Chapter 24

274 37 4
                                    

Haii semuanyaa.. Akhirnya GAA udah sampe Chapter 24 juga.

Makasih buat kalian yang sudah menyempatkan waktu membaca cerita ini. Enjoy.....
__________________________________

Riuh kelas dua belas tak perlu dipertanyakan lagi seberapa parah, dan jika keadaan mendadak tenang meski tak ada guru berarti itu adalah keajaiban dunia yang ke delapan.

Elang yang sedari tadi menatap kelasnya merasa bosan, kenapa tidak ada keributan hari ini bikin ngantuk saja.

Teman sebangku Elang, Chaka juga entah kemana perginya manusia satu itu. Elang merasa kesepian tak ada Chaka disampingnya. Elang pun memilih berjalan kedepan dan duduk tepat di sebelah Ardian. Sudah lama Elang ingin berbicara serius dengan sahabatnya itu tapi selalu saja berakhir tak diinginkan.

"Ar," panggil Elang pada Ardian yang membaca buku.

"Hm. " jawabnya.

"Gue pengen cerita."

"Apa?" Ardian masih tetap fokus dengan bukunya.

Merasa diabaikan, Elang ingin menghentikan aktifitas serius Ardian, saat ini dirinya harus didengarkan dengan serius. "Belajarnya udahan dong, gue lagi pengen bicara serius."

Ardian menoleh menatap Elang. "Tentang apa?"

"Tentang kucing gue." jawab Elang asal.

Ardian kembali menatap bukunya dan membacanya. Serius apaan itu?

"Eh ehh, bukan bukan. Ini tentang Angel kok." ralat Elang cepat.

Ardian masih tak menanggapi, diam menatap bukunya tanpa menoleh.

"Ar lo nggak mau bantuin gue banget apa. Lo kalo nggak mau bantuin yaudah dengerin gue cerita aja yayaya.. Pleasee pleasee." Elang terus menerus membujuk disamping Ardian.

Ardian yang mulai risih menutup bukunya kasar dan menoleh menatap Elang jengkel.

"Buruan, apaan?" pasrah Ardian.

Elang pun tersenyum sumringan, akhirnya. Dan memulai ceritanya sebelum Ardian berubah fikiran lagi.
"Gue beneran suka sama Angel Ar, mungkin bagi lo gue cuma suka sama dia karna fisik doang tapi gue beneran suka sama dia seratus persen dari lubuk hati gue yang sangat dalam." Elang bercerita dengan wajah serius.

"Gue pengen lebih dekat sama Angel tapi kenapa susah banget. Setiap gue mikirin buat ngedeketin atau nyoba lebih kenal sama dia, dia kayak pasang dinding yang tinggi banget yang nggak bisa gue panjat. Angel membentengi dirinya banget, tapi gue bener-bener nggak mau nyerah buat dapetin dia."

Ardian mendengar setiap kalimat Elang, dan jujur baru kali ini Ardian mendengar Angel sangat membentengi dirinya. Setahu Ardian, Angel menerima saja jika ada yang ingin dekat dengannya.

"Setahu gue Angel selalu baik kesemua cowok yang pengen deket ke dia, yah meskipun semuanya dari sekolah lain." jelas Elang mengingat beberapa mantan Angel yang tak ada berasal dari sekolah ini.

"Ar lo tau nggak kenapa Angel nggak mau pacaran sama anak sekolah kita, kenapa Angel nggak mau deket-deket juga sama anak basket?" Elang bertanya ingin segera mengetahui hambatan terbesarnya itu.

"Nggak tau." jawab Ardian.

"Masa lo nggak tahu, kalian deket banget masa Angel nggak pernah cerita sekalipun." tuding Elang tak percaya.

"Gue nggak tau." kekuh Ardian.

Elang menghelah nafas berat dan menyandarkan punggungnya di kursi, pria jangkung itu menatap lesu. "Gue cuma mau tahu alasannya, setidaknya kalo gue udah tau alasan Angel dan kalo emeng gue nggak punya kesempatan gue akan mundur pelan-pelan." lirih Elang, sepertinya pria itu benar-benar dilema dengan sifat dan alasan keputusan Angel.

Guardian and Angel (story love school)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang