43

142 15 0
                                    

Bruukkk

Jinyoung meletakkan ponselnya dengan kasar di meja. Jaebum, dirinya menolak panggilan telepon darinya. Membuat perasaan kesal mengalir begitu saja dalam darah Jinyoung.

"Pemuda sialan itu pasti penyebabnya!" Kesal Jinyoung yang dengan mudah mengetahui Jaebum pasti tengah bersama dengan Mark.

"Lihat saja, Mark Tuan, aku akan mendapat milikku kembali!" Lanjutnya dengan sinis.

Teetttt teetttt teetttt

Suara bel apartemen yang terus berbunyi, mengusik kekesalan pemuda Park itu. Dengan langkah malasnya, Jinyoung berjalan menuju pintu. Mulutnya sangat ingin mengumpati seseorang yang terus saja masih membunyikan bel itu.

Ceklek

"Apa.....",

"Kenapa lama sekali?!" Protes pemuda yang memotong perkataan Jinyoung.

Tanpa izin, pemuda bersurai coklat itu masuk begitu saja. Meletakkan tasnya dengan asal ke atas meja. Jinyoung yang melihat tingkah sepupunya itu hanya dibuat membuang pelan nafas. Dirinya berjalan menuju ruang tengah, dan duduk tepat di sebelah Jackson.

"Kenapa kau kesini? Bukankah seharusnya kau memiliki kelas?" Tanya Jinyoung ingin tahu.

"Sangat malas" jawab Jackson singkat yang justru membuat Jinyoung lebih tidak mengerti.

Pemuda Wang itu menyandarkan dirinya dengan lemah di sandaran sofa. Matanya terpejam seakan-akan dirinya tengah mengantuk. Melihat itu, Jinyoung dengan cepat memahami situasinya.

"Apa karena dia tidak datang?" Tebak Jinyoung.

Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu, Jackson terhentak dan segera menatap manik gelap sepupunya itu. 

"Apa kau mengetahuinya?" Tanya Jackson tidak percaya.

Jinyoung membuang berat nafasnya dan mengalihkan matanya sesaat. Tebakkannya benar, lagi-lagi, perasaan Wang Jackson dipengaruhi oleh seorang Mark Tuan.

"Tentu saja aku mengetahuinya" jawab Jinyoung datar.

Jawaban Jinyoung, Jackson sangat terkejut saat mendengarnya. Dirinya tidak pernah berfikir jika pemuda Park yang adalah sepupunya itu akan benar-benar mencari tahu mengenai semuanya.

"Jangan katakan jika kau benar-benar menyelidiki mereka?" Tanya Jackson penuh selidik.

Tidak ingin menjawab, Jinyoung berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Perasaannya tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan sepupunya itu sekarang.

Diabaikan oleh Jinyoung, Jackson tidak bisa untuk berhenti begitu saja. Dirinya terus berteriak dan mengikuti langkah Jinyoung. Tindakannya itu seperti anak kecil yang terus menangis meminta sesuatu pada Ibunya. Membuat pemuda Park itu merasa kesal dengan sikap sepupunya itu.

...

Mark duduk di sofa dalam ruangan pribadi Jaebum. Dirinya sudah hampir satu jam lamanya menunggu pemuda yang adalah suaminya itu. Ini pertama kalinya Mark mendatangi perusahaan Jaebum yang berada di Jeju. Mark ingat, dulu, Jaebum sangat sering mengurus beberapa perusahaannya di luar, salah satunya adalah di Jeju, bahkan ada juga di beberapa negara lain.

Melihat kesibukan Jaebum, mengingatkan Mark pada Ayahnya. Ayahnya juga sangat sibuk mengurus beberapa perusahaannya. Sejak kecil, Mark sangat dekat dengan Ibunya. Hanya Ibunya yang terus bermain dengannya, tetapi, dirinya juga sangat menyanyangi Ayahnya. Mark tahu, Ayahnya adalah seseorang yang sangat baik dan hebat.

Melihat gambar-gambar di cameranya. Tidak tahu berapa kali matanya sudah melihat gambar yang sama. Melihat gambar dirinya dan Jaebum, Mark tidak pernah berfikir akan dapat mengambil gambar bersama dengan pemuda Im itu lagi setelah gambar di saat pesta pernikahan mereka.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang