39

98 12 0
                                    

"Kalian yakin tidak ingin ikut bersama kami?" Tanya Bam-Bam yang kesekian kalinya pada Mark dan Jackson saat sudah berada di lobi fakultas.

"Berapa kali kalian harus bertanya?" Gerutu Jackson sebagai jawaban.

"Kalian pergilah, tidak perlu memikirkan kami" ucap Mark.

"Baiklah, kalau begitu kami pergi" sahut Bam-Bam dan mulai beranjak menuju area parkir bersama sahabat lekatnya, Yugyeom.

Mark dan Jackson memperhatikan tingkah kedua sahabat tidak masuk akalnya itu. Kemudian, keduanya saling tatap. Mempertemukan kedua netra hitam lekat dengan berbagai perasaan di dalamnya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa kau tidak kembali?" Tanya Mark yang menyadarkan Jackson dari tatapan dalamnya pada pemuda di hadapannya.

Bukan menjawab, pemuda Wang itu justru balik bertanya. "Dan kau, kenapa masih disini?".

"Aku yang duluan bertanya, Wang" gerutu Mark.

"Apa supirmu belum menjemput?" Tanya Jackson lagi yang mulai sadar jika mobil Mark tidak berada di depan fakultas seperti biasanya.

"Tidak, dia sedang sakit" jelas Mark.

Jackson mengangguk mengerti. "Lalu, kau akan menggunakan taxi? Jika kau mau aku bisa mengantarmu" tawarnya.

"Tidak perlu. Jaebum akan menjemputku" ucap Mark datar. Dirinya terlihat mulai mengeluarkan ponselnya dan akan menghubungi Jaebum.

Mendengar nama Jaebum, ada sedikit perasaan tidak suka dalam hati pemuda yang memiliki perasaan pada Mark itu. Entahlah, rasanya Jackson tidak bisa begitu saja menerima Mark yang menikah dengan Jaebum.

Mark tidak memperhatikan perubahan ekspresi pada wajah Jackson. Dirinya beberapa kali mencoba menghubungi nomor Jaebum, tetapi, tidak ada jawaban.

"Kenapa, dia tidak mengangkat teleponmu?" Tanya Jackson yang memahami situasinya.

"Hm. Mungkin dia memiliki pekerjaan yang penting" jawab Mark yang terdengar sedikit kesal.

"Kalau begitu biarkan aku mengantarmu" tawar pemuda Wang itu lagi.

"Tidak, aku bisa menunggunya. Dan kau, kenapa masih disini? Apa kau akan terus menginterogasiku?" Gerutu Mark lagi.

"Ya. Aku akan menemanimu" jawab Jackson yang berhasil membuat Mark merasa kesal padanya.

"Pulanglah, aku bisa menunggunya sendiri" ucap Mark.

"Aku akan menemanimu. Bagaimana jika ada yang berniat jahat padamu" tuntut pemuda bersurai coklat itu.

Mendengar itu, Mark memutar kesal bola matanya. "Aku bukan anak kecil, Wang. Siapa yang akan menyakitiku di tempat ramai seperti ini!" protesnya.

Setelahnya, kedua pemuda itu hanya diam. Jackson tidak ingin melanjutkan dengan membalas Mark, pemuda keras kepala itu tidak akan mengalah. Dan Mark, dirinya mulai mengabaikan Jackson dan mencoba menghubungi nomor Jaebum yang masih tidak mengangkat teleponnya.

...

Mark menggerutu kesal. Waktu sudah hampir mendekati malam, dan pemuda Tuan itu masih berada di Universitasnya. Jackson tidak menemaninya lagi. Tentu saja ada perdebatan panjang sebelum pemuda Wang itu memutuskan untuk pulang. Jika bukan karena dipaksa oleh Mark, Jackson pasti akan tetap menemaninya.

"Apa yang sebenarnya sedang dia lakukan?!" Gerutu Mark yang lagi-lagi tidak mendapat jawaban dari Jaebum. Dirinya sudah mencoba beberapa kali untuk menghubungi Jaebum, tapi, pemuda Im yang dingin itu tidak menjawab atau menghubunginya kembali.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang