Berkali-kali Ji hwa membasuh wajahnya yang memerah juga sembab karna tangis konyolnya. Dengan menghela napas berat Ji hwa menatap wajahnya pada kaca. Jelas sekali raut wajah itu masih memamerkan rasa luka. Tangan Ji hwa mengusap dadanya. Rasanya sungguh masih tak enak. Hingga tiba-tiba saja air matanya kembali terjatuh dari pinggir matanya.
"Ahh udah dong Han Ji hwa.. " ucap Ji hwa dan kemudian menghapus air matanya lagi.
"Issh.. Hyo Joon brengsek.." cibir Ji hwa
"Terserah..terserah mau pindah ke ujung dunia sekalipun.. Aku tidak peduli"
"Aku bener-bener ngga akan peduli. Lagi pula aku punya suami.. Woo Jin jelas-jelas lebih baik dari mu. " ucap Ji hwa seakan lupa bahwa Ia sendirilah yang menentukan karakter seperti itu.
Ji hwa terus mengusap dadanya, meskipun bibirnya mengatakan hal seperti itu namun tidak dengan hatinya, hatinya masih sangat amat sakit.
Setelah merasa sedikit membaik Ji hwa pun keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit dengan perasaan tak menentu. Seaakan itu belum cukup untuk menghancurkan hari ji hwa, Ji hwa melihat Gyu ri yang sedang di rundung oleh sekumpulan dokter lain.
"..sialan.." umpat Ji hwa yang sungguh tak tahan lagi, melihat Gyu ri di perlakukan seperti itu. Melihat Gyu ri yang di rundung seperti itu mengingatkannya pada peristiwa lalu, peristiwa yang tidak akan bisa Ia lupa.
Ia merasa sedang melihat Qianna kecil yang sedang mengambil nilai menari sendiri lalu di rubung oleh teman sekelasnya di tertawai, tak ada yang menyelamatkannya saat itu.
"Ya! " teriak Ji hwa dan mendekat pada kerumunan itu.
Mereka semua sontak menoleh kaget. Begitupun Gyu ri yang terkejut hingga kumpulan kertas di tangannya terjatuh.
Ji hwa sangat marah dan terluka melihat Gyu ri yang nampak sangat berantakan, wajah pucat dan lelah. Seakan orang-orang di sana tak ada yang bisa melihat bahwa dengan tubuh seperti itu Gyu ri bisa mati di tempat kapanpun.
Karna rasa sangat marahnya tubuh Ji hwa seakan bergetar hebat. Ia sungguh membenci keadaan seperti ini. Mungkin karna itulah Ia di sini menjadi Ji hwa, untuk menyelamatkan Gyu ri, untuk membalas rasa sakitnya.
"Apa itu?!" tanya Ji hwa
Gyu ri menggeleng dengan cepat, "bukan apa-apa dok."
"Berikan pada ku" ucap Ji hwa
"Ini bukan apa-apa dok.." ucap Gyu ri dengan suara ketakutan.
Ji hwa mengulurkan tangannya. Ia sangat marah namun masih coba untuk Ia tahan.
"Berikan padaku.."
Gyu ri menggelengkan kepalanya.
"Nam Gyu Ri!" bentak Ji hwa yang langsung saja menjadi pusat perhatian. Ji hwa menarik napasnya mencoba menenangkan dirinya lagi.
"Berikan padaku selagi aku masih bicara baik-baik, dokter Nam" ucap Ji hwa
"Itu laporan kami yang dokter Nam mau lihat" ucap salah seorang
Ji hwa tak beralih dari Gyu ri , "berikan" ucap Ji hwa lagi yang kembali memelan namun penuh penekan.
Gyi Ri tetap tak mau memberikannya. Membuat Ji hwa tak tahan dan berusaha untuk merebutnya. Ia bukan marah dengan Gyu ri. Hanya saja Ia butuh lihat itu untuk bisa membela Gyu ri. Sebagai Ji hwa Ia tak bisa menolong Gyu ri begitu saja.
"Dok .. Jangan.." ucap Gyu ri dan mencoba mempertahankan. Namun Ji hwa tetap merebutnya. Hingga terjadi tarik menarik.
"Berikan pada ku .."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)
Fantasy"Terkadang mereka yang tak menangis bukan karna mereka tak susah atau tak terluka. Tetapi karna mereka sadar, air matanya tak memiliki kekuatan untuk dapat dihargai. Sehingga meski semua terasa melelahkan dan menyakitkan mereka tetap memilih untuk...