52

144 17 0
                                    

Waktu bergerak sangat lambat menurut Mark. Jika bukan karena memikirkan jadwal kehadirannya, pemuda Tuan itu pasti tidak akan mengikuti kelasnya lagi hari ini.

Meski sudah cukup lama berlalu, tetapi, pembicaraan tetap tidak terdengar pada kedua pemuda yang terikat bersama dalam takdir kehidupan itu.

Mark tidak ingin berbicara dengan Jaebum, baiklah, kekesalan dan keraguan bekerja bersamaan di dalam dirinya. Membuat mulutnya menjadi sulit untuk mengeluarkan perkataan. 

Dan Jaebum, sumber dari karakternya adalah seseorang yang sangat keras kepala. Memiliki konflik yang sangat besar dengan Mark, membuat Tuan Im yang terhormat itu dibuat lebih tidak berinisiatif untuk memulai pembicaraan. Dirinya membiarkan pemuda Tuan itu melakukan apa saja yang diinginkannya. 

Ceklek

Ceklek

Menutup pintu kamar bersamaan, mata memikat milik kedua pemuda berwajah tampan itu seakan menjadi sapaan pagi mereka. Tetapi, itu tidak berlangsung lama, saat pemuda yang lebih muda berjalan terlebih dahulu menuruni tangga.

Jaebum yang melihat itu, tanpa sadar membuang pelan nafasnya. Sejak konflik besar dirinya dengan Mark, pemuda Tuan itu terus saja menghindarinya. Mark bahkan terus berada di dalam kamar lamanya. Sungguh, memikirkan itu, membuat pikiran dan hati Jaebum tidak bisa bekerja dengan baik.

...

Memasuki kelasnya, Mark segera mendapatkan sapaan penuh semangat dari sahabatnya, Bam-Bam dan Yugyeom. Kedua pemuda itu benar-benar merindukan sahabat terbaiknya itu yang seakan menghilang begitu saja.

"Mark, kau datang?" Suara Bam-Bam antusias.

"Ya ampun, sungguh, aku merindukanmu" lanjut Yugyeom.

Tidak menjawab, Mark hanya tersenyum seraya mengangguk kecil. Dirinya mengambil duduk di kursi yang sudah sangat lama tidak digunakan oleh pemiliknya itu.

"Mark..... apa kau baik-baik saja? Kau terlihat lebih kurus" ucap Bam-Bam khawatir. Ya, dirinya bahkan Yugyeom juga menyadari penurunan berat badan sahabatnya itu.

Mendengar itu, Mark segera memikirkan jawabannya. "Aku melakukan banyak hal" bohongnya.

Nyatanya, konflik besar dirinya dengan Jaebum, berhasil menghilangkan nafsu makan pemuda Tuan itu.

"Ah, itu Jackson hyung" ucap Yugyeom yang membuat mata Mark segera beralih pada pemuda yang mengenakan kemeja berwarna cream kecoklatan tengah berjalan ke arahnya.

Tidak ada sapaan, kedua pemuda yang duduk di meja yang sama itu hanya diam dengan tatapan dalam mereka. Tanpa sadar, sebuah getaran kecil di hati, dapat dirasakan oleh kedua pemuda itu.

...

Mark tengah duduk di salah satu bangku taman tepat di belakang fakultasnya. Cuaca yang tidak panas dan angin yang sejuk membuat pemuda Tuan itu menikmatinya dengan baik. Meski, hati dan pikirannya tidak merasa baik, tetapi, setidaknya, dirinya mendapatkan sedikit ketenangan.

Kelasnya telah selesai beberapa jam yang lalu. Seperti biasa, dikarenakan konflik dirinya dengan pemuda dingin yang sangat keras kepala itu, pemuda Tuan itu tidak ingin segera kembali ke rumah yang menurutnya seakan tidak memiliki banyak oksigen itu.

"Apa aku menganggumu?" Suara yang sangat dikenalnya tiba-tiba saja mengusik pendengaran Mark.

"Tidak" jawabnya singkat.

Segera, pemuda Wang bersurai coklat itu mengambil duduknya. Tetapi, lagi-lagi, tidak ada pembicaraan pada kedua pemuda yang biasanya memiliki perdebatan itu.  

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang