Rasa dingin seakan baru mulai terasa pada kulit Ji hwa. Ia bergerak mencari sesuatu yang bisa membuatnya hangat masih dengan mata terpejam. Ia belum mau untuk bangun, karna kepalanya yang terasa pening dan juga karna Ia merasa cukup lelah. Ji hwa sudah menutup tubuhnya hingga sebatas leher. Ia bergerak lagi dan memeluk sesuatu yang ada di sampingnya, mungkin sebuah bantal pikit Ji hwa. Hingga sesuatu di sampingnya bergerak dan memeluk tubuhnya.
Rasa kantuk Ji hwa seketika menghilang. Dengan kecepatan kilat Ji hwa membuka matanya. Betapa terkejutnya Ji hwa ketika hal yang pertama kali di lihatnya. Adalah tubuh seseorang, tepatnya dada seseorang yang bahkan tampak polos tanpa terlapisi benang apapun.
Perlahan Ji hwa mendongakan kepalanya. Meski tak bisa melihat wajah pria itu sepenuhnya, tapi Ia cukup tau kalau pria itu adalah Woo Jin.
Ji hwa terpaksa menelan salivanya bulat-bulat. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Tidak..tidak mungkin..tenang..tenang" ucap Ji hwa pada dirinya sendiri. Kini ia mencoba melihat tubuhnya sendiri. Melihat dirinya yang juga tak memakai apapun rasanya ingin sekali menjerit. Namun Ji hwa menahannya, Ia tak mau lebih malu lagi jika Ia sampai menjerit dan membangungkan woo jin.
"Aishh.. Ji hwa.. Ah.. Kau mau mati hah?" rutuk Ji hwa pada dirinya sendiri.
Dengan gerakan yang sangat pelan, Ji hwa mencoba melepaskan pelukan Woo Jin. Ia sungguh tak nyaman saat kulit Woo Jin besentuhan langsung dengan kulitnya.
Namun bukannya terlepas. Woo Jin justru menarik Ji hwa dalam pelukannya dan mengerarkannya. Tak ada yang bisa Ji hwa lakukan selain mematung di tempatnya.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba mengingat apa yang tetjadi semalam. Kepalanya yang sakit dan pening tentu saja langsung membuatnya ingat tentang Ia yang mencoba soju semalam dan langsung mabuk hanya dengan 2 gelas.
Ia juga ingat mengatakan hal-hal tak jelas lalu menangis.
Setelah itu yang Ia ingat mereka pulang menaiki taxi. Dan kenangan memalukan pertama pun mulai di ingat Ji hwa. Yaitu Ia yang terus memeluk Woo Jin dalam perjalanan, dan merengek tak mau berpisah dari Woo Jin.
"Aish.. Ahh Han Ji hwa.. " gerutu Ji hwa lagi.
Ji hwa terus mencoba mengingat dengan harapan tak ada yang lebih buruk lagi. Namun semakin ia ingat semua itu semakin memalukan saja. Ia bahkan ingat Ia memaksa untuk mencium Woo Jin. Meski Woo Jin mencoba untuk menahan dirinya.
...
...Ji hwa mengalungkan tangannya pada leher Woo Jin, lalu menariknya agar sejajar dengan wajahnya. Ia pun mencium Woo jin.
"Ji hwa..duduk lah. Aku akan ambil pereda mabuk mu" ucap Woo Jin mencoba melepas Ji hwa. Namun Ji hwa bersikukuh menolak. Ia bahkan mulai menangis.
"Kamu tidak mau dengan ku? Kamu akan meninggalkan ku iya kan? Kamu akan memilih Nam Gyu Ri"
"Aku tidak akan kemana-mana" ucap Woo Jin
Ji hwa menggeleng. "Bohong.. Kamu akan meninggalkan aku. Kamu tidak suka dengan ku. Kenapa? Karna aku gendut? "
"Karna kamu sedang mabuk sekarang" ucap Woo Jin dan mencoba mendudukan Ji hwa di kasur.
"Aku tidak mabuk!" jawab Ji jwa kesal.
Ia melepaskan diri dari Woo Jin lalu duduk di kasur dengan marah tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasia"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...