50

170 21 0
                                    

Tidak tahu berapa lama dirinya sudah berjalan kaki. Pemuda Tuan itu bahkan tidak mengenakan alas kakinya karena kemarahan yang memenuhi dirinya.

Grep

Dirinya berhenti di sebuah halte. Melihat kakinya, telapak itu telah memerah dan terasa menyakitkan karena berjalan di atas haspal yang terasa cukup panas. Tetapi, perasaan sakit di tubuh Mark tidak ada artinya dibandingkan rasa sakit yang sangat menyakitkan di hatinya.

Lagi, air mata itu mengalir begitu saja. Sungguh, Mark tidak menginginkan semua perasaan sakit ini.

"Aku..... tidak ingin hidup dengannya. Kenapa kalian tidak membawaku" lirihnya yang ditujukan pada orangtuanya.

Mark merasa kehidupan tidak pernah baik padanya. Dirinya kehilangan orang-orang yang sangat berharga untuknya, dan, hidup bersama dengan orang yang tidak pernah memperdulikan perasaannya, bahkan, seseorang yang ternyata pernah berusaha membunuhnya.

Memikirkan itu, sungguh, Mark tidak bisa menerima itu begitu saja. Jika saja bisa, dirinya siap untuk menukarkan nyawanya dengan kebahagiaan yang selalu diimpikannya. Mark menginginkan hidupnya yang dulu, saat dirinya yang kecil bersama dengan orangtuanya.

...

Memperhatikan setiap sudut jalanan dengan teliti, Youngjae, matanya terus fokus melihat siluet Mark. Jika saja dirinya tahu hal ini akan terjadi lagi, pemuda Choi itu pasti tidak akan kembali ke rumahnya. Dirinya lebih baik menjadi seorang penjaga daripada harus mencari keberadaan pemuda yang sangat dikhawatirkannya itu.

Melihat ke arah kejauhan, manik matanya seakan melihat tubuh pemuda yang dikenalnya.

"Mark?" Ucapnya saat melihat pemuda yang sejak tadi dicarinya tengah duduk di sebuah halte. Dengan segera, dirinya menghentikan mobilnya dan turun. Pemuda Tuan itu bahkan tidak menyadari kehadirannya.

"Mark....." panggil Youngjae setengah berteriak.

"Hy..... hyung?" Suara Mark pelan. Dirinya sangat terkejut melihat keberadaan Youngjae.

Grep

Pelukkan hangat didapatkan Mark. Pemuda Choi itu benar-benar mengkhawatirkan pemuda yang telah menjadi adik untuknya itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Youngjae seraya memperhatikan seluruh tubuh Mark.

Tidak menjawab, Mark justru menatap dalam manik Youngjae. Tanpa sadar, kakinya melangkah mundur secara perlahan.

Mengetahui ketakutan di wajah Mark, Youngjae berusaha membaikkan perasaan pemuda yang lebih muda darinya itu.

"Mark.....",

"Apa..... hyung juga ikut membunuh orangtuaku?" Tanya Mark ragu. Perasaan takut begitu saja memenuhi dirinya saat melihat orang-orang terdekat Jaebum.

Mendengar itu, Youngjae dengan sangat mudah memahami keadaan pemuda di hadapannya. Melangkah mendekat, dirinya berusaha berbicara dengan baik.

Grep

Menahan bahu bergetar Mark, Youngjae berbicara dengan suara lembutnya. "Mark dengarkan aku" ucapnya "aku tahu kau merasa sangat ketakutan saat ini. Aku juga akan merasakan hal yang sama jika aku mengalaminya. Tetapi, percayalah padaku Mark, Jaebum, dirinya bukan seorang pembunuh. Jaebum tidak membunuh orangtuamu, dirinya bahkan tidak pernah melukai mereka. Jae.....",

Grep

Melepaskan tangan Youngjae, pemuda Tuan itu bahkan menyanggah perkataannya.

"Kau berbohong, hyung! Jaebum telah mengatakannya! Dirinya bagian dari para pembunuh itu! Dia..... juga berusaha membunuhku!" Tegas Mark.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang