Jin memperhatikan Mark yang duduk di bangku belakang melalui kaca spion mobil. Pemuda itu terlihat tengah memikirkan sesuatu. Itu membuat Jin tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak berbicara.
"Aku dengar, akan ada pesta dansa di fakultasmu. Apa kau akan datang?" Tanya Jin berusaha menarik perhatian Mark.
"Apa menurutmu Jaebum akan mengizinkan ku?!" Mark merasa kesal, Jin bertanya sesuatu yang dia sudah ketahui jawabannya.
"Kau ingin menghadiri pesta dansa itu?" Tanya Jin lagi.
"Tidak!" Jawab Mark singkat yang mulai merasa kesal.
"Jangan berbohong, aku tahu kau menginginkannya" Jin tersenyum mengejek pada Mark.
"Dia tidak akan mengizinkan ku!" Ucap Mark.
"Cobalah berbicara baik padanya, bagaimana pun, Jaebum adalah manusia biasa. Hatinya tidak akan selamanya sedingin es" Ucap Jin dengan nada lembutnya.
Mark memikirkan apa yang dikatakan Jin. Apa dia harus mencobanya? Jin benar, mungkin saja ada saat dimana hati Jaebum mencair.
...
Mark berada di ruang keluarga. Dirinya menunggu Jaebum untuk meminta izin darinya. Mark benar-benar ingin ke pesta dansa itu. Meski takut, Mark berusaha meyakinkan dirinya untuk berbicara pada Jaebum. Tidak perduli Jaebum akan marah padanya, Mark akan mencobanya.
Di tengah pikirannya, Jaebum, pemuda yang ditunggu Mark, datang. Jaebum cukup terkejut melihat Mark tidak biasanya ada di ruang keluarga. Tetapi dirinya tidak ingin bertanya dan melanjutkan langkahnya menuju kamar. Mark mengikuti Jaebum dalam diam.
Mark terus saja memperhatikan gerak Jaebum. Mark ingin berbicara, hanya saja rasa takut mendominasi dirinya. Jaebum yang dalam diam memperhatikan Mark, tahu bahwa ada yang ingin Mark katakan. Dirinya sungguh malas memulai dengan bertanya, Jaebum hanya menunggu Mark.
Dengan mengumpulkan semua keberaniannya, Mark mencoba berbicara.
"Jaebum..." ucap Mark pelan dan masih bisa didengar Jaebum.
"Hm?" Jaebum hanya berdeham tanpa melihat ke arah Mark. Dirinya tengah membuka jas kantornya.
"Aku... apa aku boleh menghadiri pesta dansa fakultas?" Tanya Mark hati-hati.
Jaebum yang mendengar pertanyaan Mark dengan segera mengarahkan mata tajamnya pada Mark. Mark yang melihat itu segera merasa takut. Meski mata Jaebum yang pada dasarnya memiliki karakter tajam, itu tetap membuat siapa saja akan merasa diintimidasi dengan tatapannya.
Jaebum tidak berbicara, dirinya hanya menatap dalam pada manik Mark. Jaebum bisa melihat ada rasa keinginan yang besar pada kedua manik indah itu. Mark yang mendapat tatapan itu dari Jaebum membuka suaranya lagi.
"Aku benar-benar ingin menghadirinya. Teman-temanku juga menghadiri pesta itu. Dan, aku juga belum pernah menghadiri pesta beberapa tahun ini. Aku menginginkannya" ucap Mark.
Jaebum bisa mendengar ada sedikit nada memohon dalam perkataan Mark. Perkataan yang baru saja dikatakan Mark sedikit menyinggung perasaannya. Tapi, Jaebum tidak tahu dimana letak kata yang menyinggung itu. Hanya saja, ada sedikit pukulan di hati kecilnya.
Dan Mark, dirinya segera menebak Jaebum tidak mengizinkannya, Mark bisa melihat itu dari tatapan Jaebum. Dengan perasaan kecewanya, Mark tidak meminta izin lagi pada Jaebum.
"Ah, tidak masalah jika kau tidak mengizinkannya. Itu tidak benar-benar penting, aku...",
"Pergilah" ucap Jaebum segera saat Mark belum menyelesaikan perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E ( End )
FanfictionCause you are mine Mark and Jaebum Edition Please, give me your love and vote