32

108 13 0
                                    

Satu bulan, Jaebum terus menjaga pemuda remaja yang dengan sengaja ditembak olehnya. Mark masih tidak sadarkan diri. Dan Jaebum tidak pernah berjarak jauh dari pemuda itu sedikitpun.

Dengan keberanian, Jaebum membawa Mark ke Korea, Negara kelahirannya. Tentu saja tanpa sepengetahuan siapapun. Dirinya mengetahui semua rencana bos liciknya, Taecyeon, yang akan memanfaatkan dan melenyapkan Mark. Dengan bantuan sahabatnya, Choi Youngjae, Jaebum berhasil membawa Mark dan mengalihkan semua kekayaan pemuda Tuan itu menjadi miliknya. Beruntung karena Youngjae seseorang yang ahli, membuat semuanya dapat selesai dengan cepat.

Saat ini, pemuda Im itu tengah duduk di sebelah pemuda yang masih tidak memiliki perubahan pada kesehatannya itu. Dirinya terus saja bersama Mark.

Drrrttt drrrttt drrrttt

Suara ponsel yang berdering lagi-lagi mengusik pikirannya. Tidak tahu berapa kali ponsel itu telah berbunyi bahkan dalam satu bulan ini. Panggilan dari orang yang sama, yang mungkin tidak akan pernah lagi dijawab oleh Jaebum. Meski begitu, tangannya tetap terulur untuk melihat si penelepon.

'Park Jinyoung'

Seseorang yang telah mengisi hati Jaebum selama satu tahun ini. Pemuda yang sangat dicintai dan berarti untuknya, tapi, pemuda itu juga yang sangat dilukai oleh Jaebum. Mengambil keputusan untuk pergi membawa Mark dan tidak memberitahu bahkan bersembunyi dari Jinyoung, Jaebum tahu ini kesalahan yang sangat besar. Tapi, ada rasa bersalah dalam dirinya yang jauh lebih besar pada seseorang yang telah dianggapnya sebagai hyungnya, Nikhun.

Jika bukan karena dirinya begitu saja menyetujui perintah bodoh dari Taecyeon, Mark, pemuda itu tidak akan kehilangan keluarganya, dan dirinya juga tidak akan berjuang mempertaruhkan nyawanya seperti saat ini.

Drrrttt drrrttt drrrttt

Lagi, ponsel yang sudah tidak berbunyi itu kembali mengeluarkan suaranya. Jaebum lagi-lagi tidak menjawab atau mematikan teleponnya. Dirinya hanya menatap layar yang menampilkan nama seseorang yang sangat dirindukannya.

"Maaf..... maafkan aku Jinyoung" lirihnya.

...

Jaebum menarik selimut untuk menghangatkan tubuh Mark. Dokter baru saja selesai memeriksa pemuda Tuan itu. 'Tidak ada perubahan', kalimat itu yang terus saja dikatakan oleh dokter.

Jaebum membuang berat nafasnya. Ada penyesalan yang dirasakannya setiap saat melihat tubuh tidak berdaya Mark. Tanpa sadar, tangannya menarik lembut tangan Mark, menyalurkan kehangatan pada tangan yang terasa sangat dingin itu.

Jaebum mengalihkan matanya pada langit malam kota Seoul. Setelahnya, dirinya melihat waktu pada jam tangan yang dikenakkannya. Itu tepat pukul dua belas malam.

"Selamat ulang tahun Jaebum" ucapnya "Lihatlah, dirimu sendiri lagi di hari ulang tahunmu" mirisnya pada diri sendiri.

"Euunngghhh.....".

Jaebum segera terhentak saat dirinya mendengar suara lenguhan. Mark, itu suara Mark. Jaebum tidak bisa tidak merasa percaya, tangannya merasakan pergerakan tangan Mark yang tanpa sadar masih berada di genggamannya.

"Ma..... Mark....." lirih Jaebum.

Mark terlihat membuka matanya. Pandangannya yang perlahan mulai sempurna segera melihat manik Jaebum. Jaebum yang melihat itu tanpa sadar dibuat memiliki satu tarikan indah di bibirnya. Mark sadar, ada sedikit perasaan bahagia di hatinya.

"Aku akan memanggil dokter" ucapnya dan segera bergegas menemui dokter.

...

Mark sudah diizinkan pulang oleh dokter. Kondisi fisiknya semakin membaik. Sekarang, dirinya tengah berada di sebuah kamar yang akan menjadi kamarnya. Tapi, tidak ada perasaan senang sedikitpun pada wajah atau bahkan dalam diri pemuda Tuan itu. Dirinya kehilangan keluarganya, di saat Mark bangun, orang pertama yang dilihatnya bukanlah Ibu atau Ayahnya, melainkan seseorang yang tidak dikenalnya sama sekali.

Perasaannya menjadi lebih buruk saat dirinya mengetahui bahwa selama ini Mark sudah tidak berada di negaranya. Korea, itu tempat kelahiran Ibunya. Mark pernah mengunjungi negara ini sekali saat dirinya masih sangat kecil.

Mark merasa dirinya bernasib sangat buruk. Mark ingin mengunjungi tempat kedua orangtuanya, tapi, pemuda bernama Jaebum itu tidak pernah menjawab keinginannya. Perasaan Mark menjadi lebih sakit saat Jaebum dengan mudahnya mengatakan padanya untuk tidak pernah sedikitpun membahas atau mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan negara kelahirannya itu.

Bagaimana mungkin, Mark memiliki banyak kenangan disana. Orangtua, teman-teman, dan semuanya berada di negara itu. Mark bahkan tidak melihat tempat terakhir orangtuanya. Bagaimana bisa dirinya begitu saja melupakan negara itu. Negara yang mempunyai sangat bangat kebahagiaan bahkan juga kesedihan yang tidak pernah dibayangkannya.

Mark tidak mengerti bagaimana dirinya bisa bersama dengan Jaebum, pemuda yang mungkin berusia sedikit lebih tua darinya itu. Mark pernah bertanya siapa Jaebum, tapi, pemuda yang selalu bersifat dingin itu hanya mengatakan, 'mulai sekarang, aku yang bertanggung jawab atas dirimu'. Mark tidak memberikan pertanyaan lagi, Jaebum akan selalu terlihat tidak suka jika Mark bertanya mengenai siapa dan bagaimana dirinya bisa mengenal Mark. Dengan ketidakberdayaannya, Mark begitu saja menyetujui semua yang Jaebum inginkan.

Flashback End

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang