13

156 20 0
                                    

Dikarenakan perselisihan yang terjadi lagi dan lagi dengan Jaebum, Mark dengan terpaksa datang ke universitasnya pagi-pagi sekali. Mark tidak ingin melihat pria yang membuat dirinya tidak bisa tidur karena terus merutukinya.

"Kau masih tidak ingin turun?" Pertanyaan ini lagi-lagi diucapkan Jin. Entah sudah berapa kali pemuda itu memberikan pertanyaan yang sama. Tapi Mark tidak menjawabnya. Pemuda yang bersandar di kursi belakang itu terus saja mengalihkan matanya keluar jendela. Ini sudah hampir satu jam lamanya dan Mark tidak bergerak sedikitpun.

Jin bisa menebak jika kedua Tuannya ini pasti terlibat pertengkaran lagi tadi malam. Dirinya sudah menghafal dengan baik semuanya dalam delapan tahun ini. Lagi, Jin mengamati wajah Mark dari kaca spion mobilnya. Dia masih tidak berani melihat Mark secara langsung karena tahu bagaimana Mark ketika pemuda itu sedang dalam perasaan buruk. Jin dapat melihat, Mark tidak tidur semalaman. Mata lelah itu menyelimuti mata indahnya. Wajahnya juga tidak terlihat segar.

Setengah jam lagi telah berlalu, tapi tidak ada perubahan. Tuan mudanya itu masih enggan untuk keluar. Jin melihat jam tangannya, hampir pukul delapan, itu artinya sebentar lagi kelas Mark akan dimulai. Jin tidak bisa bertahan lagi, dirinya memutar kepalanya menghadap Mark dan berbicara pada pria yang lebih muda darinya itu.

"Jika kau tidak turun sekarang, kau akan terlambat" ucap Jin dengan nada yang sedikit tegas. Itu berhasil membuat Mark melihat ke arahnya.

"Aku tidak ingin turun!" Jawab Mark dengan suara dinginnya.

Jin yang mendengar jawaban Mark dibuat tidak percaya. "Apa? Jangan katakan jika kau ingin membolos?" Tanyanya tidak percaya. Dan Mark lagi-lagi mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Melihat sikap Mark, Jin bisa mengetahui jika sepertinya pemuda itu tidak berbohong. Tidak, Jin tidak mungkin membiarkan Mark membolos. Jaebum akan benar-benar marah padanya jika dia mengetahui Mark membolos. Jadi tidak perduli apa, Jin akan berusaha membujuk Mark.

"Mark dengar, aku tahu kau bertengkar dengan Jaebum, tapi bukan berarti itu akan menghalangi belajar mu. Saat ini kau hanya perlu fokus pada kuliahmu, jadi pergilah, jangan membuang waktu" Jin berbicara sebaik mungkin pada Mark. Layaknya seorang kakak dan adik. Dia tidak ingin membuat emosi Mark bertambah.

Tapi sepertinya hal itu tidak sampai dengan baik pada Mark, pemuda itu merasa lebih kesal sekarang dan berbicara dengan nada lebih tegasnya.

"Apa sekarang kau juga ingin mengaturku?! Kenapa kalian semua mengatur hidupku?! Apa ini adalah hidup kalian?!" Ucap Mark setengah berteriak. Pemuda itu segera membuka pintu mobil dan berjalan keluar.

Jin yang mendapat teriakan emosi Mark dan pintu mobil yang dibanting dibuat benar-benar terkejut. Jin melihat penuh prihatin pada Mark yang sudah mulai memasuki fakultasnya. Jin tidak marah pada Mark, tidak, dirinya tidak pernah marah pada pemuda itu. Sungguh, Jin dapat mengerti bagaimana perasaan Mark. Dia tahu Mark tidak mudah menjalani hidupnya selama ini. Pemuda itu mengikuti semua peraturan yang juga tidak masuk akal menurutnya. Jika Jin adalah Mark, mungkin dia sudah pergi sejauh mungkin dari Jaebum.

...

Mark tidak pergi ke kelasnya. Saat ini dirinya benar-benar tidak ingin untuk belajar. Jadi, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke kantin fakultas. Mark sengaja memilih tempat di sudut kantin yang tepat menghadap ke taman belakang fakultas.

Drrttt drrtt drrtttt

Handphone Mark yang berbunyi mengalihkan pusat perhatian pemuda itu. Dengan malas, Mark membuka benda pintar itu. Dirinya mendapat pesan dari Jackson.

Jackson Hyung

Mark, apa kau tidak datang?

Mark hanya membaca pesan dari Jackson dan tidak ingin membalasnya. Pemuda itu meletakkan handphonenya di meja.

Drrttt drrtt drrtttt

Lagi-lagi handphone berbunyi. Dan Mark dengan perasaan malas kembali membuka pesan yang ternyata masih dari Jackson.

Jackson Hyung

Kau sungguh tidak datang? Apa terjadi sesuatu?

Dan Mark tetap tidak membalas pesan dari Jackson. Dirinya tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini meski hanya melalui sebuah pesan. Tetapi, Jackson adalah orang yang tidak akan menyerah, dirinya terus saja mengirimi Mark pesan.

Jackson Hyung

Apa kau sungguh tidak bisa membalas pesanku?!

Aku mengkhawatirkanmu dan kau tidak perduli?!

Mark sungguh, setidaknya beri aku kabar. Aku mengkhawatirkanmu.

Jackson mengkhawatirkan dirinya? Benarkah? Itulah yang ada di pikiran Mark saat membaca pesan Jackson. Ada perasaan aneh yang dirasakan Mark saat Jackson mengatakan ini. Perasaan yang seperti ingin membuatnya menangis, seseorang mengkhawatirkan dirinya membuatnya menjadi seperti tidak berdaya.

Benarkah masih ada yang mengkhawatirkanku? Pertanyaan itu begitu saja ada di dalam pikiran Mark.

...

Jackson tidak fokus sedikitpun pada pelajaran di depannya. Pemuda itu terus saja memikirkan Mark. Jackson mengkhawatirkan pemuda itu. Dirinya sendiri juga tidak mengerti bagaimana bisa Mark selalu ada di pikirannya.

Drrttt drrtt drrtttt

Jackson segera melihat layar pintarnya. Dirinya menunggu balasan pesan dari Mark.

Mark Tuan

Aku baik-baik saja Jackson, jangan berlebihan.

Aku terlambat dan menunggu di kantin.

Jangan membalas pesanku, kau menganggu.

Jackson cukup lega mendapatkan balasan pesan dari Mark. Meski Mark tetap saja tidak terlihat bersahabat bahkan hanya dari balasan pesan. Tapi Jackson tidak pernah marah, dirinya tahu jika Mark adalah pria yang baik. Hanya saja, sifatnya benar-benar sulit untuk dimengerti. Mark banyak merahasiakan sesuatu pada ketiga sahabatnya, dan Jackson mengetahui itu.

Meskipun dia ingin sekali membalas pesan Mark, tapi Jackson membatalkannya, ini sesuai keinginan Mark. Dirinya tidak berani untuk harus membuat Mark marah nanti.  Dengan terpaksa, Jackson berusaha untuk fokus pada pelajarannya.

...

Jaebum baru saja menyelesaikan makan siangnya di salah satu restoran ternama. Dirinya sengaja tidak membawa sahabatnya Youngjae karena kesal dengan pemuda itu. Youngjae terus saja mengomentarinya karena mengetahui jika dirinya dan Mark lagi-lagi bertengkar. Pemuda itu terus saja menyalahkan Jaebum setiap dirinya bertengkar dengan Mark. Itu membuat Jaebum menjadi bertambah kesal. Beruntung karena Youngjae sahabat masa kecilnya, jika tidak, mungkin Jaebum sudah menghajarnya.

Drrttt drrtt drrtttt

Jaebum dengan segera membuka handphonenya ketika benda itu berbunyi. Dirinya menerima pesan dari Youngjae.

Youngjae

Apa kau masih berada di luar? Beberapa menit lagi akan ada pertemuan, cepatlah kembali.

Mendapat pesan dari Youngjae membuat Jaebum tersadarkan dari pikiran yang terus menganggunya. Memikirkan pertengkarannya dengan Mark membuat dirinya lupa jika akan ada pertemuan penting. Segera, Jaebum berdiri dari duduknya dengan tergesa.

Buuugghh

Jaebum tidak sengaja menabrak seorang pria saat dirinya akan melangkah. Seketika, Jaebum merasa tubuhnya seperti tidak dapat digerakkan ketika melihat siapa seseorang itu.

"Park... Park Jinyoung?" Suara pelan Jaebum bergetar saat mengucapkan ini. Mata tajam pemuda itu terlihat membulat sempurna. Jaebum tidak pernah menduga jika dirinya akan bertemu lagi dengan Jinyoung.

"Im Jaebum? Wow, aku tidak percaya pada akhirnya kita akan bertemu lagi" ucap pemuda yang bernama Jinyoung itu dengan senyuman di wajahnya.

Jaebum tidak mengatakan apapun, bibirnya terasa keluh dan tidak dapat berbicara. Jantungnya berdetak benar-benar cepat. Ada seperti rasa takut yang dirasakan Jaebum saat ini.

Melihat reaksi Jaebum, Jinyoung memberikan senyuman lagi. Ada banyak arti dari senyuman manis itu.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang