51

1.1K 74 30
                                    

Annyeong yeorobun, selamat membaca dan selamat menikmati ceritanya.

______________________________________

Kursi yang berjejer pada lorong rumah sakit itu semuanya kosong tanpa ada orang, hanya ada satu kursi yang sekarang di duduki oleh Aqkhas. Semalaman ia duduk dan tidur di sini.

Jawaban yang ia inginkan belum sepenuhnya ia dapat, mamanya belum sanggup untuk bercerita penuh. Sekarang Aqkhas hanya menunggu papa dan adiknya itu sadar.

Bagas dan Ardanio sekarang sedang berada di ruang operasi. Operasi pengambilan peluru itu dilakukan secara bersamaan, yang Aqkhas lakukan hanya berdoa. Rasa benci pada papanya seketika lenyap di gantikan dengan rasa khawatir.

Jika tadi hanya duduk, sekarang Aqkhas mulai berdiri. Mondar-mandir di depan pintu ruang operasi, menunggu hasil dari jalannya operasi yang akan dokter katakan padanya. Harapannya adalah selamat, Aqkhas ingin papa dan adiknya selamat.

"Aqkhas," ucap seseorang membuat Aqkhas menghentikan gerakan mondar-mandir nya.

"Mama? Kenapa keluar, harusnya mama istirahat."

"Mama mau ngomong sama kamu, mama udah ga bisa bohong lagi." Perkataan Lisa membuat Aqkhas jadi tertarik lagi untuk tahu semuanya.

Aqkhas membawa Lisa untuk duduk di salah satu kursi karena melihat kondisi Lisa yang bisa di bilang masih sangat lemah. Lisa menatap Aqkhas begitu dalam, air matanya tidak bisa ia tahan membuat pipinya kini sudah basah.

Tangannya mengelus lembut wajah Aqkhas. Usapan penuh kasih sayang yang jarang sekali Lisa berikan pada putranya ini.

"Jangan benci papa mu, dia sayang sama kamu." Lisa menghapus air matanya sendiri, ia berusaha untuk tidak menangis agar semuanya bisa ia selesaikan hari ini.

"Tidak ada niat jahat apapun dari papa untuk kamu Aqkhas, semuanya dia lakukan untuk kamu."

"Untuk Aku? Terus, kenapa aku selalu di bedakan? Aku juga ga pernah ngerasa di sayang Ma."

"Jangan salah paham sayang, biarkan mama mengatakan semuanya--barulah kamu bisa bicara." Aqkhas diam, ia menuruti apa yang mamanya mau.

Lisa mengambil napas panjang lalu membuangnya perlahan. "Kakek mu, dulu sudah menetapkan ahli waris keluarga Ardan, dan itu adalah kamu. Awalnya Mama sama papa menolak, namun akhirnya setuju."

"Beberapa bulan berlalu, semuanya baik-baik saja dan sampai kamu menginjak sekolah dasar semuanya berubah. Banyak yang mencoba melenyapkan kamu nak, membuat keluarga Ardan akan kehilangan ahli waris." Lisa kembali meneteskan air mata namun suaranya tetap normal, tidak ada isakan sama sekali.

"Apakah dengan cara tidak menyayangi aku kalian mencoba melindungi ku? Alasan tidak amsuk akal!" balas Aqkhas sedikit kesal jika memang benar itu alasannya.

"Karena kami sayang kamu Aqkhas," balas Lisa memegang bahu putranya.

"Tapi ma, kenapa semua yang Aqkhas lihat papa mencoba untuk melenyapkan Aqkhas?"

"Kamu salah sayang, papa mu melindungi kamu. Ia menyewa beberapa orang untuk melindungi kamu. Kamu ingat peristiwa tembakan di Alexis? Itu adalah orang suruhan papa untuk melindungi kamu, namun sayang orang itu harus mati karena bekerja dengan papa."

"Maksud mama?" Aqkhas sedikit bingung, bukankah pria yang tertembak itu tertangkap basah oleh Aqkhas sendiri karena memata-matai Aqkhas.

Orang yang tertembak juga sama, memakai pakaian serba hitam dan juga kaca mata hitam dengan orang yang waktu itu Aqkhas pergoki sedang menelepon seseorang.

AQKHASKAF [SLStory]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang