47

114 18 0
                                    

Jaebum baru saja berada di rumah. Wajah pemuda tampan itu sangat jelas memperlihatkan kelelahan.

Ceklek

Membuka pintu kamarnya, Jaebum dibuat cukup terkejut saat melihat siluet Mark yang tengah berdiri dengan mata yang tertuju padanya. Kemarahan, itulah yang dilihat Jaebum di kilatan mata milik Mark.

Mengabaikan pemuda yang adalah istrinya. Jaebum berjalan meletakkan tas kerjanya dan membuka jasnya. Meski tidak melihat Mark langsung, tetapi, sudut matanya dengan jelas mengetahui pemuda Tuan itu terus memperhatikannya.

"Ada yang ingin aku tanyakan padamu" suara Mark akhirnya.

Mendengar perkataan Mark dengan suara yang tidak biasa, Jaebum segera mengalihkan matanya pada pemuda yang telah berdiri di dekatnya.

"Katakan" jawabnya singkat.

Tidak segera berbicara, Mark terlihat berfikir. Perkataan Jinyoung, membuat hati dan pikiran Mark tidak bisa bekerja dengan baik saat ini. Dirinya ingin menanyakan semuanya, tetapi, keraguan juga sangat memenuhi dirinya.

Melihat pemuda di hadapannya hanya diam, Jaebum berbicara lagi. "Jika tidak ada yang ingin kau katakan, aku.....",

"Ayah dan Ibuku..... apa..... kau yang telah membunuh mereka?" Tanya Mark menyanggah pembicaraan Jaebum.

Deg

Pertanyaan Mark, seakan memberikan hantaman kuat tepat di jantung Jaebum. Bibirnya seakan tidak dapat berbicara bahkan hanya untuk satu kata saja. Melihat Jaebum yang hanya diam, Mark tidak bisa tidak berbicara lagi.

"Katakan, Jaebum! apa benar kau yang telah membunuh orangtuaku?! Apa kau juga yang berusaha untuk membunuhku saat itu?! Katakan, Jaebum, kenapa kau tidak berbicara?!" Ucap Mark dengan suara yang lebih meninggi di akhir perkataannya.

Tidak ingin menghilangkan kebenaran, pemuda Im itu berbicara "Ya..... aku bagian dari mereka yang telah membunuh orangtuamu. Dan..... aku lah yang menembakmu saat itu" jawab Jaebum dengan suara datarnya.

Dunia dan detak jantung Mark, seakan berhenti saat itu juga. Sungguh, dirinya menginginkan jawaban yang berbeda dari pemuda di hadapannya. Jika saja Jaebum megatakan tidak, Mark akan mempercayai itu dan melupakan semua yang dikatakan Jinyoung. Tetapi, perkataan yang baru saja didengarnya, membuat diri pemuda Tuan itu seakan tidak memiliki raganya.

Perlahan, manik gelap itu mengeluarkan cairannya. Rasa sakit begitu saja memenuhi hati pemuda yang tidak berdaya itu.

"Kau..... berbohong..... itu..... tidak benar" lirih Mark.

Melihat kelemahan Mark, Jaebum berusaha untuk menarik pemuda yang adalah istrinya itu, dirinya ingin memeluk Mark, tetapi, pemuda Tuan itu perlahan memundurkan langkahnya.

"Kau..... tidak melakukannya, benar?" Ucap Mark "katakan, Jaebum, katakan kau berbohong" mohon Mark dengan air matanya. Sungguh, Mark ingin Jaebum mengatakan bahwa dirinya berbohong. Mark akan percaya, dirinya akan mempercayai itu.

Jaebum ingin, jika saja dirinya bisa, Jaebum akan mengatakan jika dirinya tidak terlibat dalam pembunuhan itu. Tetapi, apa yang bisa dilakukannya, jika dirinya berbohong, itu sama saja dirinya membuat luka lain pada pemuda di hadapannya. Jadi, mengatakan yang sebenarnya adalah yang terbaik.

"Itu kenyataannya, Mark. Aku..... adalah bagian dari mereka yang melenyapkan orangtuamu" ucap Jaebum dengan suara yang terdengar menyesal.

Lagi, detak jantung Mark seakan berhenti. Dirinya berusaha mencari kebohongan pada pemuda di hadapannya, tetapi, mata tajam milik Jaebum, memperlihatkan kesungguhan. Membuat rasa sakit lebih dalam pada hati Mark.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang