36

118 14 0
                                    

Flashback

Jaebum berjalan mengikuti Jinyoung. Dirinya masih tetap dengan kewaspadaan, mengingat, Jinyoung memiliki jumlah anak buah yang tidak sedikit. Itu adalah gedung tua, tetapi, ruangan yang dimasukinya ini terlihat sedikit lebih baik meski dengan pencahayaan yang redup.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan, Jinyoung?" Tanya Jaebum pada akhirnya. Dirinya tidak mengerti mengapa Jinyoung membawanya untuk berbicara berdua.

Cukup lama pemuda Park itu diam, dirinya melihat Jaebum dengan tatapan yang sangat dalam. Manik hitam milik pemuda Park itu dengan baiknya menyiratkan berbagai macam pengertian. Kerinduan dan kebencian, sangat jelas terlihat pada kedua maniknya.

"Lepaskan dia Jaebum, kembalilah padaku" ada getaran dari suara Jinyoung saat dirinya berbicara.

Mendengar ini, Jaebum dibuat tidak percaya. Dirinya sungguh tidak berfikir Jinyoung tetap akan berusaha untuk kembali bersamanya. Ada rasa sakit yang tiba-tiba saja dirasakan Jaebum dalam dirinya. Pemuda di hadapannya adalah pemuda yang tidak pernah berhenti memenuhi hati dan pikiran Jaebum, bahkan sampai saat ini. Jinyoung, dirinya dengan baik selalu menguasai Jaebum. Membuat pemuda Im itu tidak bisa berhenti untuk mencintainya.

"Apa kau tidak mencintaiku, Jaebum? Apa kau telah jatuh cinta padanya?" Suara Jinyoung lagi. Sungguh, diri Jinyoung saat ini sangat berbeda saat Jinyoung yang berhadapan dengan Mark.

Jinyoung yang membawa Mark, adalah Jinyoung dengan semua keberanian dan kekejamannya. Dan saat ini, Jinyoung yang bersama Jaebum, adalah Jinyoung yang terlihat sangat lemah.

Jaebum bisa dengan jelas melihat ketulusan Jinyoung. Dirinya tahu Jinyoung benar-benar merindukannya. Hal itu yang juga selama ini dirasakan olehnya. Tapi, dirinya juga tahu, tidak akan mudah untuk bersama dengan pemuda yang dicintainya itu. Jaebum memiliki Mark, pemuda Tuan itu ada di dalam kehidupannya sekarang.

Melihat Jaebum yang diam dan tidak merespon dirinya, kemarahan mulai memenuhi diri Jinyoung. Dirinya dibuat menjadi lebih percaya, jika, seseorang yang selama ini dicintainya tidaklah memiliki perasaan yang sama lagi padanya.

"Benar, seharusnya aku sudah mempercayai itu sejak awal. Kau mencintainya, tentu saja, sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk bisa jatuh cinta!" Sinis Jinyoung.

"Aku mencintaimu Jinyoung, aku..... masih mencintaimu" ucap Jaebum pelan.

Braakkkk

"Omong kosong!" Teriak Jinyoung yang menendang sebuah kursi hingga terjatuh. Hal itu membuat Jaebum sangat terkejut karenanya.

"Berhenti mengatakan kau mencintaiku, Jaebum! Berhenti memainkan perasaanku! Apa kau berfikir aku bodoh?!" Ucap Jinyoung dengan menyalang.

Jaebum diam, dirinya terus mendengarkan kemarahan Jinyoung padanya.

Menatap lekat manik Jaebum, Jinyoung melangkah mendekat ke arahnya. "Aku mencintaimu, Jaebum. Aku bertahan karena aku mencintaimu. Apa kau tidak bisa melihatnya?" Ucap Jinyoung dengan nada yang terdengar sangat lemah.

Grep

Memiliki jarak yang dekat dengan pemuda yang dicintainya, Jaebum membawa Jinyoung dalam pelukkannya. Rasa bersalah juga memenuhi dirinya saat melihat ketidakberdayaan pemuda Park itu.

"Maaf..... maafkan aku, Jinyoung" lirih Jaebum dengan penyesalan. Sungguh, dirinya benar-benar menyesal telah menyakiti pemuda yang selalu di pikirannya itu.

Mendapatkan kehangatan yang tiba-tiba saja diberikan Jaebum, membuat Jinyoung merasa dirinya menjadi lebih baik begitu saja. Jinyoung tahu, Jaebum benar-benar masih mencintainya, dirinya percaya itu. Hanya saja, pemuda sial itu menjadi pembatas dirinya dengan Jaebum.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang