Mark mengikuti Jaebum hingga ke kamar mereka. Kedua pemuda itu hanya diam selama di perjalanan. Sebenarnya, ada banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan Mark. Dirinya masih memilih diam dan menunggu Jaebum yang menjelaskan. Tapi, sampai mereka berada di rumah, Jaebum tidak bersuara. Dirinya hanya diam dan memasang wajah kesalnya.
"Yang dikatakan Jinyoung hyung, apa..... itu benar?" Mark tidak bisa menahannya lagi, dirinya sungguh ingin tahu kebenaran yang tidak diketahuinya.
Jaebum yang juga sejak tadi sangat yakin Mark akan menanyakan ini tidak segera menjawab. Dirinya meletakkan jaket yang dikenakannya dan memilih masuk ke kamar mandi.
"Apa itu benar? Jinyoung hyung, dia.... kekasih lama mu?" Mark bertanya lagi. Menghentikan langkah Jaebum tepat di depan pintu kamar mandi.
Jaebum beralih menatap Mark dan menjawab datar "dia hanya masa lalu, bukan hal yang penting untuk membahasnya" ucap Jaebum dan masuk ke kamar mandi.
Meski Jaebum terdengar biasa mengatakan ini, tapi Mark bisa melihat dengan jelas rahang Jaebum yang mengeras. Itu membuat Mark tidak bisa berhenti memikirkan kebenarannya.
Mark terlihat tidak tenang, dirinya memikirkan hubungan Jaebum dan Jinyoung. Pertanyaan kekhawatiran begitu saja mendatangi Mark. Mark tidak mengerti, tapi ada rasa takut yang tidak diketahui bersarang di dalam hatinya.
...
Jaebum memilih untuk menghindari Mark. Dirinya tengah berada di ruang kerjanya. Meski tidak memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan, tapi pemuda Im itu merasa ruang kerjanya adalah tempat terbaik, terlebih untuk situasi saat ini. Pikirannya kembali mengingat kejadian tadi. Bagaimana bisa Jinyoung melakukannya? Jaebum tidak mengerti dengan tindakan Jinyoung.
"Park Jinyoung, apa yang sebenarnya kau inginkan?" Lirihnya.
Drrrtttt drrrtttt drrtttt
Suara ponsel Jaebum yang berbunyi mengusik pikirannya. Dengan malas, Jaebum melihat benda pintar itu. Matanya membulat saat melihat nama Jinyoung di layar ponselnya. Dengan terpaksa dan juga rasa ingin tahunya, Jaebum menjawab panggilan itu.
"Ya? aku tidak menyangka kau akan mengangkat teleponku. Apa kau tidak bertengkar dengan istrimu?" Sindir Jinyoung yang berbicara terlebih dahulu
"Apa yang kau inginkan Jinyoung-ah?" Ucap Jaebum pelan. Dirinya sungguh tidak memahami sikap Jinyoung.
"Aku? Ck..... tidak banyak, hanya ingin mendapatkan kembali milikku" ucap Jinyoung dengan senyuman di bibir merahnya.
Dari kejauhan, Jinyoung bisa mendengar Jaebum menghela nafasnya. "Jinyoung-ah, aku berharap kau tidak akan menyakitinya. Tapi, hari ini kau melakukannya".Jinyoung mengerti maksud pembicaraan Jaebum, dirinya menjawab dengan perasaan kesal. "Kau memikirkan perasaannya?!" Jinyoung tertawa miris sebelum melanjutkan kalimatnya "kenapa kau tidak memikirkan bagaimana perasaanku saat itu Im Jaebum?!" Tekan Jinyoung pada kalimatnya.
Ada rasa putus asa dan kekecewaan yang besar pada suara Jinyoung. Jaebum bisa merasakannya. Hal itu membuat pemuda Im itu mengingat lagi kejadian beberapa tahun yang lalu. Membuka ingatan yang lama dan rasa bersalah yang selama ini menemaninya.
Keduanya diam dalam waktu yang cukup lama saat Jaebum berbicara lagi.
"Jinyoung.....",
"Aku tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara denganmu" sela Jinyoung "aku mengira kau bertengkar dengan pemuda naif itu. Ck..... sayang sekali, aku menunggu dalam waktu yang lama untuk mendengar itu, dan gagal mendapatkannya hari ini" ucap Jinyoung dengan nada sedikit menyindir.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E ( End )
FanfictionCause you are mine Mark and Jaebum Edition Please, give me your love and vote