Ini kisah tentang seorang AQKHASKAF, laki laki tampan yang katanya nyaris perfect.
Aqkhas si laki laki dingin, sombong, kasar dan sedikit kejam. Tidak akan ada yang bisa membuatnya tenang jika itu bukan maunya.
Tidak akan ada yang bisa membuatnya L...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
______________________________________
Ini sudah tiga hari semenjak kematian Ardanio, Aqkhas dan Bagas sudah mulai kembali untuk bersekolah. Kondisi Bagas juga sudah membaik, luka tembak yang ia punya sudah mulai mengering dan bahkan sudah tidak terasa sakit. Dua kakak beradik itu baru saja sampai di Alexis. Jika biasanya mereka akan bertengkar, kini mereka saling melempar senyum, rangkulan Aqkhas pada Bagas sudah menandakan jika mereka sekarang sudah bisa dibilang kakak beradik.
"Widihhhh! Roman-romannya udah ga ada persaingan nih!" seru Marvin yang juga baru datang seperti mereka.
"Adem banget, liatnya yaampun!! Mau ditengah-tengah mereka aduhhh!" Seketika tas yang tadinya Aqkhas gendong melayang dan mendarat tepat pada wajah Fiko yang teriak histeris.
"Sumpah, Fiko bukannya makin dewasa, malah makin kekanak-kanakan." Marvin geleng kepala melihat tingkah Fiko barusan.
Yang sedang dibicarakan hanya fokus mengelus wajahnya yang habis dihajar oleh tas milik Aqkhas. Ini baru ada Aqkhas dan Marvin, belum ada Fano, Fathan dan juga Arsen. Jika mereka datang, habislah Fiko jadi bahan omongan dan ocehan mereka, apalagi yang namanya Fano, laki-laki itu selalu saja berbicara sedikit namun nyelekit.
"Kalian semua itu, gaboleh solimi."
"Solimi, solimi, Soleha!!" balas Bagas lalu semuanya tertawa.
Terkadang mereka ingin membuang Fiko, namun terkadang mereka akan sangat menganggap Fiko berharga. Diantara mereka semua yang menonjol hanyalah Fiko, Fiko adalah teman yang paling aktif, paling polos, dan juga paling menghibur.
"Ko, gua saranin lo kalau buka IG, jangan liat sekumpulan bocah drama itu. Gua takut Ko, kejiwaan lo semakin terganggu akibat nonton mereka mulu," ucap Aqkhas membuat Marvin dan Bagas menertawakan Fiko.
"Laknat lu, Khas, gua ga gila apalagi setres!"
"Syukur kalau gitu, yaudah gua mau ketemu pacar gua dulu." Aqkhas meninggalkan Fiko, Marvin dan juga Bagas.
Dua hari Aqkhas tidak bertemu Bia, rasanya sangat rindu. Dua hari tidak bertemu menurut Aqkhas itu adalah seminggu. Ada puluhan pesan Aqkhas kirimkan pada Bia namun tidak ada balasan sama sekali.
"Liat Nabilah?" tanya Aqkhas pada salah satu siswi yang lewat.
"Tadi, gua liat baru dateng, lagi ngobrol kayaknya."
Aqkhas tanpa mengucapkan terimakasih langsung saja pergi menuju gerbang sekolah untuk mencari Bia. Matanya terus menelisik keberadaan Bia, ia mencari dimana keberadaan pacarnya itu. Banyak yang memandangnya bahkan sekedar menyapa namun Aqkhas abaikan dan itu sudah heran lagi karena memang Aqkhas tidak pernah menanggapi mereka.