"Bagaimana? Kau sudah mendapatkannya?" Tanya pemuda dari seberang telepon.
"Tidak. Kau tahu dia bersama dengan orang yang tidak mudah" ucap pemuda berwajah manis yang meletakkan gelas berisi kopi di atas meja.
"Ck..... kau sudah cukup lama disana dan belum mendapatkan hasilnya sampai saat ini" kesal pemuda dari seberang telepon itu lagi.
"Bersabarlah, aku sedang dalam rencanaku. Kau pasti mendapatkannya, percayalah" ucap Jinyoung untuk meyakinkan pemuda yang lebih tua yang ada di seberang telepon.
"Aku selalu percaya padamu. Hanya saja, jika kau mengkhianatiku seperti yang dilakukan orang itu, aku akan langsung membunuhmu" ucap pria itu dengan nada menyindirnya.
Jinyoung tidak menghiraukan, dirinya tahu, pemuda yang adalah bosnya itu tidak akan benar-benar menyakitinya. Terlebih, pemuda yang lebih tua darinya itu masih membutuhkan Jinyoung untuk mendapatkan sesuatu yang sangat diinginkannya selama ini.
Taecyeon membuang nafasnya pelan sebelum melanjutkan pembicaraannya. "Baiklah, aku tutup teleponnya. Aku memiliki pekerjaan yang penting. Hubungi aku jika kau memerlukan bantuan" ucapnya.
"Hm..... sejauh ini, aku masih bisa melakukannya sendiri. Jangan khawatir" ucap Jinyoung. Taecyeon hanya bergumam mengerti sebelum dirinya mengakhiri panggilan telepon.
Jinyoung meletakkan ponselnya dan menyesap kopi yang dibuatnya. Pikirannya mulai berkelana pada semua rencana yang telah disiapkannya. Dirinya hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan semuanya.
"Kau benar-benar masih bekerja untuknya" ucap Jackson tidak suka. Dirinya mengambil duduk di sebelah Jinyoung. Dirinya mendengar Jinyoung berbicara melalui telepon. Tanpa bertanya, pemuda Wang itu dapat menebak dengan benar siapa orang yang telah berbicara dengan Jinyoung.
"Aku juga melakukannya untuk kepentinganku" jawab Jinyoung singkat. Dirinya tidak ingin mempermasalahkan ucapan Jackson yang lebih terdengar seperti sebuah protesan. Setelahnya, Keduanya diam dalam beberapa saat.
"Jika aku memintamu untuk berhenti, apa kau akan berhenti?" Tanya Jackson dengan nada yang terdengar sedikit memohon.
Mendapat pertanyaan itu dari Jackson, Jinyoung menatap tidak suka pada sepupunya itu. "Aku sudah menahan diriku selama sembilan tahun, itu bukanlah hal yang mudah, dan kau tahu itu! Jadi, jangan meminta hal yang tidak bisa aku lakukan!" Tekannya.
Jackson menatap dalam pada manik Jinyoung. Berusaha mencari ketidak jujuran disana. Tapi, yang dilihatnya hanyalah sebuah keinginan dan hasrat yang besar.
Situasi yang tiba-tiba terasa dingin membuat Jinyoung merasa kesal. Dirinya berdiri dan ingin pergi mencari udara segar. Tepatnya, menghilangkan kekesalannya pada Jackson.
Pemuda itu baru saja akan beranjak menuju pintu keluar saat tiba-tiba dirinya mendengar lagi suara Jackson yang seakan memohon."Berjanjilah padaku untuk tidak akan menyakitinya, Jinyoung" lirih Jackson.
Mendengar perkataan Jackson yang terdengar lemah, Jinyoung hanya diam dan tidak menghiraukannya, dirinya melanjutkan langkahnya dan berjalan keluar. Membuat hati Jackson berada dalam perasaan kecewa dan khawatir bersamaan.
...
Jaebum masuk ke kamarnya setelah mengantarkan Youngjae. Pemuda Choi itu benar-benar mengerjakan pekerjaannya bersama Jaebum di rumah. Alasannya, agar dirinya juga bisa menjaga Mark. Meski Jaebum sudah melarangnya, tapi, bukan Youngjae namanya jika tidak berani melawan Jaebum. Hanya pemuda bernama Choi Youngjae saja yang berani menyangkal dan memarahi Jaebum.
Jaebum berjalan menuju tempat tidur. Dirinya memperhatikan Mark yang sudah tertidur. Tatapannya serius dalam beberapa saat. Tiba-tiba, suara dering handphone mengusik dirinya. Jaebum membulatkan matanya saat melihat nama Jinyoung di layar. Jaebum melangkah keluar kamar, dirinya menjawab telepon dari Jinyoung dengan diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E ( End )
FanfictionCause you are mine Mark and Jaebum Edition Please, give me your love and vote