Ini kisah tentang seorang AQKHASKAF, laki laki tampan yang katanya nyaris perfect.
Aqkhas si laki laki dingin, sombong, kasar dan sedikit kejam. Tidak akan ada yang bisa membuatnya tenang jika itu bukan maunya.
Tidak akan ada yang bisa membuatnya L...
Annyeong yeorobun, aku kembali setelah sekian lama huwaah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
______________________________________
Suasana rumah yang biasanya sepi layaknya kuburan kini seketika menjadi ramai karena banyak yang takziahatau bisa juga disebut melayat. Lisa yang masih tidak terima jika ditinggal orang yang sangat ia cintai masih belum bisa terima jika suaminya telah pergi untuk selamanya.
Aqkhas, ia hanya berdiam sambil menatap jenazah sang ayah yang sudah berbalut kain putih. Mungkin ini yang bisa disebut penyesalan, Aqkhas tidak tahu pasti namun yang jelas ia merasakan kehilangan. Kesempatan untuk bisa merasakan bagaimana rasanya diperlakukan dengan baik seperti Bagas dan juga bagaimana rasanya disayang oleh sang Papa kini semuanya telah hilang dan tidak akan mungkin Aqkhas bisa merasakan yang ia impikan untuk selamanya.
"Bang, udah ikhlasin." Bagas menepuk bahu Aqkhas yang tengah duduk melamun hingga tidak sadar dengan kehadiran Bagas.
"Gas, coba jelasin semuanya. Gas gua masih ga ngerti sama semuanya," tanyanya agar Bagas memberitahu apa yang terjadi.
"Bang, gua ga tau apa-apa dan gua juga lebih bingung dari lo. Gua bahkan ga ngerti sama semua masalahnya bang, gua ga tau apa-apa."
Aqkhas mengusap kasar surainya, ia sangat frustasi. Semuanya terasa sangat cepat terjadi, bahkan Papanya pergi sebelum memberitahu apa yang terjadi. Sekarang yang aqkhas rasakan hanya rasa penyesalan sekaligus rasa penasaran.
Kini tiba saatnya untuk Ardanio di antarkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir dan untuk selamanya. Aqkhas masih tidak rela jika papanya benar-benar pergi untuk selamanya meninggalkan keluarga yang selama ini bisa dibilang belum sempurna dan itu disebabkan karena dirinya.
"Aqkhas, are you okay?" Aqkhas sedikit terkejut saat ada tangan mungil menggandengnya, namun setelah melihat siapa si pelaku Aqkhas tersenyum meski hanya sedikit.
"Aku tau kamu pasti sedih, tapi kamu harus ikhlas." Aqkhas tersenyum menanggapi ucapan Bia.
Sekarang semuanya berjalan beriringan mengantarkan Ardanio ke tempat peristirahatan terakhirnya. Aqkhas bersama Bia dan Bagas bersama sang mama yang masih sangat lemas karena masih terus menangis. Kesedihannya sedikit berkurang saat melihat Bia yang terus berusaha menenangkannya dan sama sekali tidak melepaskan genggaman tangan mungilnya dari tangan Aqkhas.
Sampai pada tempat pemakaman, kini tinggal proses pemakaman nya. Aqkhas turun ke bawa mengazani sang Ayah untuk yang terakhir kalinya. Rasanya masih belum bisa menerima jika sang Papa harus pergi selamanya. Suaranya terdengar gemetar, ini adalah terakhir kalinya ia melihat sang papa namun terbalut kain putih dan sudah pergi yang pasti tidak akan pernah kembali.
"Bil, Papa aku pergi." ucap Aqkhas yang melihat tanah bertabur banyak bunga itu.