kalinya Ia benar-benar menikmati kota seoul. Selama beberapa bulan di sini. Aktivitas nya hanya seputar rumah,rumah sakit, dan apartement.
Ji hwa menghela napasnya dan kemudian bersandar pada dinding halte. Ia bukan takut mati, Ia justru takut untuk kembali. Bagaimana caranya Ia siap menjalani hidupnya kembali menjadi Qianna, setelah apa yang Ia alami di sini?
Setelah semua ini hanya dia yang akan ingat. Hatinya bahkan terasa sakit sekali saat ini hanya dengan memikirkannya. Ji hwa melenguh lagi. Ini lebih menyakitkan karna Ia bahkan tak bisa menangis.
...
...Mobil sport milik Jae hoon berhenti karena lampu merah. Ia akan menuju rumah sakit untuk shift malam bersama Gyu ri di dalam mobilnya. Demi menuruti perintah kakaknya Ia pun selalu menyamakan jadwalnya dengan Nam Gyu Ri.
"Oh.. Dokter Han.. Itu bukannya dokter Han Ji Hwa..?" tanya Gyu ri
Jae hoon pun menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Gyu ri.
"Iya kan?" tanya Gyu ri lagi.
Jae hoon akan membuka kaca mobilnya, namum Gyu ri menahannya.
"Jangan.. Di buka.."
"Aku akan memanggilnya" ucap Jae hoon
Nam Gyu Ri menggeleng. "Menurut saya. Perasaanya sedang tidak baik. Bagaimana kalau dokter hubungi dokter song saja" ucap Gyu Ri.
Jae hoon nampak berfikir. Kemudian Ia mengambil ponselnya, memotret Ji hwa barulah mengirim pesan pada Woo Jin.
Suara klakson di belakang mobil mereka menyadarkan Jae hoon untuk kembali menjalankan mobilnya.
...
...Tak ada yang di lakukan oleh Ji hwa selain hanya diam di sana, menatap langit, menatap mobil yang berlalu lalang, atau sekedar melamun. Bahkan Ia tak menyadari bahwa waktu sudah berlalu selama kurang lebih satu jam dia di sana tanpa melakukan hal yang berarti.
Ia harus segera pulang atau Woo Jin akan menkhawatirkannya. Dengan malas karna masih ingin di sana Ji hwa pun mulai berjalan.
"Apa kamu akan berjalan sampai apartement?"
Suara orang yang di kenalinya. Membuat Ji hwa menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Mau pergi kencan?" tawar Woo Jin
Ji hwa tersenyum meski masih dengan tampang lemasnya. Woo Jin berjalan mendekat pada Ji Hwa. Setelah berada di sampingnya Ia menawarkan Ji hwa untuk merangkul lengannya.
Tanpa berniat menolak Ji hwa pun merangkul tangan Woo Jin, memeluknya lebih tepat dan bersandar di sana dengan terus melanjutkan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Woo Jin
Ji hwa hanya menggelengkan kepalanya.
"Pasien di rumah sakit, menyebalkan? " tanya Woo Jin
Ji hwa tersenyum dan menggeleng. "Aku yang paling menyebalkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasy"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...