Jaebum tengah berkutik dengan pekerjaannya. Sesekali, matanya melirik ke arah pemuda yang tengah tertidur karena menunggunya. Tidak ada pilihan, Jaebum terpaksa membawa Mark ke perusahaannya. Dikarenakan jika mengantar istrinya itu lagi, akan memakan waktu yang sangat lama. Lagipula, Jaebum masih tidak percaya membiarkan Mark tidak berada di bawah pengawasannya. Meski sudah berdamai dengan Jinyoung, tetap saja, keselamatan Mark belum tentu baik-baik saja. Mengingat, seseorang di balik Jinyoung yang jauh lebih berbahaya.
Pergerakan kecil Mark membuat netra Jaebum teralihkan lagi. Pemuda tampan itu terlihat bergerak tidak nyaman. Membuat Jaebum berdiri dan mendekatinya.
Grep
Pendingin ruangan yang tepat mengenai tubuh Mark, membuat Jaebum membuka jas kerjanya dan menutup tubuh yang berukuran sedikit lebih kecil darinya itu. Mark kedinginan, itu lah yang dipikirkan oleh Jaebum. Mendapatkan sedikit kehangatan, Mark terlihat lebih nyaman. Dirinya bahkan tidak terbangun saat jas milik Jaebum menyelimutinya. Atau mungkin, karena pemuda Tuan itu masih di bawah pengaruh obat, membuatnya tertidur dengan baiknya.
Jaebum berjalan melanjutkan pekerjaannya lagi. Tidak lama, sahabat yang selalu saja mengusiknya masuk begitu saja.
"Ya, kau membawanya kesini?" Tanya Youngjae tidak percaya saat netranya melihat Mark yang tertidur di sofa.
Tidak menjawab, Jaebum justru hanya fokus pada pekerjaannya. Mengabaikan sahabat masa kecilnya itu yang telah duduk di depannya.
"Kenapa kau tidak membawanya ke rumah?" Tanya Youngjae lagi. Ayolah, bukan Choi Youngjae jika tidak banyak bertanya.
"Akan membuang waktu, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan" ucap Jaebum yang tidak mengalihkan pandangannya.
"Ya ampun, aku tidak menyangka kau masih memiliki hati untuk tidak membebani diriku dengan semua pekerjaanmu" sindir Youngjae, seseorang yang biasanya selalu saja mendapatkan pekerjaan menumpuk dari seorang Tuan Im.
Mendengar nada yang menyebalkan itu, Jaebum mengalihkan matanya dan menatap dengan tatapan tajamnya. "Bisakah kau tidak bersuara? Kau akan membangunkannya!" Ucap Jaebum dengan nada kesalnya.
Baiklah, beritahu Youngjae untuk selalu bersabar menghadapi sahabat sedingin esnya itu.
...
'Diam', kata itu selalu saja mendominasi antara Jaebum dan Mark saat bersama. Jaebum yang terus saja fokus pada jalanan, dan Mark yang mengamati setiap bangunan yang di lewatinya.
Drrtttt drrtttt drrttt
Suara handphone milik Jaebum mengusik keduanya. Tetapi, pemuda Tuan itu terlihat bersikap biasa saja. Jaebum, dirinya segera melihat handphone pintarnya. Obsidiannya membulat saat melihat nama Jinyoung tertera di layar. Sesaat, matanya melirik Mark dan mengabaikan handphone yang terus berdering itu.
Drrtttt drrtttt drrttt
Handphone itu berbunyi untuk kesekian kalinya, tetapi, pemiliknya masih dengan sengaja membiarkannya. Membuat seseorang yang berada di sebelahnya mulai merasa terusik.
Mark melirik pada handphone Jaebum, mencoba melihat nama si pemanggil. Tetapi, matanya tidak bisa melihat dengan jelas. Membuat dirinya beralih menatap Jaebum dengan tatapan bertanyanya.
Jaebum yang menyadari tatapan Mark, berusaha mengalihkan perhatian pemuda Tuan itu. "Apa kau lapar?" Tanyanya.
"Sedikit" jawab Mark datar.
"Apa yang ingin kau makan?" Tanya Jaebum lagi. Dirinya merasa beruntung karena handphonenya sudah tidak berdering lagi.
Mendapat pertanyaan itu, Mark terlihat berfikir. Dirinya memikirkan makanan apa yang ingin atau yang tepat untuk di makan saat ini. Mengingat hujan baru saja berhenti beberapa saat yang lalu.
"Bagaimana sop rumput laut?" Tawar Mark. Menurutnya, itu sangat tepat di makan pada cuaca seperti ini.
Sop rumput laut, kedengarannya tidak buruk. Jaebum ingat, dirinya tidak makan makanan itu dalam waktu yang cukup lama. "Baiklah" jawabnya setuju dengan segera.
...
Jaebum dan Mark tengah menikmati makanan mereka, lebih tepatnya, makan malam mereka, karena waktu sudah hampir mendekati malam.
Mark terlihat makan dengan semangat. Dirinya sangat menyukai sop rumput laut. Mark ingat, saat dirinya kecil dulu, Ibunya sering membuatkan makanan ini untuknya. Setiap Mark sakit, Ibunya juga akan membuatkan sop rumput laut untuknya. Ah, dirinya merindukan keluarganya.
"Makanlah pelan-pelan" suara Jaebum mengingatkan saat melihat nafsu makan Mark. Membuat pemuda di hadapannya hanya mengangguk kecil.
Drrtttt drrtttt drrttt
Lagi-lagi, suara handphone Jaebum yang berbunyi mengusik kenikmatan keduanya. Tidak perlu melihat, Jaebum dapat mengetahui siapa si penelepon yang menghubunginya.
Tahu jika Jaebum tidak menjawab panggilan itu lagi, Mark tidak bisa untuk tidak bertanya. Baiklah, dirinya penasaran dengan seseorang yang menghubungi Jaebum.
"Kenapa kau tidak menjawabnya?" Tanya Mark ingin tahu.
Mendengar itu, entah mengapa, Jaebum merasa seakan tidak bisa berbicara. Dirinya seperti seseorang yang memiliki kesalahan dan sedang menutupinya.
"Nomor yang tidak dikenal" jawabnya sedatar mungkin.
"Siapa tahu dia memiliki hal yang penting" ucap Mark lagi. Sungguh, dirinya mulai merasa terganggu dengan nada dering itu sekarang.
Tidak menjawab, Jaebum lagi-lagi hanya mengabaikan panggilan di handphonenya. Dirinya tidak bisa berbicara dengan Jinyoung di hadapan Mark. Meski dirinya yang mengambil keputusan untuk membiarkan Jinyoung bersamanya lagi, tapi, dirinya tidak bisa begitu saja bersikap sesuka hati pada pemuda di hadapannya sekarang. Bagaimanapun, pemuda yang sekarang menggunakan namanya ini adalah seseorang yang memiliki ikatan yang sangat kuat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E ( End )
FanfictionCause you are mine Mark and Jaebum Edition Please, give me your love and vote