27

113 13 0
                                    

Jaebum baru saja berada di rumah saat sudah larut malam. Dirinya sengaja melakukan hal itu. Kejadian pagi tadi membuat perasaan canggung pada dirinya jika harus bertemu dengan Mark.

Ceklek

Jaebum membuka pintu kamarnya. Matanya dengan segera dapat melihat Mark yang sudah meringkukkan tubuhnya di balik selimut. Dirinya diberitahu Jin jika, Mark tidak keluar dari kamar sama sekali.

Jaebum melangkah masuk. Dua piring yang berisi makanan yang sudah dingin di atas meja mencuri perhatiannya. Melihat itu, Jaebum mengerti Mark tidak memakan makanannya. Dirinya berjalan mendekati Mark yang tertidur. Jaebum bisa melihat wajah lemah milik Mark juga bekas kemerahan di pipinya dan luka di sudut bibirnya. Tanpa sadar, tangannya menyentuh pelan wajah Mark dan perlahan turun menyentuh luka di sudut bibir Mark. Ada rasa penyesalan yang tiba-tiba saja meluap di hatinya.

Mark merasakan sentuhan tangan Jaebum. Dirinya tidak tertidur sama sekali. Mark hanya ingin menghindari Jaebum. Dirinya tidak ingin memperlihatkan kelemahannya di hadapan pemuda Im itu. Mark merasakan sentuhan yang cukup lama di wajahnya sampai Jaebum berhenti melakukannya dan pergi. Ingin rasanya Mark memberontak saat itu juga, tapi, apa yang bisa dilakukannya, dirinya pasti akan kalah dengan Jaebum.

...

Mark yang menyadari Jaebum sudah terlelap membuka matanya dan memutar tubuhnya pelan untuk melihat Jaebum. Dirinya bangun dengan hati-hati saat yakin Jaebum sudah tertidur. Mark berjalan menuju kamar lamanya. Dirinya lupa jika memiliki tugas yang harus diserahkan besok. Hal itu karena Mark terus saja memikirkan takdirnya yang terjebak bersama Jaebum. Lagi-lagi, pemuda Tuan itu merutuki Jaebum dalam diam.

Mark memaksa matanya untuk terus menatap layar tipis di depannya. Mata itu sudah membengkak dan terasa sangat perih karena dirinya yang menangis. Tapi, tugas yang menumpuk di hadapannya tidak mengizinkan pemuda Tuan itu untuk tidur. Lagipula, Mark tidak akan bisa tertidur dengan mudah, pikirannya pasti juga akan terus memutar nama Jaebum. Ditambah dengan Jaebum yang tidur di sebelahnya, itu akan memperburuk keadaan Mark.

...

Bias matahari yang merambat melalui cela tirai jendela ternyata mampu mengusik tidur nyenyak seorang pemuda yang memiliki mata indah yang tajam. Jaebum membuka perlahan matanya. Dan dengan segera, manik miliknya melihat pemuda yang adalah istrinya telah berpakaian rapi. Jaebum mengalihkan pandangannya dan melihat jam berapa sekarang. Jam tujuh, dan Mark sudah bersiap untuk ke Universitasnya.

Mark yang menyadari Jaebum telah bangun hanya menatapnya sesaat. Dirinya tidak memperdulikan Jaebum dan pergi begitu saja. Jaebum juga tidak berbicara, dirinya memahami Mark. Pemuda itu akan selalu menghindarinya jika dirinya tengah marah atau memiliki masalah dengan Jaebum.

Selesai mempersiapkan dirinya untuk bekerja. Jaebum turun menuju ruang makan. Dirinya sengaja turun lebih lama agar tidak berada di meja yang sama dengan Mark. Tapi, lagi-lagi, Jaebum mengetahui Mark pasti tidak makan. Masih ada banyak makanan di meja makan itu.

"Apa Mark tidak makan?" Tanyanya memastikan pada koki pribadi di rumahnya.

Mendapat pertanyaan itu dari Jaebum, koki itu dibuat tidak mengerti. Dirinya tidak melihat Mark datang ke ruang makan, dan bukankah Tuan besarnya selalu makan bersama dengan Tuan mudanya. Dengan perasaan ragu, koki itu menjawab seadanya.

"Saya tidak melihat Tuan muda sejak tadi Tuan" ucapnya.

Tidak perlu bertanya lagi, Jaebum sudah mengetahui jawabannya. Mark tidak makan lagi, itu artinya pemuda itu tidak makan sejak semalam. Pemuda Im itu membuang berat nafasnya saat dirinya mengingat sikap Mark.

...

Mark sudah berada di perpustakaan fakultas pagi-pagi sekali. Dirinya memilih untuk melanjutkan tugasnya disana. Sebenarnya jadwal kuliah hari ini baru akan dimulai pukul sembilan nanti. Tapi, dikarenakan tidak ingin berhadapan dengan Jaebum, Mark terpaksa harus berangkat pagi-pagi sekali.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang