35

116 15 0
                                    

Mark mulai membuka matanya. Rasa sakit dan pusing benar-benar dirasakan Mark. Perlahan, pandangan matanya mulai terlihat sempurna. Pemuda Tuan itu cukup terkejut saat maniknya melihat Jinyoung yang duduk tepat di hadapannya. Reflek, Mark menggerakkan tubuhnya, tetapi, dirinya baru menyadari jika tubuhnya terikat dengan kuat.

"Kau sudah bangun?" Suara Jinyoung "kau terluka, jika saja kau lebih patuh, anak buahku tidak akan menyakitimu" ucap Jinyoung lagi dengan nada dinginnya.

Menatap lekat diri Jinyoung, Mark merasa jika pemuda di hadapannya saat ini sangat berbeda dari pemuda yang dikenalnya sebagai sepupunya Jackson itu. Mark tidak melihat tatapan lembut seperti sebelumnya dari obsidian Jinyoung, melainkan, tatapan kebencian dan seakan ingin membunuhnya. Ya, Mark bisa dengan jelas merasakan itu saat ini.

Dengan mengumpulkan keberaniannya, Mark bertanya apa yang sebenarnya diinginkan Jinyoung darinya.

"Apa..... apa yang kau inginkan hy..... hyung?" Tanya Mark gugup.

Mendengar pertanyaan itu, entah mengapa membuat Jinyoung justru tertawa kecil. "Ah, aku tidak menyangka kalian sangat memperdulikanku. Kalian bertanya apa yang sebenarnya ku inginkan, sangat baik" ucap pemuda Park itu dengan mengingat pertanyaan yang sama yang juga ditanyakan Jaebum.

Mark tidak menjawab, dirinya justru melihat horor pada Jinyoung. Tanpa sadar, tubuh Mark mulai membuat pergerakan kecil untuk menjauh dari Jinyoung. Tapi, apa yang bisa dilakukan dengan tubuh yang terikat. Mark tetap berada pada posisi yang sama.

Menyadari ketakutan pada lawan di hadapannya, Jinyoung mengambil kesempatan untuk membuat Mark berada dalam posisi yang lebih buruk. Dirinya menatap dalam pada wajah pemuda yang sangat dibencinya itu.

"Kau pasti bertanya mengapa aku melakukan ini, benar?" Tanya Jinyoung. Tidak menunggu jawaban dari Mark, Jinyoung melanjutkan perkataannya. "Kau tahu, aku sangat tidak menyukai dirimu, Mark Tuan, sangat membencimu!" Tekan Jinyoung. Membuat Mark membulatkan matanya tidak percaya pada apa yang baru saja dikatakan sepupunya Jackson itu.

"Kau adalah sumber dari semua masalah!" lanjutnya dengan nada kebencian.

Baru saja Jinyoung akan melanjutkan perkataannya, tapi, salah satu anak buahnya tiba-tiba datang dan memberitahunya bahwa Jaebum telah datang.

"Biarkan dia masuk" perintah Jinyoung.

Tidak lama, Jaebum masuk ke dalam ruangan tempat Jinyoung menyekap Mark. Dua obsidian milik Jaebum dan Mark dengan segera bertemu.

Jaebum dengan langkah tegasnya segera berjalan ke arah Mark saat dirinya melihat luka dan darah yang sudah mengering di kepala pemuda Tuan itu. Tapi, langkahnya terhenti saat dua anak buah Jinyoung menghalangi jalannya.

Melihat itu, Jinyoung segera berdiri dari duduknya dan menatap dalam pada Jaebum yang sekarang juga menatapnya.

"Sangat terburu-buru" ucap Jinyoung saat melihat reaksi Jaebum ketika melihat Mark. Hal itu tentu saja membuat rasa tidak suka dalam diri Jinyoung.

Jaebum tidak menjawab, dirinya berusaha mengendalikan amarahnya. Sedikit saja gegabah, Jaebum tahu konsekuensi apa yang bisa didapatkannya.

"Ikutlah denganku, aku hanya ingin berbicara berdua denganmu" suara Jinyoung lagi.

Jaebum tetap diam, dirinya melihat ke arah Mark dan lalu menatap curiga pada anak buah Jinyoung. Jinyoung yang menyadari ketidak percayaan Jaebum padanya, dengan segera berbicara.

"Jangan khawatir, mereka tidak akan melukainya tanpa perintahku" tegas Jinyoung dan segera berjalan ke dalam sebuah ruangan yang juga diikuti oleh Jaebum.

Mark hanya melihat Jaebum dan Jinyoung yang berlalu dengan semua pertanyaan dalam dirinya. Sungguh, Mark tidak berfikir Jaebum akan datang. Bahkan, dirinya bersikap tenang saat berhadapan dengan Jinyoung, kekasih lamanya. Ada banyak pertanyaan begitu saja memenuhi pikiran pemuda Tuan itu sekarang. Terlebih, Jaebum dan Jinyoung memasuki sebuah ruangan, membuat dirinya tidak bisa untuk tidak memikirkan apa yang akan mereka lakukan.

...

Jaebum berjalan dengan membawa tubuh Mark bersamanya. Pemuda Tuan itu terlihat tidak baik, mungkin karena kepalanya mengeluarkan cukup banyak darah. Membuat kepala Mark terasa sakit dan sedikit pusing. Dengan langkah hati-hati, Jaebum membawa Mark menuju mobilnya.

Youngjae yang sejak tadi berada dan menunggu dengan gelisah di dalam mobil, segera keluar dan berlari menuju kedua pemuda yang dikhawatirkannya.

"Mark?" Suara Youngjae khawatir saat melihat tubuh lemah dan wajah pucat Mark. Matanya juga melihat darah yang sudah mengering di kepala pemuda yang lebih mudah darinya itu.

"Kita ke rumah sakit" ucap Jaebum segera yang mendapatkan anggukan setuju dari Youngjae. Pemuda Choi itu juga dengan hati-hati memegang Mark. Sungguh dalam hatinya, Youngjae merutuki semua orang yang telah berani melukai adiknya.

...

Mark baru saja tertidur, mungkin karena pengaruh obat yang diberikan dokter Suho padanya. Setelah menarik selimut untuk menghangatkan tubuh Mark, Jaebum berjalan keluar kamar untuk menemui Youngjae yang masih terus menemaninya.

Grep

Jaebum menghempaskan tubuhnya pada sofa. Memejamkan matanya untuk menetralkan pikirannya. Youngjae yang melihat itu, dibuat tidak bisa bersabar lagi, dirinya sudah menunggu cukup lama untuk mendengar penjelasan yang sebenarnya dari sahabatnya itu. Pemuda Choi itu merasa ada keanehan yang terjadi pada saat penyelamatan Mark, itu terlihat lebih mudah dari yang dipikirkannya.

"Apa yang kau lakukan dengan Jinyoung? Aku merasa ada yang tidak benar disini" sinis Youngjae dengan mengatakan kecurigaannya.

Jaebum membuka matanya dan melihat Youngjae. "Tidak ada yang terjadi, semua bisa diselesaikan dengan cara yang baik" jawabnya datar.

Youngjae tersenyum menyindir "coba membodohiku, kau mengira aku tidak mengenal siapa Park Jinyoung itu!" sinisnya lagi.

Jaebum tidak ingin membahasnya lagi, dirinya justru meminta Youngjae untuk kembali. "Pulanglah Youngjae, kau pasti lelah" ucapnya.

Youngjae tidak menjawab atau membantah, dirinya masih tidak merasa puas dengan penjelasan yang menurutnya tidak masuk akal. Tahu jika Youngjae tidak akan begitu saja mempercayainya, Jaebum membuang pelan nafasnya dan berusaha untuk membuat sahabatnya itu akan percaya.

"Kau tidak mempercayaiku?" Tanya Jaebum dengan melihat dalam pada sahabatnya itu. "Tidak ada apapun yang terjadi, percayalah. Semua baik-baik saja" jelasnya lembut. "Sekarang kembalilah, atau, kau bisa menginap disini jika kau mau" lanjutnya.

"Tidak, aku akan kembali ke rumahku saja" sanggah Youngjae cepat "hubungi aku jika terjadi hal buruk padanya" ucapnya lagi.

"Hm, terimakasih" balas Jaebum.

Tidak berbicara lagi, Youngjae segera berjalan menuju pintu keluar masih dengan semua ketidak puasannya. Youngjae tahu, ada yang disembunyikan Jaebum darinya. Tapi, percuma saja memaksa sahabat keras kepalanya itu untuk berbicara sekarang, itu tidak akan berhasil. Jadi, dengan terpaksa, dirinya mengikuti semua keinginan Jaebum. Youngjae percaya, dirinya akan mengetahui semua kebenarannya nanti.

Melihat siluet Youngjae yang sudah menghilang di balik pintu, Jaebum membuang berat nafasnya. Tangannya mengusap kasar wajahnya. Jaebum tahu Youngjae pasti tidak mempercayainya begitu saja. Tetapi, dirinya juga tidak bisa memberitahukan yang sebenarnya pada pemuda Choi itu.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang