17

131 15 0
                                    

"Mark, terimakasih" ucap Jin tersenyum saat Mark akan turun dari mobil. Dirinya merasa senang karena lagi-lagi mendapat traktiran dari Tuan mudanya. Tadi, Mark membelikan semua yang disukai Jin di pusat perbelanjaan. 

"Hm... terimakasih juga karena sudah menemaniku hyung" ucap Mark yang juga tersenyum pada Jin dan segera masuk ke rumah.

Mark melangkah masuk ke rumah dengan beberapa belanjaannya. Sebenarnya, semua itu bukan sesuatu yang dibutuhkan Mark. Dirinya hanya ingin menghilangkan rasa bosan dan kesal yang terus saja ada dalam dirinya.

"Bukankah seharusnya kau sudah berada di rumah sejak empat jam yang lalu?!" Suara dingin dan tegas Jaebum yang terdengar menghentikan langkah Mark yang baru saja akan menaiki tangga. Mark yang mendengar itu dengan rasa malasnya memutar dirinya menghadap Jaebum yang sudah berjarak dekat dengannya.

"Kau pergi ke pusat perbelanjaan dan tidak meminta ijin dariku?! Apa kau tidak mendengar apa yang ku katakan?!" Tanya Jaebum lagi dengan mata mengintimidasinya. Jaebum dengan mudah mengetahuinya melalui semua barang bawaan Mark.

"Aku hanya pergi ke pusat perbelanjaan, apa aku juga harus meminta ijinmu?! Lagipula ada Jin hyung yang menemaniku!" Mark tidak bisa menahan emosinya saat ini. Dirinya sudah merasa lelah, tapi Jaebum sepertinya tidak pernah bisa untuk mempermudah dirinya.

"Aku sudah mengatakan untuk tidak pergi kemana saja dalam beberapa waktu ini! Tidak perduli Jin menemanimu atau tidak, setelah perkuliahan kau harus segera kembali ke rumah! Apa kau tidak mengerti dengan apa yang kukatakan?!" Suara Jaebum menjadi lebih tegas dan sedikit berteriak.

"Kenapa kau selalu saja memberatkan ku?! Kau memintaku untuk berada di rumah sebelum malam hari, dan aku mengikutinya! Bukankah saat ini aku sudah berada di rumah sebelum malam hari?! Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?!" Ucap Mark juga setengah berteriak.

Jaebum yang melihat reaksi Mark dibuat tidak percaya jika Mark benar-benar menjadi lebih berani padanya sekarang. Itu membuat kemarahan membuncah pada diri Jaebum. Tanpa sadar, kemarahan yang ada dalam diri Jaebum membuat tangan pemuda itu mengeras dan mencengkram kuat gelas yang berisi kopi yang berada di tangannya.

Mark yang melihat tangan Jaebum yang bergetar dan mulai mengeluarkan cairan merah dibuat menjadi panik. Dirinya menjatuhkan semua barang bawaannya dan reflek menyentuh tangan Jaebum.

"Jae... Jaebum..." lirih Mark.

"MASUKLAH KE KAMAR SEKARANG!" Teriak Jaebum dengan menghempas tangannya yang memegang gelas saat tangan Mark akan menyentuh tangannya.

Mark yang mendapatkan reaksi itu dari Jaebum dibuat terkejut. Dirinya menatap Jaebum dengan semua perasaan khawatir dan juga rasa takutnya. Mark bisa melihat Jaebum menjadi lebih marah saat ini.

Jaebum membuang berat nafasnya saat melihat raut ketakutan pada Mark. Dirinya memalingkan wajah dari Mark sesaat dan menatap pria itu lagi.

"Aku katakan padamu untuk masuk!" Ucapnya lagi dengan nada dingin dan penuh penekanan.

Mark tidak berbicara lagi, dirinya mengambil semua barang bawaannya dan segera menuju ke kamarnya.

Jaebum yang melihat Mark telah masuk ke kamarnya lagi-lagi terlihat membuang nafasnya. Dirinya kehilangan kendali pada Mark untuk kesekian kalinya. Sungguh, Jaebum tidak ingin memarahi Mark. Hanya saja Mark yang terlihat lebih berani berhasil membuat Jaebum menjadi terbawa emosi.

...

Mark tidak bisa berhenti memikirkan luka Jaebum. Luka itu pasti benar-benar menyakitkan. Mark bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya. Dirinya ingin menemui Jaebum dan membantunya untuk mengobati luka itu, tapi Mark takut jika harus berhadapan dengan Jaebum yang marah.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang