Dua

2.9K 218 18
                                    

Entah apakah ini bisa di sebut membaik ataukah ini tahap menuju mati rasa.

Qianna bergegas ke kamar mandi. Ia kembali mencoba memuntahkan sesuatu namun tak ada. Hanya perutnya saja yang terasa begitu sakit dan Ia yang merasa mual. Qianna membuka laci mejanya dan mengambil satu kotak obat yang terdapat banyak sekali pilihan obat. Semula Qianna akan mengambil obat penghilang mual, namun tak jadi karna Qianna memilih untuk  mengambil obat tidur saja.

Qianna sudah mengambil satu tablet obat tidur, kemudian menambahnya menjadi dua, Ia berfikir sejenak dan mengeluarkan satu tablet lagi. Qianna sudah akan menutup botol obatnya namun dengan mudahnya Ia menambah satu tablet lagi obat yang akan Ia minum.

Tanpa berfikir apapun, Qianna langsung mengkonsumsi empat obat tidur itu sekaligus. Ia hanya ingin tertidur cukup lama tanpa terganggu oleh apapun.

Jantung Qianna berdegup lebih cepat dari biasanya mungkin efek dari obat yang baru saja Ia minum. Qianna mengantur napasnya sendiri sebelum membawa laptopnya menuju kasur dan Ia pun merebahkan dirinya.

Entah pada menit ke berapa Qianna mulai terlelap dalam tidurnya. Ia mulai meninggalkan alam sadarnya yang begitu melelahkan. Napas Qianna yang semula nampak memburu kini perlahan menjadi stabil.

***
Rasanya baru sebentar sekali Ia terlelap. Kini Ia sudah kembali mendengar suara ketukan. Seingatnya Ia sudah meminum 4 tablet obat tidur sekaligus yang seharusnya bisa membiusnya tapi kenapa Ia masih saja tersadar hanya dengan sebuah ketukan.

Meski mendengar Qianna tetap tak mau bangun. Ia terus memaksa dirinya terlelap. Lagi pula itu pasti ibu kosnya. Entah apa lagi yang ibu kosnya inginkan darinya.

Ketukan yang coba Ia abaikan semakin menguat. Bukan hanya itu Qianna merasa ada yang janggal, karna Ia mulai mendengar banyak suara orang berkerumun dan lagi, Ia merasa sulit untuk tertidur lagi seakan rasa ngantuk dan lelah itu menguap begitu saja.

"Am I dreaming?" batin Qianna

Ia pun membuka matanya perlahan.  Ia tak lagi tidur di atas kasur melainkan tertidur di atas kemudi mobil. 

"Wah..  Apa aku sudah mati?" gumam Qianna setengah kagum dengan mimpi yang nampak sangat jelas itu.

Ia mengabati mobil yang Ia tumpangi saat ini. Nampak sangat mewah,

"Rasanya seperti benar-benar berada dalam mobil mewah." gumam Qianna lagi. Ia masih mengamati mobilnya sampai Ia di kejutkan oleh suara ketukan di luar kaca mobilnya. Ia juga melihat beberapa orang yang berkerumun.

Yang lebih membuat Qianna takjub adalah orang-orang itu sama sekali tidak nampak seperti orang Indonesia. Jelas sekali bahwa mereka semua berwajah korea.

Qianna adalah penggemar drama korea Ia tidak mungkin salah mengenali jenis wajah-wajah itu.

"Han Eusianim.. " panggil seorang wanita yang terus mengetuk kaca mobilnya.

"Dokter Han? Aku?" pikir Qianna.

Suara ketukan di kacanya yang terus menerus mau tidak mau membuat Qianna membuka pintu mobilnya.

" Eusianim gwaenchanhseubnikka? " tanya wanita itu setelah Qianna keluar dari mobilnya masih dalam keadaan bingungnya.

"Ah.. Nde.. " ucap Qianna yang kembali memperhatikan orang-orang yang mengerubunginya. Ia kemudian menyadari bahwa mobil mewah yang Ia kemudikan menabrak pembatas parkir.

"Mobil dokter tiba-tiba saja menabrak tembok ini dan air bag mobil dokter tidak mengembang. Dokter benar-benar baik-baik saja?" tanya Wanita itu dengan cemas. Begitupun yang lainnya.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang