Dua Puluh Enam

860 143 12
                                    

Hari ini Ji hwa sudah di izinkan untuk pulang. Woo Jin membantu Ji hwa untuk membereskan pakaian ketika Ji hwa sibuk menerima telfon dari ibu mertuanya.

"Woo Jin.." panggil Ji hwa setelah selesai bertelfon.

Woo Jin menengok sekilas untuk menjawab panggilan istrinya.

"Kamu masih ngediemin ibu ya?"

"Barang mu ini saja atau ada yang lain?" tanya Woo Jin mengalihkan pertanyaan Ji hwa

"Ngga bagus kaya gitu tau.. Aku tuh kadang aneh sama kamu, kamu selalu baik sama semua orang, tapi sama keluarga mu selalu aja dingin. Apalagi sama aku, aku tuh istri kamu tau.." ucap Ji hwa

Woo Jin masih pura-pura tak mendemgarkan Ji hwa. Namun Ji hwa tetap menasehati Woo Jin.

"Ish.. Woo Jin kamu denger aku ngga sih.. ?"

"Sejak kapan sih kamu mulai jadi bawel"

"Aku tuh bawel karna peduli tau!"

"Dan sejak kapan kau jadi peduli sama aku?" tanya Woo Jin yang kini berdiri di hadapan Ji hwa.

Ji hwa memukul lengan Woo Jin dengan tangannya yang bebas.

"Kamu tuh emang harus di pukul sekali-kali tau ngga. Kayaknya kamu dari kecil tuh terlalu di manjain jadi kaya gini nih sikapnya.."

"Aku di manjain? Kamu lagi ngomongin aku atau dirimu sendiri?"

"Kamu..kamu..kamu. Sudah ah, malas ngomong sama kamu. Tunggu aku di mobil, aku mau ke ruangan Hyo joon dulu." ucap Ji hwa

"Kenapa aku harus nunggu?"

"Ih bener-bener deh anak ini. Ya, karna kamu harus anter aku pulang. Apa lagi memangnya? "

"Jae hoon akan mengantar mu. Aku harus kerja"

Ji hwa menatap Woo Jin dengan galak. 
"Memangnya karna siapa sih tangan ku seperti ini?"

Woo Jin tak menjawab.

"Paling ngga ngerasa bertanggung jawablah sedikit. Kalau kamu tidak begini aku bisa melakukan apapun sendiri tau. Aku bisa bawa mobil sendiri, bawa barang-barang itu sendiri." ucap Ji hwa

Masih tetap tak ada jawaban dari Woo Jin selain helaan napas.

Ji hwa berdecak dan menggeleng. "Sudah jangan berdebat lagi, aku mau keruangan Hyo joon." ucap Ji hwa

"Kenapa harus ke ruangan Hyo Joon? Sekarang bisa lihat kan siapa yang tukang selingkuh sebenarnya?"

Ji hwa mendekat pada Woo Jin, lalu menempelkan tangannya pada kening Woo Jin.

"Tidak demam, tapi pikiran mu aneh tau ngga. Aku harus ke ruangan hyo joon untuk menanyakan pengobatan lanjutan dan juga resep obat. Dia dokter ku.. Dokter ku" ucap Ji hwa

"Aku juga bisa meresepkan mu"

Ji hwa mengangguk. "Kalau gitu berikan aku diagnosa, periksa aku. " ucap Ji hwa

Woo Jin hanya memalingkan wajah.

"Aih..benar-benar menggemaskan." ucap Ji hwa yang kemudian meninggalkan kamarnya.

...
...

Han Ji hwa berjalan menuju ruangan Hyo Joon. Namun Ia memperlambat langkahnya ketika melihat Hyo joon dan ayahnya yang nampak berbicara dengan serius. Obrolan kedua berhenti ketika melihat Ji hwa yang sudah mendekat.

"Hei.. Kamu sudah boleh pulang?" sapa ayahnya

Ji hwa mengangguk. Ia memeluk ayahnya dengan manja.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang