6

181 19 0
                                    

Tidak berbeda saat dengan bersama Jaebum. Jin dan Mark juga tidak sering mengeluarkan suara. Hanya saja Jin sesekali mengajak pemuda yang lebih muda darinya itu untuk berbicara meski terkadang Mark sedikit tidak ramah. Jika berbicara, Jin yang lebih banyak mengeluarkan kata daripada Tuan mudanya itu. Tetapi Jin tidak pernah mempermasalahkan hal itu, pemuda itu mengenal bagaimana Mark. Hal itu karena sejak pertama kali Mark ke Korea, Jin sudah mengenalnya dan menjadi pengawal pribadinya. Jin bahkan sangat mengetahui sisi rapuh pemuda yang sudah dianggapnya sebagai adiknya itu. Meski Mark tidak pernah menceritakan sedikitpun mengenai masalahnya, tapi Jin bisa mengetahui semuanya dengan baik.

Beberapa menit perjalanan berlalu, Jin juga tidak memiliki ide untuk memulai pembicaraan. Sejak pagi tadi, Jin tahu jika Mark memiliki mood yang buruk. Jadi pemuda itu lebih memilih diam. Sampai tiba-tiba Mark berbicara untuk meminta Jin  mengantarkannya ke sebuah toko buku.

"Berhentilah di toko buku biasa" minta pemuda itu dengan nada yang terdengar cukup dingin.

Jin yang mendengar itu dibuat bingung harus melakukan apa. Waktu sudah menunjukkan hampir mendekati malam, Jaebum pasti sudah kembali. Jika dia mengikuti keinginan Mark, pasti mereka akan tiba malam hari di rumah. Itu pasti akan membuat masalah dengan Tuan besarnya, Jaebum. Jadi dengan cepat Jin berusaha menolak permintaan Pemuda itu.

"Ah Tuan Muda, ini sudah hampir malam, bukankah sebaiknya kita segera pulang? Tuan Im pasti sudah kembali dari perusahaannya" ucap Jin lembut seraya melihat Mark dari kaca spion mobilnya.

Mendapat balasan yang tidak sesuai keinginannya dari Jin, Mark segera menatap tajam ke arah Jin. Suaranya menjadi sedikit lebih besar dan penuh penekanan.

"Apa kau tidak mengerti maksudku?!" Ucapnya lagi.

Tahu jika Mark merasa kesal dengan dirinya, Jin berusaha untuk tetap berbicara dengan tenang. Dia tidak ingin Mark salah mengerti maksudnya.

"Tidak... hanya saja, jika kita tiba di rumah saat malam hari, Tuan Im pasti akan marah dan..." Jin belum menyelesaikan kalimatnya saat tiba-tiba Mark sudah memotongnya.

"Aku yang akan bertanggung jawab!" Ucap Mark masih dengan nada kesalnya.

Tetapi hal itu tidak membuat Jin langsung menurutinya, pemuda itu tetap saja berusaha menolak keinginan Mark. Sungguh, Jin benar-benar tidak mau jika harus mendapatkan masalah dengan Jaebum.

"Maaf Tuan Muda, tapi sepertinya aku tidak bisa menuruti keinginanmu. Aku hanya tidak ingin terkena masalah dengan Tuan Im" ucap Jin meyakinkan. Dan itu semakin membuat Mark merasa benar-benar jenuh.

Mark membuang nafasnya berat dan kembali berkata "jika kau tidak ingin mengantarkan ku, maka turunkan saja aku disini, aku bisa menaiki angkutan umum dan kau juga bisa kembali tepat waktu!".

Mendengar ucapan Mark, Jin dibuat lebih bingung lagi. Tuannya Jaebum, tidak pernah mengizinkan Mark bepergian sendiri. Lagi-lagi Jin melirik Mark melalui kaca spion mobilnya, dia bisa melihat wajah putus asa milik Mark dengan mata yang memandang keluar. Kembali memikirkan keputusan apa yang akan diambilnya, tidak lama, dengan berat hati, Jin terpaksa mengikuti keinginan Tuan mudanya itu.

"Baiklah, aku akan mengantarkanmu" ucapnya pelan.

Mark yang mendengar itu dibuat cukup tenang. Singgah ke toko buku, sebenarnya itu hanya alasan yang sengaja dibuat Mark untuk sengaja menghindari Jaebum. Mark sengaja ingin sampai di rumah lebih lama lagi. Dirinya tidak mau harus bertemu dengan Jaebum yang akan membuat rasa sakitnya kembali meluap.

Tidak berapa lama, mobil yang membawa Mark tiba di sebuah toko buku yang sering dikunjungi Mark. Mark segera turun dan berjalan masuk saat tiba-tiba Jin kembali memanggilnya.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang