53

175 21 0
                                    

Mark berjalan menuju lobi fakultasnya. Waktu mendekati sore hari, dan pemuda bersurai hitam kecoklatan itu baru saja akan menghubungi Jin untuk menjemputnya. Perkataan Jackson yang didengarnya tadi, sungguh, pemuda Tuan itu tidak dapat mempercayainya. Pikirannya berfikir keras mengenai semua yang dikatakan pemuda yang lebih tua darinya itu.

Mendial nomor Jin, gerakkan tangan Mark berhenti saat suara seorang pria mengusik pendengarannya.

"Mark?" Panggil pria itu.

Mengalihkan matanya, wajah Mark terlihat mengekspresikan kebingungan, dirinya tidak mengenal pria itu.

Pria dengan kemeja coklat, dan, manik matanya yang sedikit kecoklatan, melihat Mark dengan wajah tersenyumnya.

Melihat pemuda di hadapannya hanya diam, pria bersurai hitam itu kembali berbicara.

"Mark Tuan..... apa benar kau putra Nikhun Tuan?" Tanyanya tersenyum.

Mendengar nama sang Ayah, Mark lebih terkejut. 'Dia mengenal Ayahku?', adalah pertanyaan yang begitu saja memenuhi kepalanya.

Masih tidak mendengar suara Mark, pria yang terlihat berusia lebih tua itu berbicara lagi. 

"Ah, aku lupa memperkenalkan diriku. Kau pasti sangat terkejut karena aku mengetahui namamu" ucapnya "aku..... adalah teman Ayahmu. Aku mencarimu selama ini, dan, akhirnya berhasil menemukanmu" lanjutnya yang lagi-lagi masih tersenyum.

Mendengar itu, Mark lebih dibuat tidak percaya lagi. Dirinya tidak mengenal atau mengingat semua teman-teman Ayahnya, dan, pria di hadapannya saat ini mengatakan sebagai teman Ayahnya yang telah lama mencarinya. Hal itu membuat sebuah perasaan aneh begitu saja memenuhi dirinya.

Tahu jika pemuda di hadapannya masih merasa ragu, pria dengan wajah manis itu kembali berbicara dengan suara yang lebih meyakinkan.

"Aku tahu kau tidak mempercayaiku. Tetapi, aku benar-benar mencarimu selama ini. Ayahmu adalah teman dan rekan kerja terbaikku" ucapnya serius "jika kau tidak keberatan..... kita bisa berbicara lebih lama. Aku akan menceritakan lebih banyak lagi mengenai pertemananku dengan Ayahmu" lanjutnya yang tersenyum.

Mendengar itu, keraguan lebih memenuhi hati Mark. Dengan tatapan dalam, Mark memperhatikan keseriusan pria di hadapannya. Perlahan, rasa keingin tahuan meluap begitu saja di dalam dirinya. Mark ingin mengetahuinya, ya, dirinya sangat ingin mengetahui hal lainnya mengenai kehidupan orangtuanya.

"Ba..... baiklah" suara Mark yang begitu saja menyetujui tawaran pria di hadapannya.

...

Drrttt drrttt drrttt

Mendengar suara dering teleponnya, pemuda tampan yang baru saja memasuki kamarnya itu segera menjawabnya. 

"Ada apa?" Tanya Jaebum.

"Ap..... apa..... Mark sudah berada di rumah?" Tanya pemuda di telepon dengan suara ragunya.

Mendengar itu, Jaebum tidak bisa tidak merasa terkejut. "Apa yang kau katakan?! Bukankah dia seharusnya bersamamu?!" Tegas Jaebum.

"Mark..... dia menghilang. Aku sudah mencarinya di fakultas dan Universitasnya, tapi, dia tidak ada" jawab Jin khawatir "Aku juga tidak bisa menghubungi nomornya" lanjutnya.

Perkataan Jin, berhasil membuat mata tajam milik pemuda Im itu membulat sempurna. Jantungnya segera berdetak melebihi kecepatan normal dengan kekhawatiran yang begitu saja memenuhi dirinya.

...

Dengan tangan dan kaki yang terikat, perlahan, Mark mulai membuka matanya. Pemuda Tuan itu tidak sadarkan diri saat mendapatkan pukulan kuat tepat di bagian belakang kepalanya.

"Sudah bangun?" Suara dingin seorang pria, membuat pemuda yang tengah terikat itu membulatkan matanya. Segera, ekspresi wajah Mark dengan jelas memperlihatkan ketakutan.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang