41

1.3K 95 33
                                    

Maafkan jika masih ada typo ya manteman

______________________________________

"Ko, pesenin es jeruk," pinta Aqkhas yang baru saja datang dan entah dari mana.

"Aku bukan boneka mu, bisa kau suruh-suruh dengan, se enak maumu....." Balas Fiko dengan bernada.

Arsen dan Fathan yang mendengar lagu itu seketika ingin hilang ingatan agar tidak pernah mendengar apa yang baru saja Fiko ucapkan dan di bumbui sedikit irama. Yang katanya tidak suka namun semua masyarakat hampir menggunakan lagu itu jika hendak di suruh, maunya para rakyat itu apa? Membenci namun tetap memakai nya, seperti tidak tahu malu.

"Kelas sebelas, ada yang berpotensi naik jadi inti unlimited gak?" Tanya Aqkhas tiba-tiba.

"Ada, Albar, adik Ghea," balas Fano selesai Aqkhas bertanya.

"emang kenapa khas?" Tanya Fathan yang penasaran, tumben sekali Aqkhas membahas unlimited namun di luar ruangan, biasanya Aqkhas akan membahas tentang kelompoknya hanya pada tempatnya.

"Mau nyoret Fiko, ganti Albar aja," balasan Aqkhas seketika membuat Arsen, Marvin serta Fathan tertawa senang. Akhirnya mereka akan terbebas dari manusia seperti Fiko yang banyak menyusahkan dari pada menguntungkan itu.

"Mau pesan apa tadi Khas? Es jeruk ya? Ini mau berangkat kok, tunggu bentar, gak lama kok."dengan segera Fiko ngacir menuju penjual minuman tanpa memperdulikan makannya yang belum selesai.

Aqkhas tersenyum, ternyata di beri amcaman begitu sudah membuat Fiko langsung nurut dengan ucapannya. Waktu mereka akan terasa ketika di kantin, di mana ingin tertawa bisa bebas tanpa mendengar ocehan guru. Tidak ada lima menit, apa yang Aqkhas inginkan sudah sampai, Fiko kembali pada tempat duduknya dengan tenang.

"Jangan ganti gua jadi Albar ya Khas," ucap Fiko dengan wajah memelasnya, Marvin, Fathan serta Arsen yang melihat itu ingin sekali tertawa tapi mereka urungkan, biar kelihatan real jika mereka menginginkan Fiko di ganti.

Aqkhas hanya mengangguk lalu menyeruput es jeruk yang Fiko pesan, wajah laki-laki itu kini kembali seperti semula saat Aqkhas menganggukkan kepala. Obrolan tidak jelas serta absurd menghiasi meja paling pojok yang mereka tempati, hanya ada empat manusia yang sibuk tertawa dan dua lagi sibuk dengan diam dan hanya menonton.

"Padahal kalo Lo di ganti, gua bisa pansos sama Albar," ucap Arsen masih membahas Albar.

"Pansos gimana njirrr? Mukanya aja cetakan macem Fano sama Aqkhas" ucap Fathan yang sepertinya sudah kenal dekat dengan Albar. "Lo ajak ngomong geh jawabannya semerdeka dia aja, paling pol tiga kata,"  lanjut Fathan, ternyata setiap jaman selalu ada manusia seperti Aqkhas dan Fano, dingin dan irit bicara.

Saat mereka sibuk membicarakan Albar, Aqkhas malah sibuk mengedarkan pandangan. Matanya menatap laki-laki berjaket hitam serta kaca mata hitam, perawakannya sedikit berbeda dari yang kemarin namun Aqkhas sama sekali tidak menyadari. Kaca mata yang pria itu pakai menghalangi Aqkhas melihat arah pandangan matanya, jadi tidak tahu ia melihat ke arah mana. Beberapa detik kemudian pria itu sadar akan tatapan Aqkhas, secara spontan ia lari dari lingkungan kantin dan mungkin ada keinginan kabur.

"Wei Anjirrrr!!!!" Semua mata menatap tajam Aqkhas yang berteriak emosi mengejar laki-laki dengan jaket hitam lengkap dengan kaca mata hitam. Kaki jenjang Aqkhas berhasil menyusul ke mana laki-laki itu berlari.

Kantin yang tadi di penuhi banyak murid yang kan mengisi perut kini mendadak jadi kosong karena mereka semua berbondong-bondong ikut mengejar ke mana Aqkhas berlari dan hanya untuk sekedar menonton saja. Fano, Arsen, Fiko serta Marvin kini juga ikut bangkit dari meja kantin dan berlari mengejar Aqkhas yang sudah terbakar emosi.

AQKHASKAF [SLStory]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang