Dua puluh

1.1K 121 9
                                    

Bosan membuat Ji hwa memutuskan untuk berjalan-jalan di lingkungan rumah sakit. Namun kali ini dengan mendorong tiang infusnya. Ia masih belum di izinkan untuk melepas infusnya. Lagi pula di dalam infusnya ada obat yang untuk penghilang rasa nyeri.

Ji hwa memilih untuk ke ruangan Woo Jin. Sayangnya Woo Jin sedang melakukan operasi. Pilihan berikutnya adalah ruang IGD, namun IGD hari ini nampak sangat ramai, Ia bahkan melihat Hyo Joon yang sibuk ke sana kemari. Dari posisinya saat ini Hyo joon memang sangat mempesona dan cocok dengan jas putih itu. Sangat amat cekatan.

Rasanya sungguh tak rela membiarkan Hyo Joon pergi. Sebenarnya semenjak Ia datang ke dunia ini, Hyo Joon lah yang menjadi teman pertamanya. Hyo joon tidak hanya menemani Ji hwa, tetapi juga menemani seorang Qianna.

"Memang mustahil kalau Ji hwa tidak mencintai mu. Bahkan jika itu aku, meski aku tau kebaikan mu hanya karna kewajiban tapi kamu terus menemani aku pasti akan jatuh hati seperti Ji hwa." gumam Ji hwa. Ia menghela napasnya dan terus mengamati Hyo joon.

Sesekali Ia tersenyum,atau menggeser tubuhnya saat Hyo Joon tak terlihat. Tanpa Ji hwa sadari Ia sudah berdiri cukup lama di sana.

Hyo Joon nampak mendekat pada seorang perawat. Ia juga membersihkan tangannya dengan desinfektan. Saat itu lah Hyo Joon menyadari Ji hwa berdiri di sana.

"Siapkan ruang operasinya, saya ganti pakaian dulu" ucap Hyo joon pada perawar lalu menghampiri Ji hwa yang sudah tersenyum cerah pada Hyo Joon. Seakan lupa perdebatan besar antara mereka.

"Hai.." sapa Ji hwa ketika Hyo joon sudah mendekat.

Hyo joon tak menjawab, Ia hanya membenarkan kaca matanya yang turun. Lalu menanyakan alasan Ji hwa berada di tempat itu.

"Kenapa ada di sini?"

"Oh.. Aku hanya bosan. Lagi juga aku tetap pake infus sesuai saran mu" ucap Ji hwa

Hyo joon menghembuskan napas sedikit kuat. Jika tak bersikap semaunya tentu bukan Ji hwa.

"Terserah kau saja, lanjutkan saja urusan mu" ucap Hyo joon dan akan pergi namun Ji hwa menahan tangan Hyo joon.

"Aku akan kembali ke kamar ku kalau kamu memintanya" ucap Ji hwa

Hyo Joon menggeleng. "Aku bukan dokter mu. Seperti kata mu aku tidak punya hak untuk menyuruh mu apapun"

Ji hwa menggigit bibir bawahnya menahan kesal. Sikap Hyo Joon memang benar-benar mengesalkan. Tetapi Ia bisa apa, Ia tidak mau bertengkar lagi dengan Hyo joon.

"Apa kamu benar-benar tidak akan menjenguk ku? Bagaimanapun aku tetap kenalan mu selama 30 tahun"

"Kalau aku menjenguk mu kamu akan salah paham lalu mengatakan bahwa aku menyukai mu. Aku tidak berminat memuaskan fantasi mu" jawab Hyo Joon

"Holl.." ucap Ji hwa tak percaya dengan jawaban Hyo joon.

"Kamu memang paling baik bicara kasar. Aku penasaran siapa yang mengajari mu seperti ini. Seingat ku orang tua mu sangat baik"

"Kamu..kamu yang mengajari. Seperti yang kamu bilang aku mengenal mu 30 tahun dan seperti inilah cara kita berbicara. "

Ji hwa menganggukan kepalanya. "Benar.. Salah ku. Semua salah ku. Han Ji hwa itu benar-benar wanita paling buruk di dunia. Tidak punya sopan santun, selalu semaunya, kasar, menyebalkan, egois, keras kepala, arogant, sombong. Ah..bahkan licik. Han Ji hwa.. Han ji hwa.." ucap Ji hwa yang membuat Hyo Joon menatapnya.

Ji hwa tersenyum ceria. "Apa perasaan mu membaik setelah mendengar itu? Hmm?" tanya Ji hwa

"Aku tidak punya waktu untuk bermain dengan mu." ucap Hyo joon dan kembali melangkah pergi.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang