1

727 29 2
                                    

Seorang pria berwajah tampan namun terkesan dingin terlihat sedang menikmati sarapan paginya. Meski tidak mengeluarkan suara sedikitpun, tapi raut wajahnya mengatakan dia tengah menunggu seseorang. Entah sudah berapa kali pria bernama Im Jaebum itu memutar kepalanya melihat ke deretan anak tangga yang berada tepat di belakangnya. Dia tengah menunggu seseorang yang seharusnya saat ini sudah makan bersamanya.

Tap tap tap

Setelah kembali menikmati sarapannya, tidak berapa lama telinganya mulai menangkap suara kaki yang sedang menuruni anak tangga dengan sedikit tergesa. Tanpa memutar kepalanya, Jaebum sudah tahu siapa orang itu. Karena seseorang yang berambut hitam kecoklatan itu lah yang sejak tadi ditunggu oleh Jaebum.

"Hari ini aku yang akan mengantarmu" percapakan awal keluar dari mulut Jaebum saat pria bernama Mark itu mengambil kursi di sebelah Jaebum.

"Hm?" Mendengar ucapan masih dengan nada dingin yang sama, Mark cukup terkejut dibuatnya. Bukan karena nada dingin dari Jaebum, tidak, hal itu sudah menjadi santapan setiap hari Mark. Tapi yang membuat pemuda berwajah tampan itu bingung adalah kalimat yang keluar dari Jaebum yang akan mengantarnya.

"Aku meminta Jin untuk melakukan pekerjaan yang lain. Tidak ada yang bisa mengantarmu, jadi aku yang akan melakukannya" jelas Jaebum lagi yang masih dengan enggan menatap pria yang lebih muda darinya itu.

Tidak ingin mengambil pusing dengan apa yang dikatakan Jaebum, Mark hanya bergumam dan menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti. Dia mulai mengambil beberapa makanan untuk sarapannya di pagi ini.

...

Seperti biasanya, tidak banyak kata yang keluar dari kedua insan yang memiliki ketampanan pada wajah mereka ini. Hening, itulah kata yang selalu setia menemani keduanya. Baik Jaebum maupun Mark, tidak ada yang berusaha memulai pembicaraan. Jaebum dengan sikap dingin dan sedikit ego yang dimilikinya, enggan untuk berbicara dengan pemuda yang telah hidup dalam waktu yang cukup lama dengannya ini. Dan Mark, dia bahkan seperti tidak ingin berbicara dengan Jaebum mengingat jika setiap pembicaraan mereka akan bisa berakhir dengan perdebatan atau apapun itu yang berbaur dengan konflik. Jadi diam adalah pilihan yang tepat menurutnya.

Perjalanan dari rumah mereka ke universitas Mark memakan waktu lebih dari satu jam. Dan Mark baru saja akan membuka seatbeltnya saat Jaebum akhirnya berbicara.

"Aku akan menjemputmu" ucap Jaebum.

"Tidak, ah maksudku, aku pikir aku bisa menggunakan taxi" meski merasa takut akan membantah Jaebum, mengingat Jaebum sangat tidak suka jika ada yang membantah dirinya, tapi memikirkan harus berada berdua bersama Jaebum di perjalanan yang memakan waktu cukup lama, Mark lebih memilih untuk membantahnya saja. Meski dia tahu Jaebum akan tegas menolaknya. setidaknya dia telah mencoba.

Tahu jika Mark menolaknya, Jaebum merasa tidak suka dan berbicara dengan nada yang ditekankan dan sedikit tinggi.

"Apa aku pernah mengatakan kau boleh menggunakan angkutan umum atau pergi sendiri?!".

Perkataan Jaebum berhasil membuat nyali Mark menciut. Meski sudah sering menghadapi situasi seperti ini, tapi Jaebum yang berbicara dengan tegas dengan tatapan mata mengintimidasinya adalah salah satu hal yang sangat ditakutkan seorang Mark Tuan. Jadi, Mark hanya menundukkan kepalanya dan mengucapkan kata maafnya.

"Maaf..." lirih Mark.

Mendengar kata maaf yang lagi-lagi keluar dari mulut Mark, Jaebum menghela nafasnya pelan.

"Aku akan menjemputmu. Lagipula, kita harus pergi untuk mencoba pakaian untuk acara nanti" Jaebum berusaha untuk berbicara dengan tenang. Dia dapat melihat raut wajah Mark yang lagi-lagi menunjukkan Mark takut padanya.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang