Pemuda yang memiliki surai hitam kecoklatan dan luka yang baru saja menghiasi wajah indahnya menatap kosong ke arah balkon kamar yang memperlihatkan langit biru. Sudah beberapa jam berlalu sejak kejadian pertengkaran itu. Tapi, pemuda tampan itu tidak bergerak dari posisi lemahnya sedikitpun. Sejak tadi, dirinya hanya memikirkan ketidak beruntungannya. Kehidupan sepertinya sangat menyukai ketidakberdayaannya.
Air mata yang sejak tadi ditahannya kini berhasil lolos begitu saja. Rasa sakit yang berlubang sangat besar di dasar hatinya membuat Mark tidak bisa lagi menahan air mata yang sejak tadi terjebak di kedua maniknya. Mark memeluk erat lututnya yang menekuk. Memikirkan takdirnya, membuat pemuda itu ingin pergi. Mark ingin lari, dirinya ingin bebas dari tempat yang dianggapnya neraka ini. Tapi, kenyataan yang mengatakan dirinya seseorang yang lemah dan tidak memiliki siapapun, membuat dirinya semakin terjebak. Mark menyesali dirinya yang tidak memiliki kekuatan bahkan untuk melindungi dirinya sendiri.
Tubuhnya bergetar kuat bersamaan dengan tangisannya. Rasa sakit yang sangat menyakitkan, itulah yang terus menghiasi kehidupan pemuda itu. Pikirannya membawa pemuda itu pada kejadian sembilan tahun yang lalu. Jika saja Mark tidak pernah menyetujui perkataan Jaebum, mungkin dirinya tidak akan terjebak dalam jurang yang dalam seperti sekarang. Tapi semua sudah terjadi, Mark sudah berada di dalamnya. Tidak mudah baginya untuk memanjat keluar dari jurang itu lagi.
...
Youngjae baru saja tiba di kantor. Dirinya segera menuju ke ruangan Jaebum. Pemuda Choi itu sudah menyimpan banyak kekesalan dalam dirinya. Tapi, kekesalannya semakin bertambah saat melihat orang yang dicarinya tidak ada di dalam ruangan.
"Sial! Seharusnya aku sudah mengetahuinya!" Rutuk pemuda itu pada dirinya sendiri. Youngjae lupa, jika di tengah kemarahannya seperti ini, Jaebum tidak akan datang ke perusahaan. Tanpa berfikir lagi, Youngjae segera pergi. Dirinya berharap akan menemui Jaebum di tempat yang ada di pikirannya.
Butuh waktu satu jam lebih untuk sampai ke tempat yang dimaksud Youngjae. Tebakkan pemuda itu benar, Jaebum ada di tempat itu. Dirinya melihat mobil Jaebum yang terparkir. Tidak memerlukan izin dari penjaga tempat itu, Youngjae masuk begitu saja. Dirinya sudah sangat dikenal oleh semua orang-orang yang berada disana.
Saat berada di dalam, telinga pemuda itu segera menangkap suara tembakkan yang mengeluarkan peluru tanpa waktu jeda. Hanya mendengar suaranya saja, seseorang bisa dengan mudah menebak jika yang melepaskan peluru itu sedang berada dalam emosi yang tidak stabil.
Youngjae mengamati Jaebum dari jarak yang tidak terlalu jauh. Pemuda Im itu bahkan tidak menyadari kehadiran sahabatnya. Jaebum terus saja mengeluarkan semua peluru di dalam pistol dengan sangat cepat. Youngjae bahkan dapat melihat wajah keras milik Jaebum. Jaebum tidak memakai semua perlengkapan latihan tembak. Dirinya masih menggunakan pakaian kerjanya yang rapi. Menunggu saat yang tepat, Youngjae segera menarik pistol dari tangan Jaebum saat pemuda itu akan mengisi lagi pelurunya.
"Sudah cukup! Apa kau juga berencana untuk membunuhnya dengan ini!" Ucap Youngjae kesal seraya mengantungkan pistol itu.
Jaebum menatap tajam Youngjae sebelum dirinya beranjak pergi meninggalkan pria itu. Dirinya tidak merasa senang dengan ucapan yang baru saja dikatakan Youngjae. Melihat sikap Jaebum, Youngjae melemparkan pistol itu begitu saja dan menyusulnya. Ada banyak kekesalan yang ingin dilontarkan pemuda Choi itu sekarang.
"Kenapa kau menghindariku?! Menyadari kesalahanmu?!" Tanya Youngjae yang sudah menahan langkah Jaebum.
"Apa aku melakukan kesalahan?!" Tidak menjawab, Jaebum justru juga bertanya dengan nada tidak bersalahnya namun terkesan tajam.
Mendengar perkataan Jaebum, membuat Youngjae seperti api yang disiram minyak, dirinya menjadi lebih membara dengan kemarahan.
"Apa kau sudah kehilangan akalmu?! Dia terluka Im Jaebum! Kau melukainya untuk kesekian kalinya! Kenapa kau selalu tidak bisa menahan dirimu!" Teriak Youngjae yang juga merasa frustas. Dirinya sudah tidak bisa bersabar lagi dengan sikap keterlaluan Jaebum.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N E ( End )
FanfictionCause you are mine Mark and Jaebum Edition Please, give me your love and vote