45

155 16 0
                                    

Cukup lama, kedua pemuda berwajah tampan itu masih saja melakukan ciuman intens mereka. Perlahan, gerakkan Jinyoung turun, mencium leher putih milik si pemuda Im. Merasakan sentuhan dan deruan nafas Jinyoung, Jaebum, dirinya merasa jantungnya tiba-tiba saja berdetak tidak normal dengan pikirannya yang tidak terarah.

Grep

"Hentikan, Jinyoung" suara Jaebum.

Merasakan gerakkan bibir Jinyoung yang seakan ingin menciptakan karyanya, Jaebum segera memisahkan dirinya, menghentikan perbuatan panas keduanya.

Mendapat penolakan yang tiba-tiba saja, Jinyoung tidak bisa mempercayai itu. Pasalnya, dirinya merasa jika pemuda di hadapannya juga menikmatinya.

"Kenapa? Bukankah kau menyukainya?!" Kesal Jinyoung.

Jaebum diam, dirinya menyetujui perkataan Jinyoung. Hanya saja, ada getaran aneh di hatinya yang membuat tubuhnya tidak bisa bereaksi sama.

Melihat Jaebum yang diam, Jinyoung mendekatkan dirinya lagi. Berusaha mendapatkan bibir merah yang sangat menggoda di depannya. Tetapi, lagi-lagi dirinya mendapatkan penolakan dari pemuda tampan di hadapannya.

"Ini tidak benar, Jinyoung" ucap Jaebum. Ya, dirinya tahu, ciuman yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan.

Mendengar itu, Jinyoung lebih tidak percaya. Kekesalan begitu saja memenuhi dirinya. Jaebum, pemuda yang dulu sering menciumnya dengan lembut, sekarang seakan tidak ingin memberikan kelembutan itu lagi padanya.

Menatap dalam manik Jaebum, kemeja atas yang telah berantakan, tanpa sengaja membuat mata Jinyoung melihat tubuh dalam Jaebum yang memiliki ruam kebiruan tepat di bagian kanan tubuh yang sedikit hampir mendekati bahu.

Dengan kasar, salah satu tangannya menarik kemeja Jaebum, memperlihatkan ruam kebiruan yang terlihat masih sangat jelas.

"Tentu saja....." ucap Jinyoung dengan senyuman sinis di wajahnya "apa dia melayanimu dengan sangat baik?!" Lanjutnya dengan suara yang terdengar sangat kesal.

Jinyoung tahu, percikan biru di tubuh Jaebum, pemuda Tuan itu pastilah yang menciptakannya. Dan Jaebum, matanya tanpa sadar mengikuti arah tatapan tajam Jinyoung. Pikirannya segera mengingatkan pemuda Im itu saat Mark reflek menggigit tubuhnya karena rasa sakit yang dirasakannya saat aktivitas panas mereka.

Lagi-lagi hanya mendapatkan diam dari Jaebum, kemarahan Jinyoung meluap dari dasar hatinya. "menghabiskan waktu berdua, sangat tidak mungkin kalian hanya melakukan aktivitas biasa!" Sindir Jinyoung.

Memikirkan Jaebum dan Mark, sungguh, Jinyoung sangat tidak menyukai apa yang memenuhi kepalanya saat ini. Dirinya bisa membayangkan bagaimana kedua pemuda itu melakukan aktivitas panas mereka, yang bahkan dirinya saja tidak pernah melakukannya bersama pemuda Im yang sangat dicintainya itu.

Melihat garis kemarahan yang sangat jelas di wajah Jinyoung, Jaebum akhirnya berbicara. "Kembalilah sekarang, dia juga akan kembali sebentar lagi" ucapnya sebaik mungkin.

Merasa tidak bisa menerima apa yang baru saja didengarnya, Jinyoung tertawa miris. "Masih sangat memperdulikan perasaannya!" Sindirnya. "Berhentilah berpura-pura menjadi pria yang baik, Im Jaebum! Itu terlihat sangat menjijikkan!" Tekannya dan beranjak begitu saja.

Jaebum mengusap kasar wajahnya dan membuang berat nafasnya. Ciumannya bersama Jinyoung, sungguh, Jaebum tidak pernah berfikir hal itu akan terjadi lagi. Meski mengakui masih mencintai Jinyoung, tetapi, hati kecilnya sadar itu adalah perbuatan yang tidak benar. Mark, dirinya memiliki pemuda itu di dalam hidupnya sekarang. Pemuda yang berhasil membawa dirinya kembali dari perbuatan panas yang hampir saja membuatnya gila.

M I N E ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang