14

128 16 0
                                    

"Bagaimana bisa kau terlambat?" Tanya Yugyeom di tengah santapan makan siang mereka. Saat ini keempat pemuda yang cukup populer di fakultas mereka berada di kantin.

"Aku terlambat bangun" jawab Mark singkat dan tentu saja itu bohong. Mark sengaja tidak masuk kelas karena dirinya tidak ingin belajar. Pikirannya terus saja dipenuhi oleh Jaebum.

"Ternyata kau bisa terlambat juga" ucap Bam-Bam. Ya, meski tidak datang secepat dirinya, tapi Mark tidak pernah tertinggal pelajaran. Dan ini untuk pertama kalinya Mark bisa terlambat.

"Apa kau benar-benar menikah?" Pertanyaan mendadak Jackson ini membuat semuanya benar-benar terkejut. Terlebih Mark, pria itu tersedak dengan makanannya sendiri.

Mark menatap Jackson dalam. Apa Jackson mengetahuinya? Lagi-lagi pertanyaan itu muncul di pikiran Mark. Itu membuat Mark menjadi gugup.

"Apa yang kau bicarakan hyung? Siapa yang menikah?" Tanya Yugyeom bingung.

Jackson tidak menjawab, matanya terus tertuju pada Mark yang duduk di depan Yugyeom. Mark tidak berani melihat mata itu, Mark takut. Bam-Bam dan Yugyeom yang melihat reaksi Jackson dan Mark juga ikut saling pandang. Mereka bertanya, apa Mark yang dimaksud Jackson.

"Ada apa hyung? Kenapa kau terus melihat Mark?" Yugyeom bertanya lagi.

Mark menjadi lebih takut saat mendengar pertanyaan Yugyeom. Lagi, Mark menatap dalam kedua manik Jackson. Melihat reaksi ketiga temannya membuat Jackson tertawa. Pria itu membuat ketiga temannya menjadi lebih bingung karenanya, terlebih Mark.

"Ada apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?" Tanya Jackson dengan senyuman di wajahnya. Tapi ketiga sahabatnya tetap diam.

"Ah... aku hanya menebak saja. Aku melihatnya memakai cincin. Aku mengira jika kau benar-benar menikah" ucap Jackson lagi dengan ketawa kecil dan melihat Mark.

Perkataan Jackson mengenai cincin membuat Bam-Bam dan Yugyeom mengalihkan pandangan mereka pada jari tangan Mark. Benar, ada cincin disana dan mereka baru menyadarinya. Itu membuat kedua pemuda itu menjadi terkejut.

"Apa benar kau menikah?" Tanya Bam-Bam segera.

"Kau menikah dan tidak memberitahu kami?" Lanjut Yugyeom.

Mereka tidak percaya jika Mark benar-benar menikah dalam diam. Dan Mark, dirinya tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Perasaannya menjadi gelisah, Mark tidak mungkin memberitahukan yang sebenarnya.

"Jadi benar kau menikah" ucap Bam-Bam lagi saat tidak mendapatkan jawaban dari Mark.

"Tidak... ini... ini bukan cincin pernikahan. Hy... hyungku yang memberikannya" Mark dengan cepat menjawabnya, dia tidak ingin ketiga sahabatnya menjadi lebih curiga.

"Hyungmu? Kenapa dia memberikan adik laki-lakinya cincin?" Tanya Yugyeom tidak percaya.

Dan Mark tidak dapat menjawab lagi. Dirinya memikirkan apa yang harus dikatakan untuk membuat kedua pemuda ini percaya.

"Ck... kenapa kalian bertanya itu? Apa tidak boleh seorang kakak memberikan cincin pada adiknya? Itu hanya sebuah cincin, mungkin hyungnya Mark benar-benar menyanyanginya" ucap Jackson. Pria itu berbicara seperti mengetahui segalanya.

"Ya, menurutku itu tidak masalah. Jika aku memiliki adik laki-laki, mungkin aku akan memberikannya sebuah kalung" Lanjut Bam-Bam.

"Kenapa kau tidak memberikannya gelang saja?!" Balas Yugyeom kesal. Menurutnya, sahabatnya itu tidak pernah berbicara dengan serius. Reaksi Yugyeom membuat Jackson dan Bam-Bam tertawa karenanya.

Melihat ketiga sahabatnya sepertinya sudah tidak membahas itu lagi, Mark bisa sedikit bernafas lega. Itu karena Jackson menyelamatkannya. Pemuda itu yang memulai topik ini dan sekarang dia juga yang mencoba menghentikannya. Mark dibuat tidak habis pikir pada diri seorang Wang Jackson. Ada apa sebenarnya pada pemuda itu?.

...

Dikarenakan pertemuannya dengan Jinyoung tadi, Jaebum menjadi tidak ingin melanjutkan pekerjaannya. Jaebum bahkan meminta Youngjae untuk menggantikan dirinya di pertemuan penting itu. Tentu saja itu membuat Youngjae terus merutuki Jaebum.

"Aku tidak menyangka jika kau benar-benar menikahinya. Apa kau mencintainya Jaebum?".

"Ah... tentu saja kau mencintainya. Hidup bersama delapan tahun, bagaimana mungkin kau tidak mencintainya".

Perkataan Jinyoung tadi terus berputar di kepala Jaebum. Bagaimana bisa Jinyoung mengetahuinya? Itulah yang terus ditanya Jaebum dalam pikirannya.

Dorrr Dorrr Dorrr

Jaebum melepaskan lagi tembakan pada target di depannya. Tidak tahu sudah berapa peluru yang dihabiskan Jaebum. Tubuhnya sudah basah oleh keringat. Bahkan pikirannya yang terus mengingat Jinyoung membuat dirinya seperti terbakar. Ada banyak emosi dalam dirinya saat ini. Bahkan siapa saja yang melihatnya, dapat merasakan aura gelap dan menakutkan pada dirinya.

Dorrr Dorrr Dorrr   Dorrr Dorrr Dorrr

Lagi-lagi Jaebum menembakkan peluru itu. Setiap dirinya membayangkan Jinyoung, maka peluru itu akan keluar mengenakan targetnya dengan ganas.

...

Mark berada di dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Memikirkan dirinya tiba di rumah membuat Mark benar-benar malas. Jika saja Mark memiliki tempat lain untuk dirinya, Mark pasti sudah memilih untuk ke tempat itu. Mark tidak ingin bertemu pria egois, Im Jaebum. Itu hanya akan membuat Mark menjadi kesal. Tapi apa yang bisa dilakukan Mark, dirinya tidak memiliki apapun. Semua yang dimilikinya adalah milik Jaebum.

Mark terus saja memikirkan hal yang akan bisa membawanya sampai di rumah lebih lama lagi. Meski dirinya sudah benar-benar lelah, tapi Mark sungguh tidak ingin cepat sampai di rumahnya. Ini membuat pria itu berpikir keras untuk mencari cara bagaimana tidak bertemu Jaebum secepatnya.

"Hyung, bisa kau mengantarkanku ke restoran favorite ku?" Ide ini muncul begitu saja dalam pikiran Mark.

Jin yang mendengar Mark dibuat cukup terkejut. Terlebih karena tidak biasanya Mark akan memanggilnya hyung.

"Kenapa mendadak kau ingin kesana?" Jin tidak bisa langsung menyetujui Mark. Mengingat letak restoran yang dimaksud Mark akan memakan waktu lebih dari satu jam. Itu artinya akan tiba malam hari di rumah.

"Aku lapar, aku ingin makan sop rumput laut disana" ucap Mark begitu saja. Dirinya berharap Jin akan mempercayainya dan mau membawanya.

"Kau bisa makan di rumah. Minta pada mereka untuk memasakkannya" Jin menolak dengan cara yang baik.

"Itu tidak sama, rasanya berbeda. Hyung, ayolah... aku benar-benar lapar" Mark tetap memaksa Jin. Sungguh, dia berharap Jin tidak akan menolaknya.

Jin yang tidak biasanya mendengar Mark memohon membuang pelan nafasnya. Baiklah, pemuda itu lagi-lagi mengalah pada yang lebih muda.

"Kau tahu konsekuensinya?" Tanya Jin.

"Hm" Mark cepat menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, aku akan mengantarmu" Jin segera memutar arah.

Itu membuat Mark tersenyum senang dalam hatinya. Meski tahu jika Jaebum akan marah padanya nanti, setidaknya Mark tidak akan bertemu secepatnya dengan Jaebum. Menurutnya, itu jauh lebih baik.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang