13

2.5K 214 24
                                    

Inget, jangan jadi siders oke.
___________________________________

Aqkhas mendudukkan dirinya pada teras kamarnya. Laki laki itu memandang langit yang saat ini tidak dihiasi bintang, gelap dan tak ada cahaya.
Tangannya bergerak merogoh saku celananya, mengambil benda lonjong yang kini berwarna biru. Jari jemarinya bergerak membentuk pola lalu layar itu terbuka.

Udara semakin terasa dingin, merasuk ke tulang tulang dan Aqkhas sama sekali tak merasa menggigil. Fikirannya kalut entah kemana.

Aqkhas bosan, tentu sangat bosan. Laki laki itu bosan bersandiwara seolah dirinya memang begitu. Hatinya ingin kembali namun fikirannya menentang.

Ia menghirup sangat banyak oksigen lalu mengeluarkan nya dengan kasar. Tangannya mengepal seolah ingin menghajar seseorang namun sayangnya saat ini sedang sendirian, hingga akhirnya Fikirannya jatuh pada Bia, gadis yang selalu memenuhi otaknya beberapa hari ini.

Jari jemarinya kini kembali menggoreskan garis yang kini sudah membentuk pola lalu ponsel yang tadinya sudah terkunci kembali terbuka. Ia terus saja menggeser geser tidak jelas ponselnya dan seketika berhenti pada kolom chatting dirinya pada Bia.

Entahlah, secara tidak sadar ia mengetikkan sesuatu lalu mengirimkan nya pada gadis itu.

Nabilah

Nama buku yang tadi gua baca


Begitu pesannya dan Aqkhas juga tidak tau mengapa mengirimkan itu sedangkan dirinya tidak merasa ingin mengetahui judul itu. Apa mungkin itu hanya alasannya saja agar bisa berkirim pesan? Ah ini seperti bukan Aqkhas. Hari ini Aqkhas merasa dirinya berbeda, seperti bukan Aqkhas yang sebelumnya.

"Gua kenapa?" Tanyanya pada dirinya sendiri namun dirinya tidak bisa menjawab pertanyaan yang ia tanyakan sendiri.

Sekarang sudah larut malam dan Aqkhas memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya, melemparkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Ponsel yang tadi ia genggam ia taru asal di atas kasur sampai tiba tiba benda itu berbunyi menandakan ada pesan yang masuk.

Ada rasa yang tidak bisa Aqkhas artikan ketika membuka pesan itu, pesan yang berupa balasan dari apa yang tadi ia kirimkan. Pesan balasan itu dari Bia si gadis korban bullying sekolahnya akhir akhir ini.

Nabilah

Tere Liye, pulang

Aqkhas tidak membalasnya dan ia memilih menutup ponselnya lalu ia lemparkan asal. Dirinya tidak mau semakin pusing memikirkan semuanya. Cukup otaknya saja yang terus ia paksakan pusing untuk belajar dan tidak untuk hal lainnya.

••••^^••••

Bia berjalan dengan sedikit memperkecil langkahnya saat ia hendak sampai pada kelasnya. Rasa takutnya semakin menjadi ketika ia melirik jam yang melingkar cantik pada tangan putihnya. Ia takut terkena hukuman dan ia takut jika nanti ia akan di panggil ke kantor lalu orangtuanya pun akan di panggil.

Ekspetasi Bia sudah terlampau tinggi membuat dirinya semakin takut untuk memasuki kelasnya.

Bagaimana ekspetasi tidak terlalu tinggi jika ini adalah kali pertamanya seorang Nabilah Rahma Gladis tidak mengikuti dua mata pelajaran sekaligus sampai bel pulang berbunyi dan artinya ia membolos pelajaran.

"Ah mama Bia takut" batinnya lalu kakinya mulai melangkah masuk ke dalam kelas.

"Si Arin naik biang lala, gataunya gatau jalan. Kemarin neng Bia kemana? Ko ga ada selama dua jam pelajaran" itu Fiko. Ia berpantun saat Bia baru saja masuk ke dalam kelas.

AQKHASKAF [SLStory]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang