Jangan jadi sidere, nanti aku sedih
Biar aku seneng, jangan lupa di vote ya sayang aku•°•°•°•°•°•°•
Gadis di samping Aqkhas ini sedari tadi sibuk, sibuk mencari ke mana bukunya. Semua buku dalam tas nya ia keluarkan, ia periksa lalu ia masukkan kembali karena yang ia cari tidak ada. Bia sangat ingat, ia tadi membawanya dan bahkan ia sudah memegangnya tadi, apakah itu hanya pikirannya saja dan sebenarnya bukunya memang tidak ia bawa?.
"Perasaan tadi malem aku udah tata jadwal dan udah aku periksa semua bukunya?" ucap Bia pada dirinya sendiri.
"Nabilah, mana buku kamu?! Ko meja kamu kosong?" Bu Wati, guru Fisika itu bertanya pada Bia dengan suara yang terdengar di tekan.
"Buku saya ga ada Bu, tapi seingat saya sudah saya bawa," balasnya menjelaskan dengan suara pelan.
"Alah alesan aja sih najis!" Salah satu teman kelasnya menyambar, lalu yang lain pun ikut mengatai Bia yang membuat ketakutannya jadi timbul.
"Sengaja kali ga bawa biar ga belajar!"
"Mentang-mentang pinter, alasanya banyak!"
"Udah hukum aja Bu!"
Begitulah kira kira ocehan para Teman kelasnya. Semua melihat dan menatap tajam kearahnya seolah ia habis melakukan sebuah tindakan kriminal dan pantas diberikan hukuman yang sangat berat.
"Apa benar begitu?!" tanya Bu Wati di Sertai tatapan tajam.
"Enggak Bu, saya ga bohong. Buku saya tadi ada di meja tapi sekarang tiba-tiba ga ada,q" jelasnya lagi dengan sungguh-sungguh.
"Jangan banyak alasan! Kamu keluar dan berdiri di depan kelas sampai pelajaran saya selesai." Bia menghembuskan nafas kasar, untuk pertama kali dalam sejarah Bia terkena hukuman.
Aqkhas tidak setuju dengan yang Bu Wati ucapkan, yang ia inginkan hukuman untuk Bia lebih dari itu. Sudah mengotori tangan untuk mengambil buku milik Bia lalu ia sembunyikan masa hukumannya hanya berdiri di depan kelas saja, ia tak terima.
"Bu, ini ga adil, saya dan teman-teman saya kalau buku tertinggal ibu hukum lari lapangan. Kenapa dia tidak?" usul Aqkhas membuat seisi kelas berteriak setuju lalu berteriak meminta Bia agar ia di hukum lari.
Malas berdebat dengan Aqkhas, Bu Wati akhirnya menyetujui apa yang Aqkhas ucapkan, ia tahu jika berdebat dengan Aqkhas maka urusannya akan sangat panjang. Aqkhas tersenyum senang ketika usulannya di setujui.
"Baiklah Bia, agar tidak ada protes, kamu ibu kasih hukuman lari lapangan lima kali putaran saja," katanya yang ia tunjukkan pada Bia.
"Lima putaran saja? Lima di bilang saja?" protes Bia namun tak ia ucapkan secara langsung, ia hanya membatin saja.
Dengan sedikit kesal Bia mengangguk menyetujui hukuman yang Bu Wati berikan berkat usulan Aqkhas. Bia tidak yakin jika setelah menyelesaikan lari ia masih kuat berjalan, namun ia akan usahakan ia akan kuat. Bia melirik Aqkhas sekilas namun aqkhas sama sekali tidak melihat ke arahnya.
Biq itu berdiri di pinggir lapangan, ia memandang lapangan upacara yang begitu luas. Lima putaran itu jika dihitung sedikit, namun jika ia lakukan maka selesainya pasti tepat jam istirahat mengingat lapangannya dua kali lebar lapangan sepak bola. Tubuh mungil itu harus berlari lima putaran, entah ia kuat atau tidak namun Bia mengsugestikan pada otaknya jika ia kuat dan ia bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQKHASKAF [SLStory]
Teen FictionIni kisah tentang seorang AQKHASKAF, laki laki tampan yang katanya nyaris perfect. Aqkhas si laki laki dingin, sombong, kasar dan sedikit kejam. Tidak akan ada yang bisa membuatnya tenang jika itu bukan maunya. Tidak akan ada yang bisa membuatnya L...