Waktu berlalu dengan cepat. Tetapi, bagi pemuda yang memiliki ikatan paksaan dengan seseorang yang tidak diinginkannya, membuat waktu terasa bergerak sangat lambat.
Wajah tampan milik pemuda Mark Tuan, terus menekuk dan tidak memperlihat garis senyumannya. Membuat para sahabat terus bertanya pada pemuda yang mereka kenal cukup tersembunyi itu.
"Kali ini, apa lagi masalahnya?" Tanya Jackson yang baru saja keluar dari toilet dan mencuci tangannya di wastafel. Tepat berada di sebelah Mark yang juga tengah mencuci tangannya.Pemuda Wang itu tahu, perasaan buruk pada pemuda yang berhasil memikat hatinya ini dipengaruhi oleh pemuda yang dikenalnya sangat keras kepala, Im Jaebum.
"Tidak ada" jawab Mark bohong.
Mematikan kran air, menyandarkan tubuhnya pada wastafel dan menatap mata pemuda yang ada di hadapannya. Jackson tahu, Mark masih tidak mempercayai dirinya.
"Masih tidak ingin memberitahuku?" Tanyanya.
Mark mengalihkan matanya, dirinya bisa melihat dengan jelah garis wajah ketulusan pada pemuda Wang itu. Mark ingin, tentu saja, dirinya tidak memiliki seseorang yang pernah mendengarkan mengenai kehidupannya. Rasa sakit dan kebahagiaan, selama ini, Mark hanya menikmatinya sendiri tanpa pernah membaginya. Meski terkadang, sebuah pigura yang disimpannya di dalam lemari kecil, menjadi saksi dan pendengar yang baik untuk Mark.
"Apa aku terlihat buruk, Jackson?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja diucapkan Mark. Membuat Jackson menatapnya dengan tatapan tidak mengerti. Tetapi, dirinya bisa melihat rasa sakit di balik pemuda di hadapannya ini.
Pemuda Wang itu baru saja akan menjawab, saat tiba-tiba Yugyeom memasuki toilet dan menghentikan percakapan keduanya.
"Kenapa sangat lama? Film akan dimulai. Ayo, kita tidak bisa melewatinya" ajak Yugyeom.
"Hm, ayo" Mark adalah orang pertama yang menjawab dan berjalan keluar. Mengabaikan Jackson dengan penuh pertanyaan dalam dirinya.
"Ayo hyung, kenapa kau hanya diam?" Suara Yugyeom yang menyadarkan Jackson saat melihat pemuda yang lebih tua darinya itu hanya berdiam diri. Hal itu berhasil membuat Jackson segera berjalan keluar bersama dengannya.
...
Jaebum bergerak gelisah, dirinya terus memperhatikan jam tangannya yang sudah menunjukkan waktu hampir mendekati pukul dua belas malam. Dirinya bahkan belum melepas kemeja kantornya.
"Kenapa dia masih belum kembali?" Tanyanya khawatir.
Ceklek
Pintu rumah yang terbuka segera menampilkan siluet Mark, membuat kedua netra hitam mereka saling menatap. Tapi, pemuda yang lebih muda segera mengalihkan tatapannya dan beranjak menuju lantai atas. Dirinya bahkan tidak bertanya atau hanya sekedar menyapa seseorang yang sejak tadi mencemaskannya. Melihat itu, Jaebum segera berjalan mengikuti Mark.
"Kenapa kau kembali selarut ini?" Tanya Jaebum yang berusaha meredam kemarahannya. Dirinya tidak ingin memiliki konflik seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu.
"Ada banyak tugas yang ku selesaikan" jawab Mark datar dan beranjak menuju kamar mandi.
Tidak lama, Mark selesai membersihkan tubuhnya. Dirinya telah mengenakan pakaian tidur. Lagi, Mark mengabaikan Jaebum yang masih saja menatap intens dirinya. Mark segera menaiki tempat tidur. Dirinya benar-benar merasa kelelahan karena menghabiskan waktu sangat lama di salah satu pusat perbelanjaan bersama sahabatnya.
Menyadari sikap tidak perduli Mark, Jaebum terlihat membuang nafasnya. Jaebum sangat tahu, jika, Mark tidak ingin berbicara dengannya. Pemuda yang adalah istrinya itu masih merasa kesal dengan dirinya karena konflik yang lagi-lagi terjadi beberapa hari yang lalu. Tapi, sungguh, sejak kejadian penyekapan Mark yang dilakukan Jinyoung, Jaebum menjadi lebih khawatir pada Mark. Dirinya tidak ingin hal yang sama terjadi lagi pada pemuda yang telah hidup bersamanya lebih dari sembilan tahun itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E ( End )
Fiksyen PeminatCause you are mine Mark and Jaebum Edition Please, give me your love and vote