25

131 16 0
                                    

Matahari sudah mulai beranjak menuju arah Barat. Menambah nuansa indah di tempat perkemahan yang diselimuti pemandangan hijau itu. Semua orang yang mengikuti perkemahan sedang menikmati permainan yang diusulkan pemimpin kelas. Dan Mark, pemuda itu juga merasa benar-benar bahagia. Senyuman tidak pernah lepas dari wajah indahnya. Dirinya juga sudah tidak mempermasalahkan tindakan Jackson yang menciumnya tadi. Begitu juga Jackson, melihat Mark yang bersikap biasa, pemuda Wang itu juga berusaha untuk tidak membuat situasi menjadi lebih canggung.

Jika pemuda Tuan itu merasa bahagia bersama teman-temannya, hal yang sama tidak dirasakan dengan pemuda tampan bernama Jin. Dirinya terus merasa gelisah bahkan sampai saat ini. Mark masih ingin berada disini, itu membuat Jin terus menggerutu kesal dan juga cemas secara bersamaan. Tidak terhitung sudah berapa kali dirinya melihat jam yang ada di tangannya.

"Apa aku harus menelpon Youngjae?" Ide itu tiba-tiba saja muncul di kepalanya. Pemuda Choi itu selalu memiliki rencana baik yang berhasil membantunya. Jadi, tanpa berpikir dua kali, Jin segera menghubungi Youngjae. Berharap pemuda yang lebih muda itu bisa membantunya membawa Mark dan menyelamatkannya dari amarah Jaebum.

...

Berkas yang menumpuk di hadapannya membuat pemuda bersurai hitam terus saja menekuk wajahnya. Wajah manisnya sudah tidak tahu bagaimana caranya tersenyum. Youngjae terus saja mengerjakan pekerjaan menumpuk yang diberikan Jaebum, tapi, itu tidak terlihat berkurang sedikitpun. Jika bukan karena gaji yang sangat besar yang diberikan Jaebum, mungkin dirinya sudah sejak lama mengundurkan diri. Youngjae merasa tidak mendapatkan keadilan dari sahabat keras kepalanya itu.

Drrttttt drrrtttt drrrttt

Suara nada dering handphone yang terdengar mengusik telinga pemuda Choi itu. Dirinya menggerutu saat akan mengangkat handphonenya, tapi, gerutuan itu hilang begitu saja saat melihat nama Jin di layarnya.

"Hyung? Kenapa kau menelponku? Apa terjadi sesuatu?" Jawab Youngjae segera.

"Ini lebih buruk dari hal yang buruk" ucap Jin dengan frustasi.

Youngjae yang mendengar itu dibuat tidak mengerti, tapi, dirinya tiba-tiba saja mengkhawatirkan Mark.

"Ada apa hyung? Apa terjadi hal buruk? Apa kau dan Mark mendapatkan masalah?" Tanya Youngjae dengan tergesa. Pikiran-pikiran buruk mendadak memenuhi otaknya.

Jin membuang berat nafasnya sebelum menjawab "kau tahu, bocah kecil itu memaksa ku membawanya ke kaki gunung dan tanpa sepengetahuan Jaebum" jelas Jin yang sedikit menyindir namun masih dengan rasa frustasinya.

Youngjae yang mengerti siapa bocah kecil yang dimaksud Jin segera berteriak tidak percaya. "Apa yang kalian lakukan disana hyung?".

"Dia menemui teman-temannya yang berkemah. Youngjae, kau tahu, aku merasa Mark kita telah menjadi lebih berani" lagi-lagi Jin menyindir. Perasaan cemasnya membuat pemuda Kim itu seakan tidak normal berbicara.

Youngjae tidak mengerti apa yang dipikirkan Mark. Dirinya juga tidak mengerti mengapa Jin bisa dengan mudah mengikutinya.

"Hyung dengar, kau harus segera membawanya kembali. Jika, Jaebum mengetahuinya, kau akan tahu sendiri apa yang bisa terjadi" ucap Youngjae seraya membayangkan amarah Jaebum.

Disaat bersamaan, Youngjae tidak menyadari kehadiran Jaebum. Pemuda Im itu bahkan mendengar pembicaraan Youngjae. Meski Youngjae tidak menyebutkan nama Jin, tapi, Jaebum dengan mudah menebak siapa yang berbicara dengannya. Membatalkan niatnya untuk menemui Youngjae. Jaebum segera bergegas kembali menuju ruangannya. Jaebum segera membuka ponsel pintarnya dan melacak keberadaan mobil Mark. Dalam sesaat, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat saat melihat dimana Mark berada. Pemuda itu tidak berada di Universitasnya. Mark berbohong, itu membuat diri Jaebum seketika diselimuti amarah.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang