Malam ini menjadi malam yang panjang untuk Ji hwa, Woo Jin dan juga Hyo joon. Mereka sibuk dengan pemikiran dan perasaan masing-masing. Pada dasarnya mencintai seseorang memanglah tak pernah mudah.
Ji hwa menuruni tangga rumahnya dan berjalan menuju ruang tamu yang kini sudah nampak temaram. Ia melihat ayahnya yang duduk di sofa ruang tamu dengan memangku laptop.
"Appa.." panggil Ji hwa
Ayah Ji hwa mengangkat kepalanya dan menatap putri kesayangannya itu.
"Aku.."
"Apa perut mu sakit?"
Ji hwa menganggukkan kepalanya perlahan.
"Tunggulah di meja makan, papah akan membuat kan mu sesuatu" ucap sang ayah dan kini meletakan laptopnya lalu berjalan menuju dapur. Ji hwa mengikuti langkah ayahnya. Ia tak mau menunggu di meja makan utama tempat melainkan Ia menunggu di meja mini bar dekat dapur keringnya.
Dari tempatnya Ia bisa melihat ayahnya membuatkan sesuatu untuknya. Hanya saja mereka berdua terlalu canggung untuk bicara terutama Ji hwa.
Kurang lebih 20 menit satu mangkuk bubur sudah terhidang di hadapan Ji hwa.
"Makanlah pelan-pelan"
"Terimakasih, appa"
Ayah Ji hwa menganggukan kepalanya.
Ji hwa pun mulai menyicipi masakan sang ayah dan terkejut dengan rasanya yang enak.
"Oh.. " gumam Ji hwa reflek lalu memakan lagi buburnya.
"Appa bisa masak? Ini enak sekali" ucap Ji hwa
Ayah Ji hwa tersenyum tipis. "Makanlah pelan-pelan"
"Kapan papah belajar memasak? Kenapa aku tidak tau?"
"Saat papah kuliah di luar negeri papah harus terbiasa melakukan semuanya sendiri. Termasuk memasak"
"Kenapa papah tidak mengizinkan ku kuliah di luar negeri? Aku bisa belajar mandiri juga"
"Karna kamu perempuan. Kamu tidak perlu menjadi mandiri. Kamu hanya perlu menemukan seseorang yang siap membantu mu. " ucap sang Ayah
Ji hwa menghentikan makannya dan menatap ayahnya.
"Appa..maafkan aku"
Ayah Ji hwa hanya membalas ucapan Ji hwa dengan tersenyum.
"Appa...aku benar-benar minta maaf"
"Bukan salah mu jika kamu menjadi keras kepala, saat kamu seperti ini kamu mengingatkan appa dengan diri appa. Appa juga tidak akan melepaskan atau menyerah pada keinginan appa begitu saja. Hanya saja jangan dengan cara menyakiti diri mu seperti ini."
"Maafkan aku.."
"Han Ji hwa apa kau tidak percaya pada appa?" tanya sang Ayah kali ini tatapannya lebih serius.
Ji hwa yang di tanya seperti itu hanya bisa diam. Mengatakan percaya pun percuma karna sikapnya tak menunjukan bahwa Ia percaya.
"Apa kau tidak percaya jika semua yang appa lakukan hanyalah demi kebaikan mu dan jae hoon?"
"Mianhae..appa" ucap Ji hwa lagi meminta maaf.
"Banyak sekali yang appa pedulikan di Dunia ini tapi hanya kamu, jae hoon dan juga ibumu yang paling penting dalam hidup appa. "
Ji hwa kembali terdiam.
"Bahkan ketika ayah, memilihkan Woo Jin untuk mu. Itu bukan hanya tentang hubungan persahabatan antara appa dan ayah woo jin. Butuh proses yang cukup lama untuk mencari siapa yang lebih pantas, Hyo joon atau Woo Jin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasy"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...