29

160 18 1
                                    

Jackson membanting pintu apartemennya dengan kasar. Mengejutkan pemuda yang sedang bersantai di ruang tv.

"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Jinyoung ketika melihat wajah menekuk milik Jackson. Pemuda Wang itu bahkan melempar tasnya asal dan membanting tubuhnya di sofa.

Jackson hanya diam dan berpura-pura memejamkan matanya. Dirinya sungguh malas untuk menjawab pertanyaan pemuda yang telah seminggu ini ada di apartemennya. Jinyoung yang melihat gerak-gerik Jackson segera mengerti.

"Ck..... ini pasti berhubungan dengan bocah menyebalkan itu" tebaknya. Jinyoung sangat yakin, emosi Jackson akhir-akhir ini dipengaruhi oleh pria bernama Mark Tuan itu.

Jackson yang lagi-lagi mendengar Jinyoung menyebutkan hal yang sama mengenai Mark dibuat merasa kesal. "Jangan menyebutnya seperti itu!" liriknya pada Jinyoung "kau tidak mengenalnya. Dia anak yang bisa membuat siapa saja jatuh cinta padanya".

Jinyoung memutar bola matanya malas. Dirinya tidak percaya memiliki sepupu yang juga bisa gila karena cinta. Tapi, perkataan yang baru saja dikatakan Jackson membuat sentilan kecil pada hati Jinyoung.

"Dia pasti juga telah jatuh cinta padanya" gumamnya dalam hati.

Keduanya tidak ada yang berbicara lagi dalam waktu yang cukup lama. Jinyoung memfokuskan dirinya pada televisi yang menurutnya lebih menarik daripada sepupunya itu. Dan Jackson, dirinya masih diam dengan semua pikirannya yang hanya tertuju pada Mark.

"Apa saat bersamamu, Jaebum pernah menjadi sangat posesif? Apa dia pernah menyakitimu?" Pertanyaan tiba-tiba dari Jackson berhasil membuat Jinyoung mengalihkan pandangannya dan menatap tidak percaya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Tanya Jinyoung.

"Aku hanya ingin tahu. Aku melihat luka di wajah Mark. Aku sangat yakin itu perbuatannya" jelas Jackson dengan mengingat luka di sudut bibir Mark. "Apa dia orang yang sangat posesif?" Tanyanya lagi.

Sungguh, pertanyaan Jackson membuat Jinyoung malas hanya untuk menjawabnya. Tapi, ketika mendengar cerita Jackson mengenai Mark, pemuda Park itu seakan mendapatkan sedikit kebahagiaannya.

"Dia pantas mendapatkannya" ucap Jinyoung dengan senyuman kecil. Dirinya cukup senang saat mendengar Jaebum melukai Mark. Menurutnya, pemuda licik itu lebih pantas mendapatkan kekejaman dari Jaebum.

Buukkkkkk

Sebuah bantal sofa mendarat tepat di kepala Jinyoung. Membuatnya segera menatap horor pada si pelempar.

"Kenapa kau melemparku?!" Protes Jinyoung tidak terima.

"Kau pantas mendapatkannya!" Sindir Jackson dan beranjak menuju kamarnya. Dirinya merasa sangat kesal pada Jinyoung yang terus saja berfikiran buruk pada Mark.

Jinyoung yang melihat sikap berani Jackson tidak bisa tidak merasa kesal. Sepupunya itu sungguh tidak memiliki hati menurutnya. Jackson selalu saja menunjukkan kekesalan dan rasa tidak sukanya pada Jinyoung setiap saat pemuda Park itu mengeluarkan kata-kata buruk mengenai Mark.

"Apa dia lebih berharga daripada sepupunya sendiri?!" Keluh Jinyoung pada dirinya sendiri.

...

Suho baru saja selesai memeriksa Mark lagi. Dirinya sudah membuka selang infus dari tangan Mark.

"Kau sudah lebih baik. Tapi, dirimu masih sangat lemah. Kau butuh istirahat yang total Mark" jelasnya.

Mark tidak menjawab, dirinya hanya mengangguk dan memberikan senyuman dari bibir yang masih terlihat pucatnya.

"Apa dia masih terlalu keras padamu?" Tanya Suho tiba-tiba. Dirinya sangat ingin menanyakan pertanyaan ini sejak tadi.

Mark yang mengerti maksud dari pertanyaan Suho dibuat bingung harus memberikan jawaban apa. Suho yang melihat reaksi Mark tidak memerlukan jawaban dari pemuda yang lebih muda darinya itu.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang